Chapter.7

4.4K 332 51
                                    


↷✦; w e l c o m e ❞

Taufan dengan Bibi Mayen kini sedang berada dibelakang mansion, tempat atau kamar para pembantu dan bodyguard disini.

Taufan sedang duduk diruang tamu, tampak begitu sibuk dengan segelas teh hangatnya. Ia kebetulan sekarang sedang jam istirahat. Jadi agar tidak bosen saat istirahat ia meminta Bibi Mayen untuk menceritakan mengapa kedua buntut yang ia jaga bisa jatuh sakit secara barengan.

Ia juga sudah menceritakan kalau ia sudah meniduri Supra di tempat tidur, kalau Sopan tampan tidak terganggu sama sekali sehingga sampai sekarang sepertinya masih bermimpi indah. Jadi Taufan biarkan saja.

"Jadi Bi, kenapa mereka bisa sakit barengan begitu?" tanya Taufan ketika wanita paruh baya menampakkan dirinya dari balik tembok, tak sampai sepuluh detik ia sudah memulai topik pembicaraan mereka.

Bibi Mayen terdiam sejenak lalu membuka suara. "Hnn.. sedikit susah nak kalau bibi ceritain," balasnya.

"Ceritain aja Bi, gapapa," sahut Taufan membuat Bibi Mayen mengangguk dengan senyuman di wajahnya.

"Tuan muda Sopan udah sakit selama dua minggu ini. Awalnya Tuan muda Sopan bisa dikatakan sudah mulai membaik karena udah berumah sakit selama lebih dari satu bulan lamanya, tapi gak sampe dua hari ia malah sakit lagi. Mau bawa kerumah sakit lagi, tapi Tuan muda Sopannya gamau. Dan yang membuat Tuan muda Supra sakit karena dia selalu belajar sampai tidak kenal waktu." kata Bibi Mayen menjelaskan dengan se-rinci mungkin.

Taufan mengangguk paham.

"Lalu? Bagaimana dengan buntut terakhir disini?" Bibi Mayen terdiam lalu menaikkan sebelah alisnya.

"Buntut terakhir?"

Taufan merotasikan matanya. "Itu loo Bii, yang namanya sori-sori itu."

Bibi Mayen tertawa kecil. "Apa harus dinamain buntut terakhir?"

Taufan cengengesan seraya mengelus leher belakangnya. "Habisnya Bi, ane gatau mau panggil apaan. Jadi buntut tiga atau terakhir aja," celetuk Taufan membuat gelak tawa terdengar.

"Bibi baru Pertama kali ada yang berani manggil Tuan muda begitu," Taufan menaikkan sebelah alisnya ketika mendengar kalimat wanita yang berada di hadapannya.

"Biasanya enggak ada Bi?" Bibi Mayen menggeleng dan tersenyum.

"Enggak pernah, nak Taufan orang pertama yang berani namain Tuan muda dengan nama candaan." sahut Bubi Mayen "Tuan muda Sori.. itu.. dia juga lagi sakit.."

"Bi. Cukup Bi. Jangan tu buntut juga. Ane ga kuat ngerawat tiga buntut Bi." cicit Taufan menangkup kedua kakinya lalu menenggelamkan kepalanya didalam, layaknya sedang berperan menjadi karakter yang begtu dramatis.

"Nak Taufan kuat. Kan gajinya gede~" celetuk Bibi Mayen membuat Taufan langsung tersenyum lebar.

"Bibi tau aja~"

Mereka pun akhirnya tertawa bersama, dan mulai kembali berbincang ringan selama istirahat mereka selesai. Sebenarnya istirahat Taufan itu kapan aja, tergantung tu buntut tidur atau pergi. Kalau Bibi Mayen udah di jadwalin jam berapa istirahatnya, dan tentu saja banyak kok. Mengingat Bibi Mayen sudah mau berkepala empat, makannya dapet banyak jam istirahat.

Makannya Jangan Menduda! - [Halitau]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang