Our Apartment [5]

14.2K 878 4
                                    

Hai :)

Selamat pagi, kah? hehehe

Ini dia Our Apartment part 5, selain terkendala modem, part ini juga baru selesai di ketik tanggal 19 lalu, hehehe

Part ini aku dedikasikan buat para readers yang nungguin kelanjutan cerita ini. Oke, Hope you like, guys!

HAPPY READING!!

AWAS TYPO!

oOoOoOoOo

"Tidak. Hubunganku dan Nicole berakhir dengan baik-baik." Jean menatap ke salah seorang reporter yang bertanya namun tidak terekam kamera, lalu berkata, "Nicole tidak berselingkuh. Hubungan kami sudah berakhir selama dua bulan, dan aku rasa itu cukup baginya untuk mencari penggantiku."

Nicole mematikan televisi itu dengan remote, lalu membanting remote-nya ke meja di hadapannya. "Kau mau mencari perhatian orang-orang seolah-olah kau yang terluka di situasi ini?" gerutu Nicole.

Greyson yang duduk di sampingnya terkekeh. "Sudah kubilang, kan? Tidak usah berpacaran dengan artis?"

Nicole mendelik. "Kami sudah putus. Dua bulan. Lalu kenapa para wartawan itu masih saja menguntitku? Aku bukan selebriti. Memangnya berpacaran dengan artis membuatmu juga menjadi selebriti? Tidak, kan?"

"Kebanyakan memang begitu."

"Si Brengsek itu bukan membelaku, tapi malah membuatku terlihat semakin buruk," sungut Nicole. "Dia bilang, dua bulan cukup bagiku untuk mencari penggantinya. Sedangkan dia tidak terlihat dengan siapapun. Dia hanya tidak mengatakan aku berselingkuh secara terang-terangan."

Greyson mengusap puncak kepala Nicole penuh sayang. "Mungkin memang supaya publik menaruh perhatian padanya. Bukankah valentine nanti film terbarunya akan keluar? Last Hope? Aku tidak ingat judulnya."

Nicole mendengus. "Last Hope? Aku sih berharap tidak ada yang menonton filmnya itu," gerutunya. "Apa komentar ayah soal ini?"

Greyson mengangkat bahu. "Memangnya ayah bisa apalagi? Ini kan masalahmu dengan Jean."

Nicole mendesah. "Ini semua gara-gara Justin. Kalau saja dia tidak muncul di bandara dengan cara memalukan seperti itu, aku pasti tidak muncul lagi di berita manapun!"

Nicole tersentak ketika ada yang memeluk bahunya dari belakang. Begitu kuat hingga dia tidak bisa menoleh untuk melihat pelakunya. Tapi, rasanya dia sudah tahu tanpa repot-repot menoleh.

"Sayang, apa yang kulakukan di bandara kemarin itu hal romantis, kenapa kau malah menyebutnya memalukan?"

Nicole menggerakkan tubuhnya, berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Justin. Lagipula, bagaimana mungkin dia tidak menyadari kedatangan laki-laki mesum ini? "Siapa yang kau sebut Sayang, laki-laki mesum?!"

Justin meluncurkan sebuah ciuman di pipi Nicole, hingga gadis itu menjerit kesal. Sementara Greyson yang melihat mereka berdua malah tertawa. "Tentu saja kau. Memangnya siapa lagi?" Justin melepaskan pelukannya, dan detik itu juga sebuah pukulan bersarang di kepalanya. Hingga dia merasa kepalanya berdenyut untuk sesaat. Pukulan Nicole memang yang terbaik.

"Aku akan memasang masker permanen pada bibirmu!" ketus Nicole.

Justin tertawa, lalu memutari sofa, dan duduk di samping Nicole. "Untukmu." Justin menyerahkan sekotak pizza ukuran sedang di atas pangkuan Nicole.

Nicole mendengus. "Aku tidak menerima sogokan," ujarnya tak acuh. "Lagipula, apa yang kau lakukan disini? Kau tidak tahu, malam ini ada badai?"

Justin mengangguk. "Aku tahu. Makanya aku kesini. Kau pikir menyenangkan melewati badai sendirian di apartemen?"

Our ApartmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang