★ 40 | Love, Desire and Pain

1.4K 143 22
                                    

[ Underneath the Sunrise UPDATE ]
Komen yang rame yuk, vote jangan lupa.

Happy Reading semuanya. Cerita ini mau tamat, di Karyakarsa, udah update sampai chapter 46.

••••

"Hy, Mom. Maaf aku baru menelepon. Pekerjaan ku sangat banyak, dan aku keluar kota. Apa kau masih bisa menjaga Four semalam lagi?" Tanya Lucia. Duduk dipinggir pelantar menuju danau. Meringkuk, memeluk kedua pahanya.

"Yah- Honey, tenang saja. Jangan pikirkan apapun, okay. Four aman."

"Thanks, Mom. Aku akan segera pulang, jika pekerjaan ku selesai," ucap Lucia. Menangkap teratai di tepi jembatan lewat pandangannya.

"I know. Santai saja di sana. Putramu memiliki fans seperti Julia," kata Alicia, di sambut suara tawa dari Four yang tengah asyik bermain. Semalam sore, ada kurir yang mengantarkan banyak mainan untuk anak itu. Tentu saja, pemberian Matteo.

"Baiklah. Kalau begitu sampaikan salamku pada Julia dan Four."

"Of course," sebut Alicia. Membuat Lucia lekas menutup panggilan telepon.

Lucia menarik napas panjang. Menghirup aroma di sekeliling tempat. Dingin, sunyi sepi, dan Lucia menyukai tempat ini. Tenang, tanpa gangguan. Meski, seluruh pikirannya kacau tak menentu.

“Entah, apa yang ku cari, dan apa yang sebenarnya kulakukan di sini,” gumamnya pelan. Bergerak menuju ujung pelantar dan menggantung kedua kakinya ke dalam air.

Lucia alih-alih tenggelam, mengulas balik masa lalu yang ingin sekali dilupakannya. Tentang Matteo, tentang seluruh perasaannya. Semua kenangan itu muncul. Merusak akal pikiran. Ini tidak adil, dia harusnya telah lama melupakan Matteo.

Lucia merenung lama. Berdiam membeku sambil memercikkan air dengan ujung kakinya. Hingga kemudian, seorang melompat. Berenang masuk ke tengah danau. Lucia membelalak, memastikan pria itu.

Matteo. Pria itu di sana. Tersenyum lebar dan basah kuyup tanpa atasan. “Kemarilah! Airnya tidak begitu dingin,” ajaknya.

“Aku tidak mau,” ucap Lucia.

“Jika kau tidak terjun, aku yang akan menarikmu!” kata Matteo. Menatap penuh ancaman. Berenang menuju tepi, untuk meraih kedua kaki Lucia yang lebih dulu menyentuh danau.

“Theo lepaskan. Aku tidak.... Theo.....” Lucia melebur. Masuk ke dalam air. Seluruh tubuhnya tenggelam. Kemudian muncul kembali dengan napas terengah-engah. “Apa yang kau lakukan?”

“Hanya mengajakmu bersenang-senang,” sahut Matteo, tertawa renyah. Membuat Lucia menelan ludah. Dia belum pernah melihat pria itu tertawa lepas seperti sekarang. Demi Tuhan, tidak lagi ada Matteo yang dingin seperti dulu. Dia lebih ramah, dan mudah di ajak bicara.

“Aku bisa tenggelam tahu.” Lucia mencebik. Penuh protes.

“Kau tidak mempercayai ku?” Tanya Matteo.

“Terakhir kali aku mempercayai mu, kau mengkhianati ku,” sahut Lucia kesal. Lalu tubuhnya di tarik mendekat.

“Kau mengatakan itu, karena kau tidak mempercayai ku,” kata Matteo.

“Apa maksudmu?” Lucia mengerling, menyatukan alis hingga rapat. Tapi, Matteo diam. Tersenyum sedikit.

“Sekarang, bukan saatnya kau tahu.”

“Apa kau selalu menganggap ku wanita yang bodoh?” Lucia mengeratkan kedua tangan. Menekan bahu Matteo yang tegap. Dia terpaksa mendekat, bergelantungan pada pria itu karena kekurangannya. Lucia tidak pandai berenang.

Underneath the SunriseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang