★ 44 | Extend the search

1.2K 145 12
                                    

[ Underneath the Sunrise UPDATE ]
Yuk, komen yang banyak, vote dan share juga.

Happy Reading.

••••

Aroma alkohol menyeruak tajam. Mengganggu indra penciuman, berkumpul bersama aura negatif yang menakutkan. Lucia meringis, menarik-narik kanan kiri tangan yang terikat pada kedua tiang di pinggir ranjang.

“Tenanglah! Aku akan membantumu untuk membuka ikatan, agar kau bisa makan,” dingin namun lembut, suara Falcon mengatur napas. Mendekatkan diri sambil membawa tray penuh makanan.

Lucia terdiam. Menatap tubuh tegap itu hadir. Setelah menaruh nampan di tepi nakas. Dia naik ke ranjang. Melepaskan pengikat. Bola matanya yang biri, tak banyak bergerak, cukup fokus menatap pojok tubuh Lucia yang sedikit lemah.

“Sejak tadi, kau terlihat pucat,” ucap Falcon. Melepaskan ikatan terakhir yang mengekang.

Lucia diam. Menanti kesempatan, dan begitu hal tersebut datang, perempuan itu bergegas bangkit, beringsut kabur.

“Kau mau kemana? Hm—” Falcon menahannya. Menangkap pinggul perempuan itu. Lucia spontan berontak, memukul-mukuli Falcon dengan seluruh tenaga.

“Lepas. Lepaskan aku!” rengeknya tegang. Menggigit lengan kekar pria itu dengan gigi tajamnya.

Falcon mengerang. Kemudian mendorong serta melempar Lucia mundur, hingga dengan keras punggung perempuan itu mengenai besi penahan kasur. Lucia tersentak, sengal tak bergerak.

“Jangan menyia-nyiakan kebaikanku padamu, Lucia.” Falcon memperingati. Tajam menatap penuh penegasan.

Lucia mengerang pelan. Duduk beringsut untuk membetulkan posisi. Dia tak ingin terbaring lemah begini. Tidak. Pria manapun tak boleh melihat kelemahannya.

Falcon menghela napas. Segera meraih tray dan mendekatkan benda-benda tersebut. “Makanlah! Kau harus punya tenaga untuk pernikahan kita, sayang.”

“Aku tidak akan menikah dengan mu,” dengus Lucia penuh geraman. Membuat Falcon mengintimidasinya lewat tatapan yang mematikan.

“Ini bagian dari rencana kita. Kau lupa?” Falcon menyeringai lembut.

“Saat itu aku belum tahu siapa kau,” tegas Lucia.

“Oh— jadi kau sudah bertemu dengannya? Apa itu alasan mengapa banyak tanda merah di leher hingga dadamu?” pekik Falcon. Berdiri dari tempatnya dan membanting tray berisi makanan tersebut. “Sudah ku duga. Dia pasti akan melakukannya. Berengsek.”

Falcon berpaling, menatap Lucia. Lalu turun sedikit menuju ranjang dan menekan kedua tangan Lucia.

“Lepaskan aku!” teriak Lucia. Buru-buru meludahi wajah pria itu.

Falcon berpaling. Merapatkan gigi, kedua matanya membola besar, penuh ketegangan. Dia menyeka wajah, kemudian menaruh tangannya pada Lucia untuk menampar wanita itu.

Lucia berteriak, terseret hingga tepi ranjang. Dia memegang wajah. Terasa begitu panas.

“Berani-beraninya kau,” kata Falcon mengerang jelas.

Lucia menelan saliva. Merangkak bangkit. Dia bertahan, berusaha menguatkan diri. Hingga kini, mata sayunya itu mendominasi. Lalu mencicit garang untuk melompat pada Falcon.

“Jahat. Kau jahat. Kau sangat-sangat jahat!” teriak Lucia, membabi buta. Menarik kencang rambut hitam tebal Falcon sekuat tenaga.

“Sialan!” berang pria itu brutal. Kali ini menarik Lucia dan kembali melemparkan tubuh yang dua kali lebih kecil darinya itu ke ranjang.

Underneath the SunriseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang