★ 02 | Walk me out

2.9K 203 48
                                    

[ Underneath The Sunrise ]

Ayuk, mana nih yang masih baca? Komennya donk. Sepi banget. 😮‍💨

••••

Bersenandung ceria, Lucia belum berhenti menggerakkan bibirnya yang mungil. Dia menjadi banyak bicara saat senang. Menumpahkan seluruh hasrat dan emosinya tanpa batas. Apalagi, saat kedua mata amber itu menangkap Matteo, pria yang baru saja berdeham keras di samping George. Matteo hanya diam, tak bergerak. Terlalu fokus memperhatikan layar Ipad miliknya.

“Lucia hati-hati kau bisa tersandung!” Alicia berteriak histeris. Kuat dan melengking. Bagai doa, kalimat itu langsung dikabulkan. Tanpa sengaja, Lucia menyenggol akar pohon besar yang menganggu langkahnya.

Lucia terguling. Terjerembab dengan salah satu kaki yang masih tersangkut. Astaga, dia ingin menangis kencang. Namun, Lucia tak mau mempermalukan dirinya lebih jauh lagi. Ia menggigit bibir, menahan air mata di bawah mata yang memerah.

“Astaga, Lucia. Kenapa kau tidak mau mendengarkan mommy,” tatap Alicia panik.

“Bangunlah! Biar ku lihat lukamu.” George menarik putrinya dengan cemas.

“Dad, lututku sakit.” Lucia mengeluh. Tanpa sadar terisak-isak menahan perih.

“Tidak apa-apa jika segera di obati,” kata Matteo dengan tenang. Datang-datang merengkuh, menggendong Lucia.
Damn! Memiliki badan setegap dan sekuat seperti  itu, tubuh Lucia yang kecil diangkat dengan mudah.

Lucia terenyuh sebentar. Diam membisu tanpa suara. Ia terpesona akan semua hal tentang Matteo. Harum napasnya tercium kuat, berpadu sempurna dengan aroma parfum di tubuh pria itu. Lucia mendekat, mengeratkan lengan di leher Matteo. Sekali, pria itu melirik, sekadar menurunkan pandangan, datar tapi menusuk. Seolah menanyai keadaannya.

“Hati-hati, Theo,” ucap Alicia menyadarkan. Lucia telah sampai, ia di dudukkan pada sebuah kursi rotan yang tak jauh dari tempatnya jatuh. Rasa sakit itu datang, menyentuhnya lebih kuat.

Kenapa dia tidak menggendong ku ke dalam saja?” pikir Lucia, kesal sendiri.

“Ambilkan kotak obat di dalam!” George memberi perintah pada seorang pelayan yang ikut cemas.

“Darahnya banyak. Gunakan ini dulu!” lagi, Theo menggunakan suara nya yang dalam. Sambil menyerahkan sapu tangan berwarna biru gelap. Lucia menoleh, menatap pria itu lekat. Baginya, dengan melihat Matteo saja, rasa sakitnya berkurang. Bahkan hilang. Jatuh cinta itu memang aneh.

“Aku tidak menyangka, kau perhatian juga padaku.” Lucia tertawa renyah, selepas merebut sapu tangan dari pria itu.

Matteo menarik salah satu alis, berdecak kasar, seakan usahanya merupakan kesalahan. George menatapnya tajam. Apalagi Alicia. Matteo yakin, dia tidak di sukai.

Hm. Matteo berdeham. Kemudian bergerak menjauh tanpa meninggalkan kata. Menurut Matteo, tidak ada hal penting yang harus ia jelaskan. Semakin banyak bicara, pria itu akan semakin tersudut.

“Hati-hati Lucia. Pria dewasa tidak cocok untukmu,” ucap Alicia, menekan-nekan luka di kedua lutut putrinya.

“Aku yakin, kau tahu konsep jodoh, Mom. Dia pasti akan jadi suami yang baik.”

“Oh Tidak. Apa kau sudah memikirkan pernikahan, Cia?” Tanya Alicia, bersungut serius. “Aku tidak peduli dengan siapa kau menikah. Tapi, usiamu masih sangat muda.”

“Memang apa salahnya jika aku menikah muda? Kau akan cepat menimang cucu, Mom.” Lucia mendelik. Membuat Alicia menoleh tajam ke arah George yang menahan tawa.

Underneath the SunriseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang