xxvii. last project???

14 2 0
                                    


***


Akhir-akhir ini, hujan turun dengan derasnya. Derasnya hujan memukul9 tanah, seperti dendangan perang dari atas langit. Langit gelap terbuka, membiarkan air hujan mengalir deras bagai air terjun langit yg tak kenal lelah.

Malangnya, hari ini Raviv tak memakai mobilnya. Ia memakai motor dan yg lebih sialnya lagi, ia lupa membawa jas hujan. Mau tak mau ia harus mencari tempat berteduh dari air hujan yg mengalir deras, ia masuk ke sebuah kafe kecil. Lantas ia memesan segelas latte, duduk dibangku dekat jendela. Menatap keluar jendela, hujan mengguyur bumi dengan deras bagai ribuan jarum yang menusuk permukaan tanah.

Tiap tetes air turun dengan gemuruh, menciptakan irama yang mengisi udara dengan kesegaran yang membangkitkan. Raviv mengeluarkan sebuah buku, dengan sampul berwarna coklat yg sedikit lusuh, ia membuka lembar halaman pertama.

Irtsanad aver

Raviv membaca halaman pertama, goresan tinta yg tergores di halaman pertama bermakna 'reva danastri' dengan ejaan yg terbalik. Buku itu sudah usang karna sudah lama ia memakainya.

Buku itu Raviv dedikasikan untuk Reva, semua perasaan ia curahkan kedalam buku itu. Di balik senyap yang terabaikan, Ada cerita tentang perasaan yang terpendam, Tak mampu diungkapkan dalam kata, Hanya terasa dalam bait lirik lagu yg sudah terangkai.

Entah berapa banyak bait bait yg raviv tulis, berapa lagu yg ia sudah selesaikan. Ia menghela nafas lesu, saat melihat satu lembar itu separuh kosong.

"Lagunya belum selesai..." gumam Raviv, bait yg tertulis dipertengahan lagu yg belum ia selesaikan adalah;

In the tender embrace of silence,
Whispers of the heart transcend words,
Like waves caressing the shore tenderly,
Your presence adorns the inner sanctum.

"Shit..." umpat raviv pelan, ia kehabisan ide untuk menulis bait selanjutnya. Sudah hampir 2 bulan ia tak menyelesaikan lagu ini, entah apa yg dibenaknya mengapa ia tak bisa melanjutkan lagu terakhir yg ia garap.

"Damn raviv, you should finishing this song before you were graduate...masa iya sih lo mau majang buku kumel ini ntah sampe kapan?"

https://open.spotify.com/track/7q4zdBAgLFETdnslE7Z0Eq?si=4LKP6x8kQ4W3SH3YQOVMjA

Lagu seventeen milik jkt48, lagu yg tak asing bagi Raviv. Pasalnya, Haidar itu wotaku garis keras. Bahkan dari bangku smp sampai sekarang, setiap tahun ganti oshi adalah hobinya. Raviv juga tak asing dengan lagunya.

Kudengar kalau kamu sudah menikah
Aku terlambat bilang suka kepadamu
Kudengar kamu pun s'karang punya anak
Tak sanggup memanggilmu, farewell masa mudaku

S'karang juga kamu yang teristimewa
Ada di pojok kanan buku tahunan kita
Sungguh, memang kamu yang teristimewa

Raviv bergidik ngeri mengingat lirik lagunya, sungguh. Itu adalah nightmare untuk raviv karna lagu itu membuatnya takut, bagaimana jika ia telat sedikitpun untuk menyatakan suka ke Reva?

Selang beberapa menit, mobil sedan bmw hitam terparkir didepan cafe kecil itu, raviv mendengus pelan sebelum ia beranjak membayar pesanannya, memberi pesan ke si barista bahwa ia menitip kendaraannya didepan cafe.

Raviv bergegas keluar cafe, menerobos gerimisnya hujan yg mengguyur bumi lalu masuk ke dalam mobil itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raviv bergegas keluar cafe, menerobos gerimisnya hujan yg mengguyur bumi lalu masuk ke dalam mobil itu.

"Kemana nih?" Tanya Raviv, melirik ke pria yg nyaris berkepala tiga itu.

"Up to you, mau kemana?"

"Kemana aja terserah om." Raviv menyandarkan punggungnya dikursi mobil.

Om wirya, raviv kerap memanggilnya. Om wirya melirik ke buku kumal yg raviv pegang, ia tau. Semuanya yg raviv tulis disana, berisi bait-bait tentang bagaimana raviv memuja reva.

"Gimana bisa stuck?"

"Ga tau, if i knew the reason why im stuck for writing this damn lyrics i didnt tell you earlier, om." Dengus Raviv.

Om wirya terkekeh kecil, mengusap kepala si keponakannya itu. "Even you always told me if you stuck and didnt know how to finish your lyrics, you always manage to finish it" om wirya menyalakan mesin mobilnya. "Seberapa sayang kamu sama dia, Raviv? Its been almost half of your life kamu hanya jadi figuran, she always came back to you.."

Raviv menghela pelan. "I'll be there for her anything, om. Even if i need to broke my bones i'll do, i wouldn't trading her for the world.."

Lelaki yg berusia nyaris 4 kepala itu menyalakan mobilnya, mengarahkannya ke sebuah sekolah swasta. Raviv tahu, ia tahu tempat ini.

"Tempat pertama kali om wirya kenal sama tante Lysandra."

Wirya terkekeh kecil. "Ya, you right Raviv."

"Do you miss her, om?"

"Sangat viv...sangat, semua lagu yg om Wirya tulis engga akan cukup untuk jelasin seberapa kangennya om dengan Lysandra...." ia menghela nafas.

"Om, dia bahkan udah nikah sama lelaki lain. Sekarang pun dia punya anak, om dengan sukarela adopsi dia karna dia anak tante Lysandra tapi sama laki-laku lain." Dengus Raviv.

"Ya terus? Om mencintai Lysandra."

"Ya ya, terserah om." Raviv merotasikan matanya malas. "Terus om mau ngapain kalo ngajakin aku ke sini?"

"Cuman ngingetin, kamu harus nyatain perasaan kamu. Kamu tentu ga pengen berakhir kaya om sekarang kan?" Om wirya melihat ke pemuda disampingnya itu.

Raviv menyenderkan punggungnya ke kursi penumpang, menarik nafas dalam memegang kepalanya. "Om, aku udah bilang berjuta-juta kali. The words always stuck and didnt come out from my throat when i was about to do that..."

"Ga harus dengan cara itu, there is many ways."

"Serah om, terserah."

***

Pagi seperti biasa, Reva terbangun, matahari menembus jendela kamarnya. Turun kebawah, tidak ada siapa-siapa berarti bunda sudah pergi ke pasar dan Arvin pergi ke sekolah, mencuci muka dan menggosok gigi sudah ia lakukan.

Mendapat pesan dari Raviv, Reva segera bergegas keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendapat pesan dari Raviv, Reva segera bergegas keluar. Menaiki tangga ke kamar Raviv, ia sudah hafal dengan tata letak dalam rumah Raviv begitu juga Raviv.

"Viv?" Reva membuka pelan pintu kamar Raviv, melihat ke dalamnya. Kosong.

***

Hujan dan Senja | Yangyang LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang