"ADEK! BANGUN!" teriak Gavin dari luar kamar sembari mengetuk pintu kamar Raya.
"Adek! Kalau lama ditinggal nih, udah jam setengah tujuh!" teriak Gavin lagi karena tidak ada jawaban dari dalam kamar yang diketuknya.
Suara pintu kamar terbuka. Bukan pintu kamar milik Raya, tapi kamar di sebelahnya. Kamar Raffan. Si pemilik kamar keluar dengan keadaan setengah sadar. Raffan melihat kesal pada Gavin yang terus-menerus berteriak dan mengetuk kamar milik Raya. Teriakan itu sangat mengganggu tidur paginya.
"Berisik banget sih pagi-pagi. Paling juga lagi dandan itu si Raya, nggak usah brutal banget ngetuknya," ucap Raffan kesal.
Gavin mendengkus. "Ya lagian lama banget sih Dek Raya itu. Abang nggak ada kelas?" tanya Gavin saat melihat abangnya yang masih dengan setelan baju tidurnya.
"Kelas siang nanti. Awas kalau berisik lagi!" jawab Raffan yang masih melawan kantuknya. Kemudian, Raffan kembali masuk ke dalam kamarnya, melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu.
Tak lama setelah obrolan singkat itu, pemilik kamar yang dipanggil oleh Gavin akhirnya keluar. Raya hanya tersenyum ke arah Gavin menunjukkan deretan giginya yang rapi.
"Maaf, Kak, habis panggilan alam dulu. Nggak bisa dimasukin lagi soalnya hehe," ucap Raya meringis. Gavin hanya menghela napasnya dan mengajak Raya turun untuk sarapan, agar mereka segera berangkat.
Gavin Adiyawira atau Kakak Gavin. Anak kesembilan yang sedang menempuh bangku kuliah di jurusan manajemen. Mahasiswa semester empat yang sebentar lagi akan naik semester lima. Sifat dan kepribadian Gavin yang ramah, suka mencoba hal-hal yang baru, dan suka banyak bercerita seperti Raya. Gavin selalu menceritakan bagaimana kesehariannya di kampus, mata kuliah apa saja yang baru saja diberikan, teman-temannya, dan apa saja yang dia lihat di perjalanan berangkat ataupun pulang dari kampus. Di kampusnya, Gavin hanya mengikuti UKM Band dan bergabung di band kampus yang terbilang cukup terkenal. Dia sangat suka bermain alat musik seperti piano dan gitar.
Jika Gavin pandai bermain alat musik, maka Raffan yang pandai menyanyi.
Raffan Adiyawira atau Abang Raffan. Anak kedelapan di keluarganya. Raffan juga sedang menempuh bangku kuliah yang akan naik ke semester tujuh. Raffan adalah mahasiswa yang supel dan aktif di organisasi BEM sejak semester tiga. Sifatnya yang ramah dan mudah bergaul menjadikan dia sebagai mahasiswa ilmu komunikasi yang paling banyak memiliki teman. Dia yang pandai membangun relasi di semua fakultas sehingga banyak yang mengenal siapa itu Raffan Adiyawira. Sering mengikuti semua kegiatan kampus dan menjadi panitia inti, terkadang membuatnya harus menginap di kost temannya—letaknya dekat kampus. Hal itu, membuat abang dan kakaknya khawatir pada kesehatan Raffan. Namun, Raffan selalu menyakinkan saudara-saudaranya bahwa dia baik-baik saja.
Di ruang makan, sudah ada abang dan kakak mereka yang duduk dan siap untuk sarapan. Pagi ini, Alzura yang membuatkan sarapan untuk Adiyawira bersaudara. Di keluarga itu, hanya Alzura dan Natha yang pandai memasak. Mereka pandai memasak karena sejak kecil sering membantu sang mama menyiapkan makanan untuk sarapan dan makan malam. Sesekali Albara dan Luna membantu mereka, karena kemampuan keduanya belum setara dengan Alzura dan Natha. Sedangkan yang lain, hanya bisa memasak makanan yang sederhana saja.
Sejak dulu, ART di rumah mereka tidak ditugaskan untuk memasak. Hanya ditugaskan untuk bersih-bersih rumah saja. Karena dulu, ada sang mama yang bertanggung jawab pada makanan anak-anaknya.
Sebenarnya, sejak sang mama tiada, Mahanta sudah berinisiatif untuk mempekerjakan beberapa ART untuk bagian dapur dan membantu mereka mengurus adik-adiknya yang saat itu masih kecil—Luna yang masih balita dan Raya yang saat itu masih bayi.
Namun, Natha sedikit tidak setuju. Dia mengusulkan, hanya mempekerjakan babysitter untuk membantu mengurus adiknya yang masih membutuhkan perawatan sebagaimana balita dan bayi pada umumnya. Untuk urusan dapur, Natha yang akan bertanggung jawab semuanya. Karena, Natha tidak ingin ada kejadian keracunan makanan lagi seperti dulu, yang disebabkan oleh mantan ART mereka. Dia ingin adik-adiknya mendapatkan makanan yang terjamin seperti yang dibuatkan oleh mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMOGA BAHAGIA [COMPLETED]
Ficción GeneralLahir di keluarga yang lengkap dan sempurna adalah keinginan terbesar Laluna yang hanya bisa dia pendam sedalam-dalamnya. Mungkin, menjadi keinginan yang sulit Laluna cantumkan dalam rangkaian doa yang setiap malam dia rapalkan. Ada satu doa yang se...