Happy Reading
♡♡♡♡Shaira dengan telaten menyuapi Vindra, tadi bunda Vindra ada di sini, tetapi karena ada urusan yang mendesak Arum harus menitipkan Vindra ke Shaira, juga karena melihat Vindra yang sudah membaik.
"dikit lagi dong Vin" Shaira menyodorkan sendok berisi nasi bertekstur lembut dan halus. Lelaki itu menggelengkan kepala, pertanda ia menolak permintaan itu. Keadaan lelaki itu mulai membaik dan menunjukan kemajuan.
"Hambar" Shaira pasrah dengan jawaban itu, Vindra sudah makan walaupun hanya sedikit saja sudah sangat bersyukur, nafsu makan lelaki itu menurun semenjak sakit walaupun berat badan nya bertambah, mungkin efek cairan Nacl yang masuk ke tubuhnya melalui selang infus.
Shaira tidak ingin memaksa lagi, karena takutnya pacarnya itu malah mual dan muntah. Gadis itu segera membereskan alat makan Vindra, gerakannya terhenti saat tangan hangat Vindra menyentuh lengan kanannya.
"Kenapa, Vin? Ada yang gak nyaman?" Shaira bertanya dengan lembut.
"Mau pulang" Perkataan singkat itu berhasil menyentuh relung hati Shaira.
"Iya kalau kamu makin membaik bakalan pulang ke rumah kok" Mendengar itu Vindra menggeleng kecil.
"Bukan pulang ke rumah, aku udah lelah Ca. Udah gak ada harapan lagi buat aku sembuh, aku gak mau orang sekitar aku terbebani terutama bunda. Aku cuma beban kalian" Mata Vindra terpejam sebentar, Shaira bertahan pada posisinya mendengarkan keluh kesah Vindra, padahal hati dan pikiran kacau mendengar penuturan itu.
"Kalau aja, aku gak penyakitan pasti bunda gak bakal susah gini Ca. Eca sama bunda bakalan sedih ya kalau aku tinggal " Vindra terus saja berkeluh kesah, Shaira hanya bisa diam dan mengelus tangan Vindra, karena jika ia berbicara yang ada hanya akan tangis yang keluar karena tak sanggup menahannya. Kalimat terakhir yang Vindra ucapkan sebelum tertidur nyenyak adalah "Ca, aku minta kamu bahagia ya, jangan sedih kalau aku pergi "
♡♡♡♡
Saat ini Shaira tengah makan malam bersama keluarganya, beberapa topik pembicaraan terdengar seperti bagaimana sekolah Shaira dan Ganiel, Ujian akhir Ganiel, ekskul Shaira, dan bagaimana keadaan Vindra.
"Kalian masih dapet teror seperti kemarin kemarin?" Tiba-tiba saja William membahas tentang hal yang mengganggu keseharian mereka, Ganiel heran kemarin saja papa-nya seperti tidak peduli sekarang malah dibahas.
"Udah gak pernah pa" Shaira menjawab dengan santai setelah itu ia meneguk air putih yang ada di gelas miliknya, dan mengelap mulutnya dengan tissue.
"Bagus lah, kalau teror itu datang lagi segera laporkan ke papa"
"Ternyata anak itu masih mendengarkan saya" Perkataan itu hanya monolog William dalam hati, bahkan saat ini ia tersenyum licik, tanpa tau yang selama ini ia tanam akan ia tuai di kemudian hari.
Shaira, Ganiel, beserta Kinara-istri William mengangguk patuh. Mereka juga tak mengeri dengan gelagat William.
"Papa mau keluar dulu, ada urusan yang harus papa selesaikan " William langsung mengecup pipi Kinara sekilas. Ia bergegas dengan cepat setelah mendapat pesan singkat dari seseorang.
♡♡♡♡
"Saya kira ayah tidak akan datang" Seorang gadis dengan rambut hitam yang tergerai indah menyapa William. Gadis itu duduk di sebuah kursi yang terhias sederhana namun banyak orang yang tau tempat ini hanya untuk orang orang kalangan atas. Kini mereka ada di restoran dengan ruangan privat yang di sewa khusus untuk kedua orang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMAN ABANGKU GEBETANKU(END)
Teen FictionNEW VERSION !!!!! DI AWAL PART MUNGKIN KAMU AKAN MERASAKAN BOSAN DAN SUDAH TERBIASA DENGAN ALUR ATAU BELUM MENGETAHUI KEMANA JALAN CERITA, TAPI GAK ADA SALAHNYA KALAU KAMU COBA KE TENGAH PART •••• "AKU TAU KITA BEDA CA, TAPI APAKAH TUHAN GAK BISA KA...