happy reading
♡♡♡Angin malam yang menusuk kulit, suara jangkrik yang menemani sunyi nya malam di rumah sakit. Ganiel, Adnan, bahkan Vaka sedang duduk dengan kepala yang penuh dengan kemungkinan yang akan terjadi. Tiga orang itu bahkan sudah memiliki mata yang bengkak sehabis menangis.
Seorang perempuan paruh baya berjalan dengan terburu-buru sambil menggandeng seorang gadis kecil yang perkiraan umurnya 8 tahun. Perempuan itu berjalan ke arah tiga laki-laki yang duduk di kursi tunggu di depan ruangan ICU dengan harap cemas.
Perempuan itu adalah ibu dan adik dari Vindra.
"Kenapa bisa gini Niel? Vindra kan baik-baik aja kenapa dia bisa di ICU" Arum adalah ibu dari 2 orang anak yang umurnya sudah kepala empat.
"Bunda duduk dulu biar Niel jelasin" Ganiel menuntun perempuan itu, ia belutut di depan bunda Vindra, sedangkan gadis kecil tadi sudah di alihkan perhatiannya dengan Adnan.
"Eca ikut abang ya" Nessa yang mengantuk pun hanya mengiyakan ajakan itu.
Ganiel menarik napasnya pelan, menguatkan hati untuk menjelaskan yang sebenarnya, kebenaran yang selama 2 tahun ini ia simpan rapat-rapat yang akhirnya harus lelaki itu ungkapkan sendiri.
"Sebenarnya, di otak vindra ada tumor ganas. Dari satu tahun yang lalu Vindra gak peduli sama saran dokter yang nyuruh buat kemo" Arum terdiam, rasanya seperti ada batu besar yang menghimpit dada nya, rasanya sangat sesak, ia lemas bahkan jika bukan5 karena Vaka yang menahan tubuhnya dari samping mungkin saat ini ia sudah jatuh. Bibirnya bergetar menahan isak yang ingin keluar, matanya memerah menahan air mata yang ingin jatuh.
"Kenapa kamu sembunyikan fakta ini Niel" Perempuan itu marah, ia bukan marah ke Ganiel tapi marah kepada dirinya sendiri karena tidak tau keadaan sang anak.
"Maaf bun, bukan maksud Niel bohong, tapi ini permintaan Vindra, maaf" Ganiel menggenggam tangan Arum dengan gemetar, ia sangat merasa bersalah jika saja ia mengikuti kata hatinya untuk mengatakan semuanya lebih awal pasti Vindra akan mendapatkan tindakan yang lebih cepat.
"Niel juga tau nya karena setahun yang lalu, nemuin hasil CT scan punya Vindra, Niel juga gak nyangka dia yang nampaknya baik-baik aja ternyata menderita. Dokter bilang Vindra gak akan bertahan lama, karena tumornya makin ganas" Sesak rasanya harus mengatakan semua kebenaran ini, harusnya Vindra yang mengatakan kebenaran ini.
"Gak, Gak mungkin, anak bunda bakal baik-baik aja" perempuan itu ingin putus asa tapi mengingat perjuangan anaknya yang sudah bertahan sejauh ini, ia harus bangkit.
Arum beberapa kali memukul dadanya merasa sesak, andai waktu itu dia peka melihat perubahan fisik sang anak, andai dia tidak menyepelekan sakit kepala yang di kelukan Vindra pasti tidak begini. Semuanya hanya andai, ia kembali di timpah rasa bersalah saat ia mengingat ia yang hanya terfokus pada Nessa sedangkan anaknya yang lain juga harus di perhatikan.
"Ya Tuhan, tolong anak hamba" Tangis yang dari tadi berusaha Arum tahan akhirnya pecah, lorong rumah sakit yang sepi dan dinginnya angin malam menjadi saksi pilu atas tangis seorang ibu yang menyalahkan dirinya sendiri.
"Vindra bakal baik baik aja bun" ujar Vaka berusaha menenangkan. Beberapa saat setelah mengatakan itu dokter keluar dari ruang ICU, ia mengabarkan bahwa kondisi pasien semakin melemah dan itu yang memicu Vindrabelum sadarkan diri hingga saat ini setelah tadi pagi dirinya di bawa kerumah sakit, tapi tidak tau jika ada mukjizat dari Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMAN ABANGKU GEBETANKU(END)
Teen FictionNEW VERSION !!!!! DI AWAL PART MUNGKIN KAMU AKAN MERASAKAN BOSAN DAN SUDAH TERBIASA DENGAN ALUR ATAU BELUM MENGETAHUI KEMANA JALAN CERITA, TAPI GAK ADA SALAHNYA KALAU KAMU COBA KE TENGAH PART •••• "AKU TAU KITA BEDA CA, TAPI APAKAH TUHAN GAK BISA KA...