Our Apartment [1]

20.1K 1K 18
                                    

BRAAKK!!

"Astaga! Apalagi sekarang?!"

Gadis berambut cokelat keemasan itu mengabaikan pertanyaan yang di tujukan padanya, dan langsung menghempaskan tubuhnya di sofa panjang yang mengarah ke televisi. Menutup matanya rapat-rapat, sebelum akhirnya berteriak dengan kencang. "AAARGGHH!!"

Laki-laki sang pemilik apartemen langsung melempari wajah tamu tak di undang tersebut dengan lap tangan yang baru saja digunakannya. "Tutup mulutmu gadis gila!"

Nicole, gadis yang di panggil 'gadis gila' itu langsung duduk dan menatap tersangka yang melempari wajahnya dengan tajam. "Kau yang harus tutup mulut, bajingan!"

"Kalau-kalau Nona Tak Tahu Malu ini lupa, ini apartemenku. Jadi bersikaplah sebagai tamu yang baik."

"JUSTIN!" bentak Nicole kesal.

Justin mengalah, lalu duduk di samping Nicole. "Baiklah, ada apa?"

"Aku mau susu cokelat panas," ujar Nicole sambil menatap Justin dengan tatapan memelas.

"Kau datang tiba-tiba ke apartemenku, disaat semua orang ingin istirahat, dan kau hanya meminta cokelat panas?" tanya Justin tak percaya. Dia bahkan yakin kalau jam di apartemennya baik-baik saja, dan itu artinya memang sudah pukul satu dini hari. "Memangnya di sepanjang jalan kau tidak menemui cafe 24 jam?"

"Kalau kau tidak mau membuatkannya untukku, aku akan pulang sekarang," ancam Nicole.

"Baik. Baik. Tidak perlu mengancam seperti itu," ujar Justin panik. Bagaimanapun, dia khawatir melihat keadaan Nicole. Mata gadis itu sembab, dan hidungnya terlihat merah. Terlihat jelas kalau dia baru saja menangis.

Lima menit kemudian, Justin duduk di samping Nicole dengan secangkir besar susu cokelat panas pesanan gadis itu. Dia menyerahkannya pada Nicole dan disambut gadis itu dengan suka cita. Gadis itu menyesapnya perlahan, dan tubuhnya mulai terlihat santai.

"Jadi bagaimana? Apa yang membuatmu datang ke apartemenku tengah malam seperti ini?"

Nicole membiarkan air matanya kembali menetes. Hingga akhirnya, dia berada di dalam pelukan Justin dan tangisan yang sempat di tahannya selama di lift, kembali melesat keluar. Dia terisak hebat, dan Justin mengusap punggung gadis itu dengan lembut. Berusaha memberikan ketenangan pada Nicole, gadis yang sudah dikenalnya sepanjang hidupnya.

"Bajingan itu meniduri Violet di Apartmennya," ujar Nicole dengan suara geram. "Seharusnya aku sadar kalau hubungan mereka tidak hanya sekedar Artis dan Asisten."

Justin tidak menghentikan usapannya pada punggung Nicole meskipun gadis itu sudah tidak menangis lagi.

"Si Brengsek itu bahkan mencium keningku tadi pagi, dan malam ini dia sudah tidur dengan asisten jalang itu!" cetus Nicole berapi-api.

Justin mendorong tubuh Nicole hingga dia bisa melihat wajah gadis itu secara keseluruhan. "Dia mencium keningmu?"

Nicole mengusap keningnya putus asa. "Menurutmu aku harus menncuci keningku dengan apa?"

"Dimana dia menciummu?"

Nicole menunjuk keningnya.

Justin langsung memajukan tubuhnya dan mencium kening Nicole, tepat di area yang di tunjuk oleh gadis itu.

Nicole melotot. Dia langsung mendorong kepala Justin kuat-kuat hingga laki-laki itu terhempas ke sandaran sofa. "Hei, Bodoh! Jangan mencuri kesempatan! Kau mau mati?"

Justin menyeringai. "Aku hanya berusaha menghilangkan jejak si brengsek itu dari keningmu. Berterima kasihlah sedikit!"

Nicole mendelik. "Berterima kasih?"

Our ApartmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang