"Tadaima!" Rathara membuka pintu rumahnya dengan semangat. Tapi tak ada yang menyambutnya. Seingatnya Tsukasa sedang ada di rumah.
Tapi rumah ini tampak tak berpenghuni. Rathara melepaskan sepatunya dan melangkah masuk. Ia sama sekali tak memperhatikan sepatu-sepatu lain yang tersusun di pintu masuk.
"Si tukang tidur itu, apakah dia sudah tidur? Inikan baru jam 8 malam" Rathara menggelengkan kepalanya. Ia berjongkok didepan kulkas sambil memasukkan beberapa minuman dan juga bahan makanan yang tadi ia beli di jalan pulang.
Tiba-tiba Rathara punya ide jahil untuk membangunkan Tsukasa. Setelah semua belanjaannya tersusun rapi, Rathara berjalan ke kamar Tsukasa.
"Tsuka-Tsuka!" Rathara membuka pintu kamar Tsukasa dan melompat masuk. Tapi astaga pemandangan apa yang ia lihat ini?
"Arghhh!!" Rathara langsung menutup kedua matanya dengan tangan.
"Kapan kau pulang?" Tanya Tsukasa yang langsung menutupi tubuh seseorang dibalik selimutnya. Sedangkan ia berdiri dan menghampiri Rathara.
"Siapa itu?" Rathara menggunakan tangan satunya untuk menunjuk ke arah tempat tidur Tsukasa.
"Dia Yara, ahh pergilah kau mengganggu" Tsukasa berdecak kesal, padahal tadi tinggal selangkah saja.
"Hai Yara" Rathara lalu berbalik dan melangkah keluar.
"Ngomong-ngomong kak, ku belum ingin jadi seorang bibi. Jangan terburu-buru" ujar Rathara sebelum ia benar-benar keluar dari kamar Tsukasa.
Wahh Tsukasa nekat sekali membawa pulang seorang gadis ke rumah. Bahkan tidur dengannya, ahh memang Rathara dan Yuken sudah pernah tidur bersama. Tapi ini berbeda, wahh Rathara merasa seperti menonton film dewasa tadi.
"Kak, aku kasihan padamu. Otot Yuken terlihat lebih keren dan lebih sexy dari pada punyamu" ujar Rathara lalu menutup kembali pintu kamar Tsukasa.
Mendengar ucapan itu, Tsukasa yang hendak naik kembali ke ranjangnya langsung berjalan ke pintu.
"Apa kau bilang?! Apa yang kau lakukan dengan pirang itu" saat Tsukasa keluar, Rathara dengan cepat menggunakan sepatunya dan berlari keluar.
"Aku jalan-jalan sebentar ya!" Rathara lalu menghilang di balik pintu.
Tsukasa hanya menggelengkan kepalanya, ia memijat pangkal hidungnya pelan. Ia kembali menutup pintu kamarnya dan berjalan ke arah ranjangnya.
"Kasa" suara Yara memanggil Tsukasa beriringan dengan tangannya yang melingkari pinggang Tsukasa.
"Hmm, maaf ya" Tsukasa berbalik dan memeluk Yara.
"Tak masalah" Yara mengangkat wajahnya dan mengecup bibir Tsukasa pelan.
Saat Yara menjauhkan wajahnya, Tsukasa dengan cepat menahan wajah Yara. Tsukasa mendorong Yara hingga gadis itu benar-benar menyatu dengan kasur. Lalu ia mulai melumat bibir Yara dengan lembut, tangannya ia gunakan untuk menahan wajah Yara agar tak jauh. Sedangkan tangannya yang lain mulai menjelajahi area yang hampir ia dapatkan tadi saat Rathara datang dan mengacau.
•°•°•°•°°•^
"Aishhiteta Sayonara~" Rathara bersenandung kecil sambil berjalan menyusuri gang-gang kecil yang sudah sepi.
"Apakah aku cari bar terdekat saja ya? Aihh tapi aku sudah janji dengan Yuken untuk tidak minum-minum hari ini" Rathara berpikir keras apa yang akan dia lakukan sambil menunggu Tsukasa selesai membuat ponakan untuknya.
"Bagaimana kalau cari jajan pinggir jalan saja?"
"Ide bagus,, ehhh?" Rathara menjawab dengan santai dan beberapa detik kemudian barulah ia terkejut melihat Murayama sudah berdiri di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
love and fight
Teen FictionMenjadi petarung itu sangat menyenangkan bukan? Tapi bagaimana kalau kau kehilangan orang yang kau cintai disaat bertarung? "Cintaku sudah habis" "Tidak, cintamu tidak pernah habis hanya untuknya. Kau masih bisa mencintai dan mendapatkan cinta yang...