★ 32 | He's Comeback

1K 140 27
                                    

[ Underneath the Sunrise UPDATE ]
Cus, komen, vote, share yang banyak, yuk.

Happy Reading.

••••

Terlalu lama, Matteo menatap jemu tiap petak ruang bawah tanah mansion miliknya. Tempat yang semula menjadi hadiah pernikahan dari Leon, dan Matteo terpaksa membelinya. Ternyata benar, dia akhirnya membutuhkan tempat persinggahan yang membawanya pada ketenangan.

Matteo sedikit bersandar. Sesekali menoleh pada kaca bulat yang menjamunya dengan pemandangan garis pantai, ombak hangat berdebur kencang, seperti menyambut kepulangan.

“Setelah apartement mu terjual, aku memindahkan semua barang-barang mu ke sini,” usik Leon, menarik tirai berwarna putih, dari benda yang bersandar rapi di sisi selatan tembok.

Matteo menoleh. Mengukir kenangan yang telah lama ia rindukan. Lukisan pernikahannya bersama Lucia, terlihat nyata dan indah. Berwarna oranye keabu-abuan.

“Benda ini datang, tiga hari setelah kau di penjara.” Leon menghela napas dalam-dalam. Melihat Matteo menyeka ujung lukisan, tepat pada gambar gaun putih Lucia yang menjuntai panjang.

Wanita itu, pernah menjadi ratu di kehidupannya.

She's beautiful,” puji Matteo. Kini menyeka dengan lembut lukisan wajah Lucia dengan ujung jarinya hati-hati.

“Lucia ingin membuangnya, tapi aku berhasil menyelamatkannya,” seka Leon, mengulum bibir kemarahannya lekat.

“Aku mengerti keadaannya. Aku juga tak mungkin punya rencana yang lebih baik, jika berada di posisinya,” sebut Matteo parau.

“Lucia masih sangat muda,” sebut Leon.

“Ya. Bisa bantu aku memajangnya?” Tanya Matteo. Tak lama melihat Leon mengangguk. Sigap mendekat, setelah menggulung lengan kemeja putihnya.

Matteo bergeser. Lebih dulu mengangkat papan kayu besar yang membingkai sempurna bentuk lukisannya. Bersama-sama Leon memindahkan benda itu ke living room. Matteo ingin memajangnya di tempat yang terlihat, dan menjadikan benda itu satu-satunya hiasan utama.

“Di sini, lebih indah,” aku Leon. Sejenak mendongak. Setelah beberapa belas menit menghabiskan waktu untuk memajang lukisan.

“Ya. Indah,” sebut Matteo. Memandang tiap sudut wajah Lucia. Mulai dari matanya yang coklat, rambut hitam serta kulit kuning pucatnya.

Matteo mengulum senyum. Kemudian menoleh ke arah Leon. Tajam, penuh rencana.

“Aku tahu arti tatapan itu.” Leon terkekeh.

“Aku harus mengambil alih perusahaan. Tawaran mu masih berlaku, 'kan?”

“Sebelum kau bicara, harusnya, kau memastikan. Bahwa itu, bukan tawaran. Tapi, perjanjian.” Leon menarik sudut alisnya. Perlahan berjalan menuju tepi sofa. Berdiri memunggungi pria itu.

Matteo mendengkus. Menyeka bibir yang mendadak gatal dengan ibu jari. “Aku selalu percaya, bahwa di dunia ini, tidak ada satupun kebaikan tanpa pamrih. Jadi, aku sangat penasaran, dengan apapun yang menjadi keinginan mu.”

Leon berputar. Segera menatap langsung Matteo. Tatap matanya yang redup itu menguat. Bergerak bersama bulu iris nya yang lentik. “Bagaimana, jika ku bilang tidak ada? Kau percaya?”

“Tentu saja tidak.”

Leon mengangguk-angguk. Turut melirik pesisir pantai lewat jendela besar. Lagi, ombak memutih bergulung cantik. Menerjang bebatuan, hingga menciptakan percikan tinggi.

Underneath the SunriseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang