xxv. skripsi dulu baru resepsi

36 7 0
                                    

***

Sore begini Ryu memutuskan buat jalan-jalan di sekitaran rel kereta api, sebenarnya tidak berjalan persis di samping rel kereta api. Rel berada di atas, dengan ketinggian enam meter. Seperti ada jurang yg tak terlalu tinggi, di bawahnya ada sebuah jalan setapak yg cukup untuk di lalui satu sepeda motor, di sebelah pula ada sebuah sungai kecil. Alirannya tidak begitu deras, kedalamannya juga hanya sampai sebetis orang dewasa. Sungainya bersih, tidak ada sampah sama sekali, airnya jernih, suasananya asri dan adem. Cocok buat healing atau me time.

Ryuna menemukan tempat itu saat di kejar anjing, dia cukup sering kesana. Saat sore hari karna suasananya cukup menenangkan, ia tak berani datang kesana saat malam hari. Karena penerangan di tempat itu minim, hanya ada sebuah tiang lampu, itu pun di atas rel sana. Selain itu juga sepi, Ryuna tak pernah bertemu seseorang di sana.

Ryuna duduk di hamparan rerumputan, sesekali melemparkan kerikil kecil ke sungai. "Gini banget nasib gw..." Ryuna meratapi nasibnya, menatap kosong ke arah sungai.

Ryuna tidak menyadari daritadi ada seseorang yg mengikutinya dari rumah sampai kesini.

"Masih galau lo sama cowok?" Arvin keluar dari persembunyiannya, muncul dari semak-semak. Orang yg menguntit itu Arvin.

"Siapa yg nyuruh lo ikutin gw?" Sengak Ryuna, menatap kesal ke arah sahabatnya.

"Ya lo kenapa galauin cowo kaya dia? Gw udah bilang ay, kalo suka sama cowo bilang gw." Arvin duduk di sebelah Ryuna.

Aya adalah panggilan Arvin ke Ryuna, jika tidak ada orang lain Arvin akan memanggilnya Aya.

"Percuma juga kan gw bilang ke elo kalo gw demen dia? Itu ga akan bikin dia suka sama gw." Ryuna menghela nafas. "lagipula cowo mana yg bakalan suka sama cewe freak kaya gw?" Ryuna tertawa terbahak-bahak, air matanya mengalir.

"Stress." Cemooh Arvin, cowok itu memeluk Ryuna.

"Lepasin, Khansa bisa marah." Berontak Ryuna, usahanya sia-sia. Arvin masih merengkuh tubuhnya.

"Dia ga akan cemburu." Ketus Arvin. "Keluarin aja, i'll be there." Bisik Arvin.

Ryuna mengeluarkan semuanya, gadis itu hanya menangis tanpa suara. Mengeluarkan segala luapan emosinya dengan air mata yg berderai. Jujur saja, ini sangat menyiksanya. Ryuna tersiksa, ia menyayangi Arvin cukup dalam. Bukan dalam konteks ia menyayangi Arvin sebagai sahabat, tapi perasaan seorang perempuan yg menyayangi seorang laki-laki. Itu cukup jelas, hatinya Arvin untuk Khansa bukan untuknya. Arvin tak akan tahu tentang perasaan Ryuna.

Ryuna menyukai Zafi dengan alasan ingin mencari pelarian, nyatanya sama saja. Ia tetap tersiksa ujung-ujungnya.

"What if i tell you i love you?"

"Im not gonna answer it. i love you too, i love you like my lil sister."

"Thank you, that's enough for me." Tutur Ryuna melepaskan pelukannya lalu menatap langit.

"Am i deserve to be fall in love?"

"Yes." Jawab Arvin cepat tak ragu-ragu.

"But why i always the one who gets hurt?"

"They don't know how much you are worth it." Ujar Arvin menatap lekat Ryuna, pemuda itu mengeluarkan sebuah benda berbentuk persegi panjang lalu membuka aplikasi streaming musik. "Listen this." Pungkasnya.

"Roti dan selai, bunga dan kumbang, Romeo dan Juliet. Beberapa hal dalam hidup memang ditakdirkan untuk selalu bersama, sama halnya dengan dengerin lagu secara offline. Tanpa iklan dan tanpa batas di spotify premium, hanya lima puluh empat ribu sembilan ratus rupiah perbulan, sangat hemat dan praktis. Tak perlu sering beli pulsa, ketuk gambar untuk info selanjutnya."

Hujan dan Senja | Yangyang LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang