Chapter.19

2.6K 228 35
                                    


↷✦; w e l c o m e ❞

Taufan melongo, ketika melihat isi rumah—mansion—yang begitu berantakan. Bahkan sofa aja yang Segede gitu sampe kebalik, ini siapa yang balikin nj•r? Itulah batin Taufan ketika melihatnya.

Ia lalu melihat se-isi lainnya, keadaan mansion yang sudah sangat berantakan. Vas bunga sebagian ada yang pecah dan jatoh, sofa kebalik, banyak mainan berserakan, kertas robek dan berhamburan dimana-dimana. Bahkan lebih buruknya pakaian berserakan dimana-mana. Bahkan sampai ada yang robek.

Taufan menghela nafas dengan kasar. Ia menatap lelah ke depan, ohh ayolah.. ia baru saja pulang dari pekerjaannya! Ralat. Pekerjaan kriminalnya.

"Taufan?"

Saat mendengar namanya dipanggil dia segera menolehkan kepalanya, dan menatap Halilintar yang berada diambang pintu. Hendak menutup pintunya.

"Baru pulang?" Tanya Halilintar lembut, Taufan mengangguk pelan seraya memijat pelepis hidungnya.

Pergerakan Taufan tidak lepas dari penglihatan Halilintar, dia segera berjalan dan berhenti disamping sang empu. Ketika hendak bertanya, ia dikerjutkan dengan se-isi mansion nya yang Sangat berantakan.

Bahkan Halilintar langsung membeku, ketika melihat semuanya hancur. Dia menunduk. "Dimana anak-anak." Ujarnya dengan nada yang berat dan kedua mata yang berkilat tajam, seperti ingin mengeluarkan kilatan petir merah yang begitu guntur.

"Alin. Jangan memarahi anak-anak." Sela Taufan ketika melihat Halilintar ingin beranjak dari tempatnya.

Sang dominant terdiam. Lalu menoleh. "Lalu? Akan membiarkannya begitu?" Sentaknya.

Taufan mendengus kecil. "T•l•l. Fikir dikit b•go! Yakali anak-anak bisa angkat sofa yang Segede gaban begitu. Ditambah, mereka tidak mungkin melakukannya kan? Itu sangat mustahil untuk anak-anak yang tipenya seperti mereka. Yang langka." Katanya menjelaskan, dengan sebagian kata yang tidak baik untuk diucapkan.

"Hmph. Kalimatmu tetap kasar ya."

"Komen!" Taufan kembali menghela nafas. "Lebih baik kita cari anak-anak dulu, baru minta mereka untuk menje—"

"Nak Hali! Nak Taufan!" Ucapan Taufan terpotong ketika suara bibi Mayen yang terdengar begitu panik dan khawatir.

Mereka langsung mendonggak, ketika nama mereka dipanggil yang merupakan bibi Mayen. Yang memanggil mereka. Beliau menetralkan nafasnya dengan wajah yang pucat.

"Hahh.. hahh.. T-tuan muda.." Ia langsung menarik nafasnya. "Denyut Tuan muda Sori melemah!"

Deg!

"Apa-apaan ini?!" Sentak Taufan mengkerutkan keningnya dan langsung berjalan cepat. "Apa yang terjadi dengan Sori bi?!" Taufan memegang kedua bahu bibi Mayen dengan wajah yang begitu khawatir.

"Apa yang terjadi sebenarnya?!" Tegas Halilintar.

"Bibi akan menjelaskannya nanti, kalian lebih dulu melihat Tuan muda Sori! D-dan.. yang lainnya juga terluka!" Seru Bibi Mayen, yang tidak dapat berbohong dengan wajahnya. Begitu khawatir dan gelisah.

Taufan berkeriut. Ia langsung menuju kamar anak-anak dan langsung mendobraknya, Halilintar yang melihat itu langsung memprotes.

Makannya Jangan Menduda! - [Halitau]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang