☆12☆

93 10 0
                                    

"Sudah semua ya, Tsukasa mendekatlah" Rathara baru selesai mengobati para siswa penuh waktu Oya Kou. Ia menepuk sofa disisinya agar Tsukasa duduk disana. Tapi pemuda itu tak bergerak sama sekali.

"Kemarilah, akan aku jelaskan semuanya" Rathara menghela nafasnya. Tak ada yang perlu ia jelaskan pada Tsukasa. Tapi pemuda itu jelas marah padanya akibat ucapan Jinkawa tadi.

Tsukasa mau tak mau bangun dari tempatnya duduk lalu berpindah dan duduk di samping Rathara. Rathara lalu mulai mengobati wajah Tsukasa yang terluka. Keduanya sama-sama membisu, Rathara tak tau ia harus mulai dari mana.

"Siapa?" Tanya Tsukasa pada adiknya yang sepertinya berusaha menjelaskan tapi tak tahu apa uang harus ia katakan.

"Odajima Yuken" suara Rathara terdengar berbisik. Tapi karena suasana yang memang hening membuat suaranya terdengar oleh seluruh siswa penuh waktu yang ada disana.

"Rath..."

"Kami tak melakukan apa-apa sungguh, aku mabuk berat jadi aku minta dia mengantarku ke hotel. Sama sekali tak ada apa-apa" baru saja Tsukasa angkat suara Rathara sudah melanjutkan penjelasannya.

"Kenapa tidak pulang ke rumah saja?"

"Kau akan marah"

"Aku lebih marah kalau kau!! ahhh lupakan" Tsukasa memijat batang hidungnya pelan.

"Mau semabuk apapun, pulang ke rumah" ujar Tsukasa dengan datar, dari nada suaranya saja terdengar ia sama sekali tak mau menerima penolakan.

"Aku aka pergi ke hotel" Rathara ini memang suka sekali mencari masalah.

"Kalau ada pekerjaan, kau tahu aku tak bisa bekerja di rumah" sambung Rathara lagi saat ia mendapatkan tatapan marah dari Tsukasa.

"Aku percaya pada Odajima, tapi aku ini juga laki-laki Rathara. Kau tau kan apa yang aku maksud? Aku tahu kau ini gadis yang kuat, tapi disaat seperti itu tak peduli seberapa kuatnya kamu. Kamu bisa saja jatuh, dan apa yang terjadi kalau kau jatuh? Aku akan jadi seorang kakak paling gagal di dunia ini" ucapan Tsukasa itu menggema dalam pikiran Rathara.

"Aku ini tahu jaga diri" ujar Rathara ia merasa harga dirinya tercoreng karena dimarahi tentang hal seperti ini didepan teman-temannya.

"Aku hanya memperingati" ya mau bagaimana lagi, gadis ini adalah Rathara Takajo. Bahkan dengan kakeknya yang merupakan seorang pemimpin Yakuza saja Rathara tetap memberontak.

"Bagaimana kalau kita pergi makan?" Menyadari situasi yang dingin dan kurang menyenangkan. Jamuo berujar dengan penuh harap suasana mencair.

"Ide bagus!!" Fujio langsung berseru begitu Jamuo berujar.

"Tsukasa akan mentraktir kita" Fujio langsung menarik Tsukasa dari sisi Rathara.

Rathara menghela nafas panjang, setidaknya perdebatan kecil tak harus membuat ia dan Tsukasa tak saling bicarakan.

"Kenapa jadi aku?" Tsukasa tampak tak terima begitu mereka menyeretnya.

"Yoshh, ayo makan ramen!" Bahkan Tsuji dan Shibaman sudah begitu bersemangat. Walaupun baru selesai berkelahi, saat mendengar makanan pasti semangat mereka penuh kembali. Apalagi makan gratis iyakan?

"Tsukasa memang terbaik" Rathara yang sudah menjernihkan pikirannya, melompat ke atas punggungnya Tsukasa.

"Ehh, pelan-pelan" Tsukasa terkejut begitu Rathara melompat ke atas punggungnya. Ia lalu menggerakkan kedua tangannya untuk menatah tubuh Rathara, setelah mendapatkan posisi yang nyaman ia barulah ia berdiri dengan tegak.

"Cepat jalan aku mau ramen!" Rathara mencubit pelan pipi Tsukasa agar segera jalan. Kapan lagikan Tsukasa akan menggendongnya.

"Baiklah, aku traktir"

love and fightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang