Selamat malam :)
Sedikit lebih cepat, kan?
Part ini lebih panjang dari sebelumnya dan semoga suka
Part ini agak mandek waktu ngetik bagian awalnya dan beberapa kali ketik-hapus-ketik, dan ini lah yang bisa aku berikan :)
Theme song buat part ini adalah Fall-nya Justin Bieber
HAPPY READING!
AWAS TYPO!
oOoOoOo
-NICOLE-
Aku memandangi wajah Justin yang tengah terlelap dengan tenang. Laki-laki itu baru saja tidur setelah makan malam dan minum obat setelahnya. Dokter memang menganjurkan laki-laki itu untuk banyak beristirahat. Seharian tadi Justin di jaga oleh Jeremy dan Pattie dan saat sore, aku menggantikannya bersama Skandar dan Ariana.
Selama tiga hari ke depan aku akan tetap di Banff, karena aku sudah minta izin pada sekolah dengan alasan sakit. Lusa aku akan kembali ke Washington D.C bersama dengan Jeremy dan Skandar. Pattie dan Ariana tetap tinggal untuk menjaga Justin selama empat hari berikutnya. Justin benar-benar harus istirahat selama seminggu di Banff Hospital agar dokter dapat memantau keadaannya. Jika sudah lebih baik, Justin diizinkan pulang ke Washington, meskipun masih harus istirahat lagi di rumah selama seminggu penuh.
Wajah Justin terlihat damai, meskipun sesekali laki-laki itu akan mengerutkan kening seolah kesakitan. Rusuk Justin membentur sesuatu hingga menyebabkan memar, dan hal itu membuatnya kesusahan saat menarik napas. Dokter bersyukur benturan itu tidak terlalu keras hingga tidak mengganggu organ vitalnya.
Meskipun tidak pernah mengakuinya selama ini, aku tahu Justin termasuk dalam kategori tampan. Hidung laki-laki itu mancung, alisnya tebal, rahangnya kokoh, bibirnya penuh, dan matanya indah. Tapi yang paling aku sukai darinya adalah kakinya. Well, kedengarannya memang tidak masuk akal. Disaat orang lain sibuk memerhatikan wajah laki-laki yang baru di temuinya, aku akan memandangi kaki laki-laki itu. Lalu aku akan membandingkan kaki laki-laki itu dengan kaki milik Justin.
Mungkin aku memang menyukai Justin, sehingga sering tanpa sadar membanding laki-laki yang sedang kukencani dengannya. Lagipula, jika aku tidak menyukainya, bagaimana mungkin aku masih bertahan disampingnya sampai sekarang? Aku juga yakin sekali aku menyayanginya. Sebagai sahabat, sebagai teman. Justin sangat berarti bagiku karena kami sudah bersama sejak kecil. Tapi, cinta? Aku tidak yakin.
"Hai!"
Aku menoleh ke arah pintu dan mendapati Ariana tengah tersenyum lebar sambil membawa kantong di tangan kirinya. Yeah, ketika aku sedang menyuapi Justin makan, Ariana dan Skandar pergi keluar mencari makan malam untuk kami bertiga. Lalu dimana sekarang laki-laki itu?
"Skandar sedang menelepon," jelas Ariana tanpa di minta. "Sepertinya dia menyuruh seseorang untuk menggantikannya selama tiga hari ke depan di kantornya."
Aku mengangguk paham sambil menerima burger yang di sodorkan Ariana. "Bagaimana kabar anak-anakmu?"
"Mereka baik. Dan Lisa sangat senang karena aku menitipkan mereka padanya." Ariana tersenyum. "Aku benar-benar berterima kasih padamu juga Ibumu."
Aku menggeleng. "Aku memang harus melakukannya setelah membuat Justin seperti ini."
Ariana mendelik tak suka. "Aku yakin Pattie sudah membahas masalah ini," ujarnya. "Kecelakaan ini bukan salahmu. Tapi, kalau memang butuh orang untuk disalahkan, salahkan saja Justin."
![](https://img.wattpad.com/cover/18100337-288-k564388.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Apartment
FanfictionNICOLE selalu menganggap JUSTIN adalah sahabatnya, karena mereka sudah saling mengenal sejak kecil. Namun, Justin selalu menyangkalnya. Alih-alih mengatakan bahwa mereka bersahabat, laki-laki itu malah dengan santainya berkata bahwa Nicole adalah ga...