xviii. inovasi menggemparkan

40 14 0
                                    

Maap sob w ngilang, sibuk marathon kartun wakaka.

***

Pagi ini mentari bersinar cerah, tentunya tak secerah raut wajah Reva. Pagi-pagi raut wajah gadis itu sudah terlihat cemas sembari memegang telfonnya.

"Ini gimana kak??" Arvin cemas di seberang.

"Ya gimana? Kakak juga bingung!" Sungut Reva. "Kakak pulang aja, daripada mereka menjadi-menjadi."

"Tapi kkn kakak gima-"

"Urusan gampang nanti mah. Udah santai aja, nanti sore kakak pulang."

"Ya udah kak."

Reva mematikan telfonnya, raviv yg memperhatikan Reva daritadi menepuk pundak gadis itu.

"Ada apaan mukanya gitu amat?"

"Jaya mana?"

"Ngapain nyariin dia? Jawab gw dulu lo kenapa?"

"Minggir." Reva menepis tangan Raviv di bahunya lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Berjalan menuju kamar anak laki-laki, membuka pintunya. Di sana ada Jaya yg sedang menghadap laptopnya, di sampingnya ada Satya yg asyik dengan dunia mimpinya.

"Ada apa?" Tanya Jaya lembut menatap heran Reva. Tumben datang menghampirinya ke kamar laki-laki batinnya.

"Gw mau ijin."

"Ijin kemana toh? Kalo mau ke pasar jalan aja endak perlu ijin." Jawab Jaya masih fokus dengan laptopnya.

Reva menggeleng. "Gw mau pulang."

"Kenapa pulang? Trus laporan gw kenapa? Jadwalmu hari ini kosong kan?"

"Iya. Daripada nyariin entar kalo engga bilang." Pungkas Reva.

"Mau gw anterin?"

"Engga usah. Gw bisa pergi sendiri, gw berangkat sekarang."

"Iyaa udah, hati-hati di jalan." Jaya mengacak puncak kepala Reva lalu tersenyum. Tentu saja ada yg hatinya panas melihat pemandangan itu.

Reva berjalan ke kamar perempuan, tapi tangannya di tahan oleh tangan besar Raviv. "Kenapa pulang?" Tanya Raviv dengan nada dingin.

"Budhe ku di rumah, gw mau pulang."

"Gw anterin."

"Engga usah, lo di sini aja urus proker."

"Bodo amat. Gw tetep anter lo." Tegas Raviv lalu masuk ke kamarnya.

"Terserah."

Pukul delapan pagi Raviv dan Reva sudah berangkat menggunakan motor milik Adhinata, awalnya pemuda itu menolak. Tapi setelah di iming-imingi bensinnya akan di isi full dan sebungkus nasi padang akhirnya pemuda itu luluh.

"Posko sepi bener dah, Raviv kemana? Tuh anak biasanya pagi-pagi udah nyetel lagu," Satya duduk di teras posko sambil menikmati secangkir kopinya, sedikit menggumamkan penggalan lagu yg sering Raviv setel di pagi hari. Katanya sih lagu pembangkit semangat.

"Anterin Reva pulang, ada urusan keluarga kalo engga salah." Jawab Haidar sibuk dengan logbooknya.

"Baca apaan lu?" Tanya Satya ke Arjuna yg diam di pojok sambil membaca komik, tentu saja komik milik Raviv.

"Komiknya Raviv, seru juga ternyata kartun beginian."

"Apaan yg serunya?" Timpal Haidar.

"Seru aja pot, jarang gw nemu kartun beginian."

Hujan dan Senja | Yangyang LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang