☆10☆

91 15 2
                                    

"Shhhs" Tsukasa mengiris kesakitan, ia menarik dirinya agar menjauh dari Rathara. Gadis ini tidak ada keterampilan sama sekali dalam mengobati orang yang terluka.

"Berkelahi tidak kenal sakit, saat di obati barulah kesakitan?!" Rathara meninju pelan perut Tsukasa, lalu ia menarik kembali kerah baju Tsukasa agar pemuda itu lebih dekat dengannya.

"Kau tak ada bakat dalam mengobati, kasar sekali" Tsukasa mengeluh dengan cara Rathara menekan tapas alkohol di lukanya.

"Coba mengeluh lagi" bukannya lebih pelan Rathara menekan luka Tsukasa lebih kuat.

"Aghhh" akibatnya rasa sakit yang Tsukasa dapatkan bertambah dua kali lipat. Para siswa Oya Kou mengiris kecil sambil menatap bagaimana cara Rathara mengobati Tsukasa.

"Selesai, Fujio! Mendekat lah" mendengar namanya di panggil Fujio dengan cepat menggelengkan kepalanya.

"Cepat kemari" Rathara mengayunkan tangannya agar Fujio mendekat. Fujio benar-benar pasrah, tak ada gunanya melarikan diri.

"Aku ini calon dokter loh" Rathara mulai mengobati Fujio.

"Jangan Rathara-san!" Hampir semua siswa Oya Kou menyerukan nama Rathara.

"Apa maksud kalian?!"

"Bukan begitu adikku sayang, kau lebih cocok menjadi penggulat saja" ucapan Tsukasa itu mendapatkan tatapan tajam dari Rathara. Alhasil Fujio yang sedang diobati mendapatkan imbasnya. Rathara menekan kapas di luka Fujio dengan cukup kuat. Tapi setelah itu ia langsung melonggarkan tekanannya.

"Teman ku ini cantik sekali ya kalau di lihat dari dekat, kau jadi pacarku saja" Fujio dengan sengaja menggoda Rathara.

"Aku tau aku cantik, tapi kau lebih cocok tidur dan bermimpi saja" Rathara mengambil plester luka dan menutupi luka-luka di wajah Fujio.

"Kenapa? Aku ini cukup tampan loh" saat wajah Rathara mendekati ke arah wajah Fujio untuk memasangkan pemuda itu plester luka lainnya, Fujio menaik turunkan alisnya dengan bangga.

"Sainganmu orang yang sudah mati" Fujio langsung mengubah ekspresinya.

"Ayolah kau ini tak bisa di ajak bercanda"

"Todoroki kemarilah" Rathara menyuruh Fujio untuk bergeser dan memanggil Todoroki.

"Satchi itu, cukup tangguh ya" ujar Fujio tiba-tiba.

"Dia bukan apa-apa" ujar Rathara, selaku orang yang pernah berkelahi dengan Sachio dan mengalahkan pemuda itu dengan pertarungan yang panjang. Bagi Rathara memang Satchi itu bukan apa-apa.

Tapi ya semua tergantung siapa yang ia lawan. Dan juga seberapa besar kemampuan yang berhasil ia kembangkan.

"Kau pernah berkelahi dengannya ya?" Tanya Tsukasa.

"Hemm lumayan sering"

"Tapi kau tau ada pria yang lebih tangguh?" Ujar Todoroki begitu Rathara selesai mengobatinya.

"Ha?"

"Di kota Toarushi, ada sekolah yang ditakutkan oleh Housen. Suzuran" jelas Todoroki.

"Ohh sekolah gagak itu ya?" Terdengar suara Jamuo dari belakang.

"Ada siswa senior disana bernama Rao"

"Haha Rao?" Lagi-lagi Fujio begitu bersemangat saat pembahasan mereka tertuju pada orang-orang kuat.

"Sachio yang kau temui itu, kalah melawannya tahun lalu" lanjut Todoroki lagi. Ia nampak tau cukup banyak.

"Jangankan Sachio, aku saja kalah telak" Rathara merebahkan tubuhnya di atas tanah.

love and fightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang