Seperti yang sudah dijanjikan oleh Mahanta. Kini, Luna, Mahanta, Yasa, dan Gavin mengunjungi panti asuhan yang dimaksud oleh Luna-milik Ibun dan Yumna. Keadaan Luna belum sepenuhnya bisa dikatakan sehat, tetapi dirinya tetap memaksakan diri untuk mengunjungi panti. Dirinya sangat merindukan anak-anak panti. Terutama Ishana dan Arya.
Ini kedua kalinya, Luna menapakkan kaki di panti, setelah beberapa waktu dirinya tidak bisa berkunjung karena berbagai alasan. Luna berjalan-dibantu Gavin-sedikit tertatih memasuki halaman panti yang terlihat sangat bersih. Sedangkan, Mahanta dan Yasa membawa beberapa plastik hitam besar dan beberapa plastik yang ukurannya lebih kecil, yang berisi bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari untuk panti.
Ibun dan Yumna keluar dari rumah panti setelah mendengar suara langkah kaki yang menaiki tangga depan rumah.
Ibun langsung menghampiri Luna dengan wajah sendunya. Memeluk Luna dengan erat. Kemudian, melepaskan pelukannya dan memandangi Luna. "Ya ampun, Luna. Gimana keadaan kamu sekarang?"
Ibun memang tahu keadaan Luna yang membuatnya masuk rumah sakit dan berakhir kritis dari Yumna. Juga, tahu tentang papanya yang menjadi penyebab luka-luka yang kini masih belum kering.
Luna tersenyum pada Ibun. "Keadaan aku udah membaik, kok, Bun."
"Maaf, ya. Ibun nggak bisa jenguk Luna waktu di rumah sakit." Ibun mengusap pelan kedua lengan Luna.
"Iya, nggak apa-apa, Bun. Buktinya Luna sampai sini," ucap Luna sembari tersenyum. "Oh iya, Bun, ini abang sama kakak aku."
Luna menoleh ke arah abang dan kakaknya yang sedari tadi hanya memperhatikan Luna dan Ibun. Luna mengkode abang dan kakaknya untuk memperkenalkan diri pada Ibun dan Yumna.
"Saya pemilik panti ini, Nak. Panggil Ibun saja, ya." Ibun memperkenal diri terlebih dahulu pada mereka.
"Saya Mahanta, Ibun," sapa Mahanta kemudian mengulurkan tangan kepada Ibun setelah menyerahkan satu plastik di tangan kanannya kepada Gavin. Tentu saja disambut baik oleh Ibun. "Ini ada beberapa pemberian dari kami untuk kebutuhan panti. Mohon diterima."
Mahanta, Yasa, dan Gavin menyerahkan beberapa plastik berukuran kecil kepada Ibun dan plastik berukuran besar kepada Yumna. Ibun dan Yumna menerimanya dengan senang hati.
"Saya Yasa, Ibun." Yasa tersenyum ramah kepada Ibun dan mengulurkan tangannya.
Gavin menjadi yang terakhir mengulurkan tangan pada Ibun. "Saya Gavin, Ibun."
"Terima kasih, kalian sudah repot-repot datang kemari. Padahal, Luna masih sakit dan kalian pasti sedang sibuk. Kita juga ucapkan terima kasih untuk hadiah-hadiah dan pemberian yang kalian berikan," ungkap Ibun.
Mahanta tersenyum simpul. "Seharusnya kita yang terima kasih, Ibun. Karena, Ibun sama Yumna sudah baik menyambut kami."
"Oh, iya. Anak-anak ada di mana, Bun, Yum?" tanya Luna.
"Di dalam sama Aurel. Lagi bagi-bagi hadiah dari kalian," jawab Yumna.
Sebenarnya, Luna ingin pergi sendiri ke mall dengan tujuan membelikan hadiah untuk anak-anak panti karena abang dan kakaknya sedang sibuk mengurus pengadilan papanya. Namun, Farrel yang mendengar itu pun menolak keras keinginan Luna. Karena, melihat kondisi Luna yang belum memungkinkan untuk berjalan terlalu lama.
Akhirnya, Luna meminta bantuan Aurel untuk membelikan hadiah untuk anak-anak panti. Aurel yang sudah tahu-menahu tentang Yumna dan panti, dengan senang hati membantu Luna. Sahabatnya itu tidak keberatan jika membelikan hadiah dan mengantarnya ke panti sendiri.
"Ya udah, ayo masuk!" ajak Ibun.
Mahanta dan Yasa membantu Yumna yang membawa plastik besar yang berisi kebutuhan panti ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMOGA BAHAGIA [COMPLETED]
Ficción GeneralLahir di keluarga yang lengkap dan sempurna adalah keinginan terbesar Laluna yang hanya bisa dia pendam sedalam-dalamnya. Mungkin, menjadi keinginan yang sulit Laluna cantumkan dalam rangkaian doa yang setiap malam dia rapalkan. Ada satu doa yang se...