Nicole menikmati pijatan karyawati salon pada kepalanya. Rasanya dia ingin tidur saat itu juga, seperti yang sedang di lakukan oleh Lisa—Ibunya saat ini. Tapi beberapa pengunjung salon yang sedang berada di ruangan itu menatapnya terang-terangan. Padahal ini sudah seminggu berlalu setelah berita menghebohkannya dan Jean, yang menyebabkan wajahnya muncul di televisi selama empat hari penuh sebelum akhirnya di gantikan oleh artis lain yang tertangkap basah sedang berada di sebuah hotel pada dini hari, padahal dia sudah menikah.
Nicole mengurungkan niatnya untuk memejamkan mata ketika ponselnya berbunyi. Dia meminta tolong pada karyawati yang bernama Shane itu untuk mengambilkan ponselnya yang ada di meja dihadapannya.
Dia menggeser tombol hijau pada layar ponselnya, sebelum berkata dengan malas-malasan, "Ada apa?"
Justin di seberang sana terkekeh. "Astaga! Ini masih siang, kenapa suaramu masih seperti orang yang dibangunkan pagi hari, hah?"
"Kau menelepon hanya untuk mengolokku?" cibir Nicole. "Memangnya pekerjaan kantormu sudah selesai?"
"Aku sedang istirahat," sahut Justin. "Mataku lelah karena membaca laporan terus dari tadi pagi. Jadi aku sedang mencari hiburan."
"Cih, dasar PresDir gila!" umpat Nicole. "Dan apa katamu? Mencari hiburan? Memangnya aku televisi? Yang menayangkan hiburan?"
"Kau tidak tahu ya? Berbicara denganmu adalah hiburan, sekaligus memberiku semangat."
Nicole mendengus keras. "Jangan membual. Aku ingin muntah saat ini," gerutu Nicole.
Justin terkekeh. "Baiklah. Kau sedang dimana?"
"Di salon," jawab Nicole singkat.
"Sudah kuduga," kata Justin. "Memangnya kau bisa berada dimana lagi setelah menjadi pengangguran."
Nicole langsung menegakkan tubuhnya hingga Shane yang masih memijat kepalanya terlonjak kaget. "Hei! Aku akan membunuhmu begitu kau muncul di hadapanku, mengerti?!"
Lisa tak kalah kaget karena seruan putri bungsunya itu. "Astaga, Nic! Kau membuatku kaget!"
Nicole menoleh kearah Lisa, lalu tersenyum minta maaf. "Maafkan aku Mom. Seseorang yang meneleponku sudah bosan hidup tampaknya," ujarnya.
Lisa menggelengkan kepala, dan kembali memejamkan matanya.
Nicole merebahkan kembali tubuhnya, hingga Shane kembali bekerja. "Berhenti membuatku kesal, Justin Bieber!"
"Nanti malam kau menginap di apartemen?"
Nicole mendengus. "Setelah kau mengolok-olokku, menurutmu aku masih mau tidur disana?!"
Justin tertawa. "Kalau aku jadi kau, aku pasti akan tidur disana. Karena kalau tidak, aku akan membuang semua pakaianmu yang ada di lemari. Atau mungkin menyumbangkannya?"
"Ancaman macam apa itu?" sungut Nicole. "Sangat tidak berbobot."
"Sepertinya aku ingin memesan Ayam, Pizza juga singgah sebentar di supermarket untuk membeli susu cokelat bubuk."
Nicole tertawa keras. "Kalau begitu aku akan menginap disana," ujarnya sambil memutuskan telepon sepihak.
Nicole memejamkan matanya, membayangkan betapa nikmatnya malam nanti. Dia bisa makan ayam, lalu setelah itu Pizza, dan minum susu cokelat panas sebelum tidur. Itu benar-benar surga dunia. Mungkin dia juga bisa menonton salah satu dari koleksi DVD Justin sampai pagi, karena dirumah dia tidak akan bisa melakukan hal itu. Scott—ayahnya, pasti akan membunuhnya kalau menonton sepanjang malam.
"Kau akan menginap di tempat Justin nanti malam?" tanya Lisa, setelah mereka berada di mobil untuk perjalanan pulang.
Nicole yang berada di belakang kemudi mengangguk. "Ya, kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Apartment
FanfictionNICOLE selalu menganggap JUSTIN adalah sahabatnya, karena mereka sudah saling mengenal sejak kecil. Namun, Justin selalu menyangkalnya. Alih-alih mengatakan bahwa mereka bersahabat, laki-laki itu malah dengan santainya berkata bahwa Nicole adalah ga...