Setiap waktu, rasa rindu satu sama lain itu terus bermunculan seiring berjalannya waktu. Mereka rindu bagaimana menghabiskan malam bersama, memenuhi rumah yang sekarang terasa kosong, dan meramaikan lagi rumah yang sedang dilanda kesepian. Mengisi malam dengan berbagi suka duka dan mendoakan satu sama lain agar hari esok, masih bisa mereka temui.
Setiap malam pun, tak henti merapalkan doa-doa mereka kepada Sang Pemilik Dunia, agar memberikan kesempatan untuk mereka merasakan lagi bentuk kasih sayang dengan versi yang lebih baik. Berharap tidak ada yang hilang saat kesempatan itu mereka dapatkan.
Hadirnya kembali seseorang yang sangat mereka takutkan untuk pergi jauh, adalah hal yang mereka doakan akhir-akhir ini. Mungkin sudah saatnya, satu doa yang mereka langitkan kembali ke bumi dengan rupa yang begitu indah. Mereka akan menyambut orang yang sudah mereka rindukan. Adiyawira bersaudara kembali mendapatkan kehidupan mereka.
Luna kembali.
Para sulung Adiyawira bersaudara berlari secepat mungkin, setelah Yasa dan Raffan mengirimkan pesan di grup keluarga, mengabari jika Luna sudah sadar. Menyusuri lorong rumah sakit yang sudah terlihat sepi karena hari semakin malam. Mereka tidak peduli dengan tatapan heran beberapa perawat yang mereka lewati. Di dalam pikiran mereka adalah segera bertemu dengan Luna, yang sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.
Mereka segera masuk ke dalam ruangan dan mendapati Yasa yang berdiri di sisi ranjang, sedang mengusap lembut kepala adiknya yang masih sakit. Sedangkan, Raffan masih menangis di sisi ranjang yang lain. Keadaan Luna sudah sedikit membaik dari sebelumnya, tetapi masih perlu adanya pengawasan dan pemeriksaan lebih lanjut.
Luna masih terbaring lemas di atas ranjang karena kepalanya akan terasa sangat nyeri saat dia banyak bergerak. Dia hanya tersenyum lemah menyambut abang dan kakaknya yang satu per satu mendekatinya, sesekali menutup matanya menahan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba.
Natha adalah orang pertama yang berlari menghampiri Luna ketika adiknya melirik ke arah pintu. Yasa sedikit menggeserkan tubuhnya ke belakang agar saudaranya yang lain dapat mendekatkan diri ke ranjang Luna.
"Adek masih sakit? Paling sakit sebelah mana?" tanya Natha dengan air mata yang tidak bisa dia tahan.
Luna menggeleng pelan dan meraih tangan Natha susah payah. "Aku baik-baik aja, Kak. Jangan nangis, ya," ucap Luna sangat lirih.
"Kalau sakit harus bilang, ya. Adek udah janji sama Kakak, dan janji harus ditepati," ujar Natha sembari mengusap tangan adiknya.
"Kita bersyukur banget Adek udah sadar," ucap Mahanta.
Luna tersenyum kecil mendengar ucapan dari abang dan kakaknya. Dia tatap satu per satu wajah mereka yang berdiri di samping ranjangnya. Ada sebuah rasa terimakasih dan bersalah yang muncul bersamaan dalam benaknya. Luna sangat bersyukur dirinya masih memiliki saudara yang selalu ada untuknya. Juga rasa bersalah, sebab dirinya selalu menjadi beban untuk abang dan kakaknya. Dirinya belum bisa menjadi mandiri, pikirnya.
"Maafin aku, Abang, Kakak." Kalimat yang hanya bisa Luna katakan saat ini.
Albara mendekati Luna dan tersenyum padanya. Mengusap pelan kepalanya yang masih terbalut dengan perban. "Adek nggak usah minta maaf, ya. Adek bisa cerita setelah merasa baikan."
Suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatian Adiyawira bersaudara. Muncul Gavin dan Raya yang masih berusaha mengatur napasnya setelah berlari di sepanjang lorong rumah sakit. Raya lebih dulu melangkahkan kakinya menuju Luna, kemudian memeluk kakak tercintanya. Disusul Gavin di belakangnya.
Raya mendekap sangat erat kakaknya, seakan takut untuk kehilangan. Sementara, Luna diam, membiarkan tubuh Raya mendarat di atas tubuhnya untuk memeluk dirinya. Rasanya sudah lama dia tidak merasakan pelukan hangat dari adik yang sangat dia cintai itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMOGA BAHAGIA [COMPLETED]
General FictionLahir di keluarga yang lengkap dan sempurna adalah keinginan terbesar Laluna yang hanya bisa dia pendam sedalam-dalamnya. Mungkin, menjadi keinginan yang sulit Laluna cantumkan dalam rangkaian doa yang setiap malam dia rapalkan. Ada satu doa yang se...