TAG 8

7 2 0
                                    

Happy reading
°
°
°
°
°°°°

Kepanikan menyelimuti keluarga Ericsson, bagaimana tidak panik Shaira tidak pulang ke rumah, saat jam sudah menunjukkan pukul 8 malam.

"Niel coba kamu telfon Naura atau Azifa, biasanya kan mereka main bareng" Kirana terlihat panik dan juga merasa bersalah, mungkin Shaira marah padanya karena memarahi nya dan menampar anak perempuan itu.

"Iya ma, sabar Niel lagi coba telfon Nau tapi gak aktif" Ganiel mulai mencari kontak Azifa. Dan telpon tersebut tersambung.

'kenapa niel' terdengar suara sayu dan sedikit serak dari sebelah sana. Sepertinya perempuan itu tertidur.

'Zif, lo sama sasa gak? Dia belum pulang sampai sekarang' suara gaduh yang ditimbulkan membuat Ganiel mengerutkan keningnya.

'bentar, apa? Sasa belum pulang? Dia gak ada sama gue, gue juga tadi pulang di jemput sama pacar gue, tapi tadi kalau gak salah gue terakhir liat di ke kamar mandi lewat kelas gue.' Memang jika kelas 11 ingin ke kamar mandi jalan satu-satunya hanya melewati kelas 11 IPA 1 yaitu kelas Azifa.

'setelah itu gue gak liat di lagi, lo udah coba tanya Nau, mungkin aja sama dia' bahkan karena panik Azifa yang tadinya mengantuk malah segar seketika, Ganiel menyanggah pernyataan Azifa.

"Gue udah coba telpon cuma gak diangkat tapi biar gue tanya Vindra, makasih ya Zif"

"Iya, gue coba nyari di rumah Nau ya, nanti kalau udah ketemu hubungi gue lagi ya" Niel menutup telponnya.

"Zifa juga gak tau ma, Niel coba hubungin Vindra dulu ya" Saat Niel ingin menelpon Vindra terdengar suara pintu terbuka.

"Astaghfirullah Sasa, kamu kenapa" Kirana langsung menghampiri Shaira yang terlihat sangat kacau. Rambut berantakan, lebam di pipi dan tangannya, seragam yang kotor dan lembab, serta jika dati jarak beberapa meter bisa tercium bau menyengat seperti sampah basah yang sudah lama.

Kirana rasanya ingin menangis melihat keadaan anaknya, Ganiel yang melihat adiknya seperti itu langsung membuang wajahnya ke samping lantaran tak tega.

Kirana langsung mengikis jaraknya dengan Shaira, tetapi perempuan itu mundur beberapa langkah dan wajahnya pun terlihat seperti tanpa minat.

"Sasa gak apa-apa, sasa mau ke kamar aja"  Setelah mengatakan itu Shaira langsung berjalan terseok-seok ke arah tangga rumahnya yang menuju ke kamar miliknya.

Ketika sampai di pintu bercat biru muda, ia menatap pintu itu tanpa minat. Ia membuka dan hanya menemukan kekosongan. Ia masuk dan kalian tau apa yang dia lupakan tas sekolah nya masih berada di dalam laci meja kelas.

Ia langsung menuju kamar mandi dan menghidupkan shower, suara gemericik air yang beradu dengan lantai menyamarkan suara tangis kesakitan Shaira. Sebenernya ketika ia masuk dan melihat ada sang mama, ingin rasanya gadis itu memeluk mamanya erat dan mengatakan bahwa ia kesakitan. Tapi mengingat tatapan kecewa Kirana saat di ruang BK siang tadi membuat nya mengurungkan niat itu.

Ia keluar kamar mandi, dengan menggunakan jubah mandi berwarna pink pastel, dengan gambar wajah beruang di bagian punggung.

Ia memilih baju tidurnya, dan menggunakan nya, tanpa memperdulikan bahwa luka-luka di tubuhnya belum di obati, ia langsung menghampiri kasur Queen size miliknya. Berbaring menghadap kiri yang langsung terlihat pada sisi kanan terdapat lemari kecil untuk buku-buku dan di sebelah lemari itu ada meja belajar miliknya.

Ia menangis dalam diam, sampai terlelap. Dan ketika ia tidur Kirana secara diam-diam masuk ke kamar dan menghampiri shaira dengan membawa kotak P3K. Ia langsung di hadapkan dengan wajah Shaira yang sehabis menangis dengan beberapa memar keunguan dan beberapa luka lecet di bagian tertentu.

TEMAN ABANGKU GEBETANKU(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang