Hai!
Selamat pagi semua :)
Maaf, saya baru datang lagi dengan Our Apartment part 12-nya...
Bagi yang kemarin rada rada kesal karena kelakuan Nicole, nah, sebaiknya buruan buang kekesalan itu karena disinilah jawabannya! hehehe
HAPPY READING!
AWAS TYPO!
OoOoOoOoO
Setelah memastikan mobilnya terkunci, Nicole memerhatikan keadaan sekitarnya. Mencari keberadaan mobil Justin. Yeah, benar. Dia sedang berada di basement apartemen laki-laki itu. Meskipun disana banyak mobil, Justin selalu meletakkan mobilnya di blok yang sama. Untuk ukuran apartemen kelas menengah, keberadaan mobil Lexus LFA juga Peugeot HX1 di blok F itu tidak bisa di lewatkan begitu saja. Justin selalu memakai mobilnya itu bergantian. Seperti novel-novelnya, Justin juga tidak akan membiarkan debu hinggap terlalu lama pada mobil kesayangannya tersebut. Satu hal lagi, dia hafal plat mobil laki-laki itu.
Nicole tersenyum ketika melihat kedua mobil Justin tersebut diparkir berdampingan. Justin tidak suka bepergian kalau bukan dia yang menyetir. Jadi, dapat dipastikan kalau laki-laki itu sedang mendekam di apartemennya. Entah, dia juga tidak mengerti dengan obsesi laki-laki itu tentang menyetir. Mungkin dulunya dia bercita-cita menjadi pembalab. Lagi pula, dibandingkan dengan pergi ke bar, Justin lebih suka mengurung dirinya di kamar, menghidupkan musik yang keras dan melompat-lompat di tempat tidur layaknya penyanyi profesional ketika dia sedang dalam mood yang sangat buruk.
Begitu tiba di depan pintu apartemen Justin, Nicole segera memasukkan pass code yang tak lain adalah nomor apartemen itu sendiri. Yeah, terkadang Justin memang tidak dapat dimengerti. Dari sekian banyaknya kombinasi angka di muka bumi, kenapa laki-laki itu malah memakai nomor apartemennya sebagai password?
Terdengar bunyi yang lain dari biasanya. Dan tak lama kemudian, suara sang operator wanita mengatakan bahwa password yang dia masukkan salah.
"Rasanya aku tidak salah menekan," gumam Nicole sambil mengerutkan kening.
Nicole kembali mencoba, dan suara operator wanita itu kembali terdengar.
"Dimana kesalahannya?" Nicole mengomel sendiri.
Nicole menatap jam tangannya, dan dia mengerang keras. sepuluh menit lagi menuju pukul 11, dan dia masih terkurung di luar. Dia mencoba sekali lagi, dan kali ini operator itu malah memintanya untuk memakai kunci manual atau memanggil petugas keamanan.
"Damn!" umpat Nicole pelan begitu menyadari keadaannya. Justin pasti menukar password apartemennya, sehingga dia tidak bisa masuk. Tampaknya laki-laki itu benar-benar marah besar. "Baik Nicole. Pikirkan apa yang harus kau lakukan," ujarnya pada diri sendiri.
Pada menit-menit terakhir menuju jam 11, dia kembali teringat perkataan sang operator. Dia bisa masuk dengan cara manual. Buru-buru Nicole mengeluarkan dompet dari tasnya. Wajahnya langsung sumringah ketika melihat kunci apartemen itu yang berbentuk persegi panjang seperti kartu kredit.
Dua menit menuju jam 11.
Nicole melempar tasnya sembarangan begitu berhasil masuk apartemen Justin. Seperti yang dia duga, Justin berada di kamarnya. Terlihat dari cahaya lampu yang menyusup dari celah kecil di bawah pintu juga fentilasi. Berusaha tenang, dia mengeluarkan kue tar yang sudah dia pesan dari jauh-jauh hari dan baru satu jam yang lalu dia ambil. Menyalakan lilin yang berbentuk angka 24 itu.
Tepat ketika jam menunjukkan pukul 11, Nicole membuka pintu kamar Justin, dan berteriak sekencang mungkin. Berusaha mengalahkan musik yang sedang di putar oleh laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Apartment
FanfictionNICOLE selalu menganggap JUSTIN adalah sahabatnya, karena mereka sudah saling mengenal sejak kecil. Namun, Justin selalu menyangkalnya. Alih-alih mengatakan bahwa mereka bersahabat, laki-laki itu malah dengan santainya berkata bahwa Nicole adalah ga...