Our Apartment [18]

9.6K 699 11
                                    

Selamat sore semuanya :)

Lagi ada ide, jadi setor dulu hahaha

Takutnya kalau di undur-undur nanti malah lupa..

Jadi, maaf maaf aja nih kalau post selanjutnya rada lamaan yaa

HAPPY READING!

AWAS TYPO!

Oh iya, Sebelumnya aku minta maaf, karena salah nulis. Mungkin kalian nggak terlalu perhatiin, makanya aku juga gak begitu sadar. Kemarin aku baca ulang lagi Our Apartment, dan barulah aku sadar, waktu di Part 9 (kalau nggak salah) aku bikinnya anak Ariana itu Sunny, umurnya 5 tahun. Terus dia punya bayi yang lahir 3 bulan lalu. Tapi di part 11 aku malah bikin kalau Sunny itu masih bayi -_- my mistake u.u jadi di part ini aku betulin. Ariana udah punya dua anak, dan anak keduanya berusia 3 bulan dan Sunny 5 tahun.

 

Nicole terbangun ketika rasa mual menggerogoti perutnya. Belum lagi kepalanya yang berdenyut hebat yang terasa seperti akan pecah. Dengan sekuat tenaga, dia menyibak selimut dan berlari ke sebuah pintu yang ada di sudut ruangan sebelah kirinya. Begitu tiba disana, dia langsung mengeluarkan semua hal yang membuat perutnya tidak nyaman, di kloset.

Butuh beberapa detik baginya, sebelum perutnya terasa normal. Setelah aksi muntahnya berakhir, tubuhnya terasa lemah, dan kepalanya kembali terasa sakit. Dia yakin dia bisa tidur di kamar mandi saat ini juga.

"Yesus," gumam Nicole saat denyut di kepalanya semakin parah. Rasanya seperti seseorang tengah membelah kepalanya menjadi dua bagian. "Ada apa dengaku?"

Dalam sekejap, pikirannya yang berkabut langsung jernih sehingga dia bisa mengingat kejadian sebelum dia hilang kesadaran dengan baik. Dia pergi ke Season's Bar dengan Zayn. Bicara dengan Grace, lalu Zayn memberinya alkohol. Laki-laki itu membawanya ke kamar yang ada di lantai dua Season's Bar, dan kalimat yang di katakan laki-laki itu.... Tiba-tiba tubuhnya merinding mengingat kejadian itu. Buru-buru Nicole memperhatikan tubuhnya.

Mata Nicole membulat sempurna ketika mendapati dress yang dia kenakan semalam sudah berganti dengan kemeja hitam kebesaran. Kemeja laki-laki!

"Tidak mungkin!" Nicole menggelengkan kepalanya, dan merasakan dorongan untuk menangis sangat kuat.

"Nic! Kau dimana?!"

Nicole mengusap air matanya begitu mendengar suara itu. Suara Justin! Apa laki-laki itu menemukannya? "Justin," panggil Nicole dengan suara seraknya.

"Astaga! Kupikir kau pergi kemana—kenapa kau menangis?" Justin langsung berjongkok di sisi Nicole dan menarik gadis itu kedalam pelukannya.

"Zayn—laki-laki brengsek itu hanya ingin meniduriku. Dia sudah meniduriku," isak Nicole.

Justin mengerutkan kening selama beberapa saat karena tidak mengerti ucapan Nicole. Begitu dia tersadar, dia terkekeh. "Hei, dia tidak menidurimu. Jadi tidak usah menangis."

Nicole melepaskan diri dari pelukan Justin, mengusap air matanya dan menatap Justin serius. "Benarkah?"

Justin menyeringai. "Kau tidak sadar, sekarang kau ada dimana?"

Nicole mengedarkan pandangannya. Karena terlalu mual, pusing dan panik dia bahkan tidak memperhatikan sekelilingnya. Rasanya dia seperti berada di kamar mandi apartemen Justin. Benarkah? Bagaimana mungkin?

"Benar. Kau berada di apartemenku. Atau kalau kau lebih nyaman, anggap saja ini apartemen kita."

Nicole menatap Justin bingung. Bukankah tadi malam dia ada di Bar?

Our ApartmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang