Rathara mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia mengucek-ngucek matanya pelan sambil mengumpulkan kesadarannya.
Barulah beberapa saat kemudian ia sadar kalau tubuh kekar Yuken sedang memeluknya. Dan karena gerakan-gerakan yang dibuat oleh Rathara, Yuken pun terbangun.
"Kau sudah bangun?" Suara serak basah Yuken yang baru bangun tidur itu membuat Rathara sadar sepenuhnya.
"Ya" Rathara hanya menjawab dengan singkat. Tangan Yuken sama sekali tak berpindah, ia terus memeluk gadis itu.
"Apa aku melakukan sesuatu yang aneh semalam?" Tanya Rathara pelan, ia berusaha memutar memorinya semalam. Takut kalau ada hal tidak-tidak yang ia lakukan.
"Kau hanya tidur dengan cantik" Yuken menarik Rathara semakin dalam kedalam pelukannya. Karena posisi yang agak kurang nyaman Rathara memeluk tubuh Yuken.
Agak aneh, ini pertama kalinya Rathara tidur dengan seorang pria. Dan seharusnya saat ini ia merasa tak nyaman atau malu. Tapi ia malah berharap bisa terlelap lebih lama dalam pelukan Yuken.
"Kau seharusnya langsung pergi semalam"
"Kau memintaku untuk tinggal" Rathara tak habis pikir dengan apa yang ia lakukan semalam. Yang ia ingat hanyalah ia yang tertidur saat Yuken membawanya ke hotel, selebihnya is tak ingat apa-apa.
"Jam berapa kita pergi ke rusun?" Tanya Rathara, dengan nyamannya ia menyandarkan kepalanya di dada Yuken. Bahkan posisi ini memang bertahan sejak semalam.
"Mungkin pukul 9/10 masih ada waktu beberapa jam lagi" Yuken sesekali mengecup pucuk kepala Rathara. Walaupun yang Rathara minta untuk tetap adalah Smoky. Tapi yang Rathara peluk adalah dirinya, yang ada didepan Rathara adalah dirinya.
"Aku bisa tidur lebih lama" Rathara sebenarnya masih sedikit pusing. Ia butuh sup pegar agar mabuknya benar-benar hilang.
"Hei lain kali jangan pergi minum sendiri lagi" ujar Yuken.
"Kenapa tidak?"
"Aku melihat beberapa pria menggoda mu di bar" Suara serak Yuken seketika menjadi favorit Rathara.
"Ahh hal biasa"
"Makanya lain kali jangan sendiri"
"Lalu aku harus dengan siapa?"
"Denganku, kapanpun dan dimanapun kau harus bersama ku"
"Hahaha kau ini suka bercanda ya"
"Aku ingin bertanya sesuatu" suara Yuken seketika berubah lebih dingin dan tenang.
"Ha? Apa?"
"Bolehkan aku menciummu?" Pertanyaan Yuken itu membuat wajah Rathara memerah. Seketika ia merasakan atmosfer disekitar berubah menjadi lebih panas.
"Mana ada orang menanyakan hal seperti itu" Rathara berusaha menyembunyikan wajah merahnya dibalik dada Yuken.
"Jawab saja, aku sudah menahan cukup lama" ujar Yuken lagi. Rathara tak tau harus berkata apa, karena ini semua pertama kali untuknya.
"Tanpa aku jawab kau akan melakukannya saat ada kesempatan" Rathara masih menyembunyikan wajahnya di balik dada kekar pemuda itu.
"Aku anggap kau setuju" Yuken menganggap hal itu adalah persetujuan. Jadi dia meraih Rathara dan melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu, ia mencondongkan tubuh ke wajah Rathara lebih dekat dan mulai bergerak ke arah mulut Rathara.
Rathara tak tahu bagaimana ia harus merespon, ia hanya membiarkan Yuken mulai menempelkan bibir mereka. Lalu beberapa saat kemudian Rathara bisa merasakan bagaimana Yuken mulai melumat pelan bibirnya. Rathara yang baru pertama kali berciuman tak tau bagaimana harus merespon, ia hanya sedikit memejamkan matanya tapi bibirnya masih terkancing kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
love and fight
Teen FictionMenjadi petarung itu sangat menyenangkan bukan? Tapi bagaimana kalau kau kehilangan orang yang kau cintai disaat bertarung? "Cintaku sudah habis" "Tidak, cintamu tidak pernah habis hanya untuknya. Kau masih bisa mencintai dan mendapatkan cinta yang...