☆15☆

104 8 0
                                    

"Kau jarang di sekolah ya belakangan ini" ujar Shibaman begitu Rathara melangkahkan kaki masuk ke area rooftop. Rooftop kali ini berbeda dengan yang sebelumnya, mereka mendapatkan tempat untuk berkumpul yang baru.

"Sungguh? Aku rasa aku sering sekolah" Rathara berujar seakan-akan ia memang sering masuk sekolah.

"Aku baru melihat mu lagi hari ini" bahkan Yasushi juga mengakui kalau ia baru melihat Rathara lagi.

"Hehe aku sedikit sibuk" Rathara terkekeh sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Sibuk pacaran" ujar Tsukasa yang juga baru saja tiba.

"Mana ada, aku punya banyak sekali pekerjaan penting" Rathara menggerakkan tangannya ke udara seakan-akan memperagakan seberapa banyak pekerjaannya.

"Baiklah kami percaya saja" Ucapan Fujio itu seakan-akan berpura-pura percaya.

"Hah,,, wah sungguh menyebalkan" Rathara mendorong rambutnya kebelakang jangan tangan. Ia menatap ke sekelilingnya, mereka sengaja membuat Rathara jengkel.

"Kalian ini harus pengertian, Rathara sudah punya pacar. Memangnya akan sama dengan jomblo seperti kalian yang kurang kerjaan?" Todoroki ini, sekalinya dia diam dia benar-benar diam. Tapi sekali dia berbicara seperti tak bisa berhenti.

"Kemarilah, aku merasa ingin memukul seseorang"

"Pukul Tsukasa saja" Todoroki langsung menghindar dan berlalu ke tempat duduknya.

"Kenapa jadi aku??" Tsukasa yang tadi tak ada niat ikut-ikutan dia hanya sedikit membumbui saja.

"Lupakan saja" Rathara lalu melompat naik ke sisi tembok rooftop yang lebih tinggi dan duduk disana.

"Murayama-san akan keluar hari ini ya" ujar Jamuo sambil menatap ponselnya.

"Hah? Apa maksudmu?" Rathara yang baru saja duduk langsung berdiri kembali dan mendekati Jamuo.

"Kau tidak tahu? Murayama-san mengajukan surat pengunduran diri. Ia berhenti sekolah" mendengar ucapan Jamuo itu, Rathara dengan cepat berjalan keluar. Ia harus menemui Murayama, apa-apaan ini pemuda itu tak bilang apa-apa tentang hal ini.

"Kenapa kau bilang?" Yasushi memukul kepala Jamuo pelan.

"Ehh? Tidak boleh bilang ya?" Padahal semua orang sudah berusaha menutupi rencana ini. Dan Murayama memang sengaja tak memberitahu Rathara. Tapi apa boleh buat, Jamuo sudah terlanjur berbicara.









"Apa-apaan ini?!" Rathara masuk ke ruang kelas siswa paruh waktu dengan tergesa-gesa.

"Rathara? Ada apa?" Furuya mendekat ke arah Rathara.

"Murayama jawab aku, yang aku dengar dari siswa penuh waktu itu omong kosong" Rathara mendekat ke arah Murayama dan menarik kerah baju pemuda itu dengan kasar.

"Aku memutuskan untuk pensiun" ucapan Murayama itu membuat semuanya menjadi jelas. Sebenarnya siswa penuh waktu sengaja mengganggunya agar ia pergi dan jalan-jalan keluar sekolah tanpa mendengar berita bahwa Murayama akan keluar.

Bughhhh

"Omong kosong apa ini?" Rathara meninju wajah Murayama dengan keras.

"Ayo keluar" Furuya memerintahkan agar para siswa paruh waktu segera mengosongkan kelas itu.

"Aku tidak bisa terus seperti ini Thara"

"Jangan panggil aku seperti itu. Kau keluar karena aku menolakmu?"

"Tidak mungkin, aku sudah merencanakan ini sejak lama. Bukan karena kau menolakku" Murayama mengelus lembut rambut Rathara.

"Lalu kenapa aku harus tahu dari orang lain? Kita baru bertemu dan kau tak bicara sama sekali?" Ini bukan permasalahan Murayama yang hendak keluar dari Oya Kou. Tapi ini tentang kenapa Rathara harus mendengar berita ini dari orang lain.

love and fightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang