"Apa yang kau ingin bicarakan? Kenapa serius sekali?" Tanya Rathara seakan-akan tak terjadi apa-apa pada dirinya tadi. Walaupun ia mengukir senyum manis, tatapan matanya kosong.
"Rathara, apa kau sungguh mencintai kakakku?" Pertanyaan Lala itu mengubah ekspresi Rathara.
"Ya, aku yakin soal itu"
"Kau tak perlu merasa tak pantas untuk bersedih didepan ku atau didepan keluarga ku. Kau pantas untuk menangisi kakak. Tapi Rathara kau tak boleh terlalu terlarut, kau harus tetap hidup agar kakak bisa beristirahat dengan tenang"
"Aku dipenuhi rasa bersalah Lala, bagaimana aku bisa baik-baik saja?
"Untuk apa kau merasa bersalah? Kau tak melakukan kesalahan apapun. Tak ada yang salah dengan mencintai seseorang. Tak salah kalau kau kembali jatuh cinta walaupun kau sudah pernah kehilangan"
"Ini baru seminggu Lala,," Memang hal bodoh kalau orang-orang memaksanya untuk untuk melupakan Smoky dan tak terlalu terlarut. Sedangkan ini baru seminggu semenjak kematian pemuda itu.
"Aku tau, tapi kami tak mau kau terus terperangkap. Sudah seminggu kau seperti ini Rathara. Kakak tak akan senang melihatmu seperti ini dia tak akan tenang" walaupun bodoh tapi Rathara memang marus di sadarkan sebelum ia benar-benar tak bisa bangkit kembali.
Walaupun sudah satu minggu berlalu tapi mereka sudah bisa merelakan. Bukan berarti melupakan.
"Rathara, kau tak harus melupakan kakak. Simpan dia di suatu tempat dalam hatimu. Tapi relakan dia, dan lanjutkan hidupmu, lanjutkan cintamu" Rathara hanya terdiam, ia rasa ucapan Lala ada benarnya. Tapi bagaimana?
"Aku tau ini memang tak mudah, tapi aku harap kau bisa. Bukan hanya aku, aku yakin kakak juga memikirkan hal yang sama dari sana"
•°•°•°•°•••°°•
"Hai hai" Rathara memasuki ruang kelas siswa paruh waktu. Disana tampak mereka sedang duduk di matras yang melintang di sepanjang lantai kelas itu.
"Rathara?!" Para siswa paruh waktu itu berseru melihat kehadiran Rathara. Sudah beberapa hari ini dia menghilang dan akhirnya kembali lagi dengan senyum tanpa rasa bersalah itu.
"Kau ini,,," Murayama yang sebelumnya duduk di bawah langsung berdiri dan menarik Rathara ke pelukannya.
"Kau baik-baik saja? Kau sehat kan? Apa yang kau lakukan selama ini? Setidaknya beri kabar tapi kau menghilang begitu saja. Kau tak tau seberapa kami mengkhawatirkan mu?" Ujar Murayama panjang lembar, pelukannya begitu erat seakan-akan tak mau melepaskan Rathara untuk menghilang lagi.
"Heheh aku baik-baik saja. Sebelumnya maaf kalau tak mengabari" dibalik pelukan Murayama, Rathara terkekeh kecil dengan sikap pemuda itu padanya.
Haruskah ia mulai memperhatikan Murayama? Kalau mau di bilang orang yang ada di sisinya sejak kepergian Smoky adalah Murayama. Orang yang berhasil membuatnya melepaskan isi hatinya yang sesak. Orang yang menangkapnya saat ia jatuh. Dibandingkan Yuken yang baru ia temukan, yang menjadi tempat berkeluh kesah Rathara adalah Murayama. Haruskan ia mulai menyisihkan ruang untuk pemuda ini?
"Jangan terlalu terlarut Rathara, kau harus mulai merelakan" Suasana hati Rathara yang sebelumnya sudah lebih baik mendadak buruk kembali.
"Aku muak dengan kata-kata itu, tolong hentikan. Melupakan, merelakan bisakah kalian diam saja dan tak membahas tentang dirinya?" Ya memang benar Rathara sudah merasa muak dengan hal ini. Senua orang yang menemuinya terus mengatakan hal yang sama, relakanlah, lupakanlah. Mereka pikir Rathara tidak berjuang untuk melupakan Smoky?
Ia berjuang mati-matian melawan suara hatinya yang terus meminta untuk menangisi pemuda itu. Tapi ia sudah menguatkan dirinya, jadi ia harap orang-orang tidak terlalu membahas hal ini dan membuat ia terlihat begitu menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
love and fight
Teen FictionMenjadi petarung itu sangat menyenangkan bukan? Tapi bagaimana kalau kau kehilangan orang yang kau cintai disaat bertarung? "Cintaku sudah habis" "Tidak, cintamu tidak pernah habis hanya untuknya. Kau masih bisa mencintai dan mendapatkan cinta yang...