[ Underneath the Sunrise UPDATE ]
Cus, komen yang banyak, vote juga ya. Happy Reading.Chapter 31-34 sudah tersedia di Karyakarsa.
•••
Geladak tawa riang terdengar lantang, melihat Four yang bermain girang. Kedua telapak kakinya yang tebal melangkah, meniti satu persatu balok angka yang tergeletak di lantai. Kadang, dia tersenyum, kadang juga Four menepuk-nepuk tangan saat melihat Lucia melintasinya.
Four senang mengoceh, terlebih tentang minatnya terhadap mainan berbentuk pesawat. Namun, Four cenderung dingin, terhadap orang-orang baru yang kadang membuatnya terusik. Four tak mudah akrab.
"Ma-ma...." katanya terbata-bata. Tertawa lebar hingga sepuluh barisan gigi di dalam mulutnya terlihat jelas.
"Yes, handsome. Why? Butuh bantuan?" Tanya Lucia. Bergegas menghampiri bayi mungilnya yang tampan. Rambut berwarna coklat gelap, bibir merah, dagu bulat sedikit belahan, mata tajam dengan warna biru yang indah.
Benar-benar Theo Junior. Hanya matanya yang tampak berbeda, warna birunya, dia dapat dari Alicia, sang nenek.
"No. Mama," sebut Four. Menepuk-nepuk tangannya lagi. Terlihat senang, karena tingkah yang ia ciptakan mengundang perhatian.
Kala itu, Leon ikut mendekat. Menyematkan stiker kertas berupa lencana di dekat dadanya. "Pejuang tangguh," kata Leon. Tegas. Membuat Four mengerang lantang, dan meniru gaya dan kalimat nya dengan ejaan yang tak begitu lugas.
"Panggil Mama jika butuh bantuan, ya! Mama," eja Leon, waktu Lucia sengaja merekam momen kecil putranya itu.
Four mengerling. Enggan mengikuti. Dia mengedarkan mata, memasukkan salah satu jari ke dalam mulut. Mengoceh tak jelas.
"Papa," sahut Four, sedetik kemudian. Membuat raut wajah Lucia yang mulanya tersenyum lebar, kini berubah sembraut.
Leon menoleh. Menatap Lucia yang mengomel dengan nada berbisik.
"Entah, bagaimana caranya aku memberitahu Four, bahwa dia tidak pernah punya ayah yang harus ia sebut."
"Dia hanya anak kecil, Cia." Sahut Leon.
"Seseorang pasti mengajarkan nya. Hingga dia lebih dulu bisa memanggil orang mati itu," cetus Lucia tegas. Melipat tangan di dada dengan marah.
"Tenanglah, Lucia. Karena cepat atau lambat, Four akan tahu siapa ayahnya!"
"Tidak. Tidak akan. Four tidak punya ayah!" gerutu Lucia. Segera mendekati Four dan menggendongnya.
"Mama, Four. Mama. Ingat, hanya mama," ucap Lucia berkali-kali. Namun tak menghasilkan suara yang diharapkan nya. "Mama tidak akan merayakan ulang tahun mu bulan depan, jika kau masih memanggil orang lain selain Mama."
Leon mendengus. Ingin tertawa waktu mendengar ocehan Lucia. Dia tahu, bahwa Lucia tak serius. Karena sejak Four berusia satu setengah tahun, wanita itu bahkan sudah mempersiapkan banyak hal untuk pesta perayaan.
"Mama," omel Four. Membuat Lucia berteriak kencang.
"Yeay! Bagus. Anak pintar dan baik," puji Lucia. Mencium-cium wajah Four dengan serakah.
"Hari ini, kau masih cuti, 'kan?" Tanya Leon.
"Ya. Mom, Dad dan Julia akan datang. Jadi, aku akan mengambil cuti tahunan setidaknya empat hari," jelas Lucia.
"Jika sudah berangkat tadi pagi, harusnya, sebentar lagi mereka sampai." Leon menyingkirkan lengan kemeja panjangnya. Melirik sepersekian detik ke arah pergelangan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Underneath the Sunrise
Romance21+ | Agegap Matteo dos santos adalah kesempurnaan, tampan, uang, dan kecerdasan. Kaki tangan sekaligus pengacara handal keluarga pemasok narkoba terbesar di Kolombia. Dia mendapat perhatian penuh, termasuk dari Lucia, gadis polos yang berbeda bela...