Hai! Selamat siang semuanya :)
Nih, tak kasih yang adem-adem berhubung di luar lagi panas -Di pekanbaru sih yang panas-
Well, ini nggak terlalu panjang. Mungkin nggak ada romantis-romantisnya malah karena suer, aku nggak bisa bikin kalimat-kalimat romantis yang kayak diluar sana. Lagian romantis itu relatif, kan? Dan aku berusaha bikin keromantisan Justin-Nicole dengan cara mereka sendiri tanpa membuat perut pembaca mual he he he
HAPPY READING!
AWAS TYPO!
oOoOoOo
"Jadi bagaimana kau bisa mendapatkan video itu?"
Justin tersadar dari lamunannya dan memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih nyaman.
Beberapa datik setelah Nicole menutup teleponnya, dia segera berlari ke rumah gadis itu, karena dia memang sengaja berada di rumah Ariana. Dia menemukan Nicole di beranda belakang, duduk berselonjor sambil memejamkan mata, menikmati angin musim gugur bulan Oktober. Nicole bahkan tidak membuka matanya ketika dia duduk di hadapan gadis itu. Entah karena gadis itu tertidur atau malah masih malas melihat wajahnya. Akhirnya, dia menghabiskan waktu dengan memandangi wajah gadis yang sudah dia rindukan selama seminggu belakangan ini.
Nicole mengibaskan tangan. "Kau tahu, Just? Aku tidak bisa telepati. Jadi jelaskan dengan bahasa yang bisa kumengerti."
Justin terkekeh pelan.
Setelah kepergian Nicole dari apartemennya seminggu yang lalu, dia langsung memberondong Lauren dengan pertanyaan. Dia bahkan tidak ingat bertemu wanita itu dimana, lalu tiba-tiba saja begitu dia bangun wanita itu ada di ranjangnya dalam keadaan telanjang—keadaan dirinya juga begitu—.
Terakhir yang dia ingat, dia masih berada di bar dengan beberapa klien juga stafnya untuk merayakan kerja sama mereka. Dia masih cukup sadar saat itu karena dia sempat mengirimkan pesan pada Nicole, mengatakan bahwa dia belum pulang. Tapi setelah itu tidak ada lagi yang bisa dia ingat. Mungkin beberapa saat setelah dia meminum air mineral yang baru saja di berikan pelayan padanya.
Kepalanya sangat pusing, tapi dia masih sempat mengusir Lauren dengan kasar agar segera keluar dari kamar juga apartemennya. Hal selanjutnya yang dia lakukan adalah tidur.
Justin bangun beberapa jam kemudian. Dengan kepala lebih jernih, dan dia bisa mengingat sebagian dan hal-hal yang terjadi sebelum dia kembali tertidur. Yang paling mengusiknya adalah wajah terluka milik tunangannya. Hal yang pertama dia lakukan adalah mandi. Lalu membuka seprainya, memasukkannya ke dalam kantong sampah. Dia tidak berniat menghubungi Nicole sama sekali, karena tidak ingin hubungan mereka bertambah buruk. Dia sangat kenal gadis itu, dan apapun yang dia katakan saat Nicole emosi tidak akan didengar sama sekali.
Saat pikirannya benar-benar telah jernih, Justin mengingat dengan jelas bahwa dia sama sekali tidak melakukan seks dengan Lauren. Well, dia memang mencium wanita itu dengan memababi buta, bahkan tangannya juga menggerayangi tubuh Lauren. Tapi demi Tuhan, dia pikir saat itu wanita yang dia cium adalah Nicole. Dia mengira dirinya bermimpi—terkutuklah dia!—karena dia sering bermimpi melakukan hal itu dengan Nicole. Dan dia juga mengingat Lauren merekam kelakuan bejat mereka dengan handycam. Jadi dia berusaha meminta file itu dari Lauren sebelum wanita itu menghapusnya karena pada intinya video itu tidak berguna sama sekali bagi Lauren. Tapi bukti penting baginya.
Butuh waktu seminggu untuk membuat Lauren mau menyerahkan file itu padanya. Pada saat pertama kali dia meminta, wanita itu mengatakan dengan santainya bahwa dia sudah menghapus videonya. Namun Justin tidak percaya begitu saja. Dan keberuntungannya datang begitu saja. Dia sedang rapat dengan salah seorang klien ketika klien itu dengan santainya berkata bahwa Samuel Connelly sedang mengalami masalah keuangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Apartment
FanfictionNICOLE selalu menganggap JUSTIN adalah sahabatnya, karena mereka sudah saling mengenal sejak kecil. Namun, Justin selalu menyangkalnya. Alih-alih mengatakan bahwa mereka bersahabat, laki-laki itu malah dengan santainya berkata bahwa Nicole adalah ga...