Happy reading
TANDAI TYPO
•
•
•
•
••••Matahari saja masih tampak malu-malu untuk menampakkan diri secara jelas tapi Shaira sudah bergulat dengan alat tulis di atas meja, sekolah yang sepi, dan di kelasnya baru ia dan satu murid perempuan yang duduk di pojok.
Ia lupa untuk mengerjakan tugasnya yang harus di kumpul pagi ini, gadis itu fokus dengan alat tulisnya sampai tidak menyadari bahwa ada seorang laki-laki masuk dan menatapnya penuh kekaguman.
"Caca, serius banget" Vindra merapikan anak rambut Shaira yang menutupi pandangan gadis itu. Shaira tersentak kaget saat mendengar suara Vindra tiba-tiba.
"Tumben cepet dateng? Kak Adnan mana?" Shaira sedikit heran karena arah rumah Vindra dan Adnan itu searah tapi beda komplek, biasanya Vindra akan mengunjungi rumah Adnan terlebih dahulu sebelum berangkat.
" Adnan lagi mager sekolah " Vindra duduk di sebelah Shaira ia sesekali tersenyum melihat wajah Shaira yang berubah serius. Ia datang pagi hanya untuk menemani gadis ini saja ia mendapatkan pesan dari Ganiel bahwa Shaira berangkat pagi-pagi sekali.
Shaira hanya mengangguk mendengar jawaban itu. Ketika teringat sesuatu Shaira membuka mulutnya kembali untuk berbicara. Tapi tangannya tetap menulis.
"Kamu kok gak bareng sama tu ulat bulu. Nanti kalo gak berangkat bareng dia ngambek sama mogok makan? Kalau kamu berangkat pasti ada tu ulat bulu, mana dia?"
Vindra melipat kedua tangannya di atas meja lalu ia menidurkan kepalanya di atas lipatan tangannya. Di dalam hati Vindra sudah berteriak tertekan pasti akan ada perdebatan. "Kapan mereka bisa akur?" Ia menghela nafas lelah sudah berapa kali mereka berdebat dalam dua bulan ini.
"Kok diem, oh aku tau pasti dia gak berangkat bareng kamu karena dia lagi sekarat kan?" Shaira menduga dengan wajah yang berbinar. Seakan akan ia sangat mendukung jika hal itu memang benar terjadi.
"Astaga Ca, jangan gitu omongannya. Dia gak berangkat bareng aku karena aku berangkat nya lebih pagi dari biasanya, tadi aku gak ngabarin Naya, jadi dia gak tau kalau aku berangkat lebih pagi." Lelaki itu sedang berdoa di dalam hati agar tidak mendengar lagi jawaban yang sinis dari mulut pacarnya itu. Tapi sepertinya Tuhan tidak berpihak pada nya.
"Ooh jadi gitu ya, kalau kamu ngabarin dia berati kamu berangkat bareng ulat bulu lagi, biar bisa di peluk-peluk pinggang kamu? Iya?" Shaira berkata dengan sarkas, bahkan ia mempercepat gerakan menulisnya agar bisa segera keluar dari kelas. Entahlah jika sudah membahas Sheilla berasa tekanan darahnya itu meninggi
Julukan ulat bulu itu semakin melekat pada Sheilla semenjak Naura sering mengatainya ulat bulu, jadi Shaira dan Azifa pun ikutan.
"Gak gitu Ca, kamu salah paham. Aku kan di minta tolong sama mama nya untuk nganterin dia karena dia gak bisa naik motor matic kayak kamu atau pun mobil" Vindra menjelaskannya dengan tutur kata lembut agar Shaira tidak semakin terpancing emosi, ia heran jika menyangkut Sheilla dan dirinya sendiri kesabaran Shaira setipis tissue dibelah tujuh.
"Kenapa gak naik kendaraan umum?atau minta antar sama orang tuanya? Apalagi alasan basinya hah?" Shaira membanting pulpennya dengan kasar di meja, wajahnya yang berwarna putih pucat itu sudah mulai merah.
"Ca, alasannya aku di minta tolong kan karena Naya gak berani naik angkutan umum, orang tuanya lagi di luar kota sa, dia gak punya sopir pribadi"
"Halah alasan banget dia gak berani, itu mulu alasannya bosen, terlalu basi" Shaira ingin bangun dari duduknya tapi tangannya di tahan oleh Vindra.
"Mau kemana Ca?" Vindra menunjukkan muka yang lelah, entah hanya perasaan Shaira saja tapi wajah Vindra saat ini sedikit memucat apakah laki-laki ini belum sarapan? Gadis ini bertanya-tanya dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMAN ABANGKU GEBETANKU(END)
Teen FictionNEW VERSION !!!!! DI AWAL PART MUNGKIN KAMU AKAN MERASAKAN BOSAN DAN SUDAH TERBIASA DENGAN ALUR ATAU BELUM MENGETAHUI KEMANA JALAN CERITA, TAPI GAK ADA SALAHNYA KALAU KAMU COBA KE TENGAH PART •••• "AKU TAU KITA BEDA CA, TAPI APAKAH TUHAN GAK BISA KA...