PART 11

14 8 0
                                    

⚠️MAAF TYPO BERTEBARAN DIMANA MANA!!⚠️

⚠JANGAN LUPA VOTE YA!!⚠



"Selamat Membaca"


•~∆^^∆~•




"vio lo gak papa kan" rara menghampiri Quen dan memegang lengan Quen dengan wajah yang sangat khawatir dan disusul oleh arzi dan cia dibelakang rara.

"iya gw gak papa" Quen sedikit terkejut dan menjauhkan diri dari devan lalu menatap balik rara.

"luka lo" Quen bertanya dan menatap rara.

"udah diobatin sama arzi" rara mengangguk dan menatap arzi, lalu arzi pun mengangguk balik mengiyakan perkataan rara.

~•~ ~•~ ~•~ ~•~ ~•~ ~•~ ~•~ ~•~ ~•~ ~•~

"lo bener gamau gw jagain dari belakang" Quen bertanya sembari memegang lengan rara khawatir dengan sahabatnya ini.

"ngga usa.." sebelum rara melanjutkan perkataannya arzi menyela percakapan mereka.

"gw yang bakal jagain rara" arzi berkata sembari berjalan menghampiri mereka.

"jaga rara ya kak" Quen berkata sembari menatap arzi.

"lo tenang aja vio" arzi berkata menatap balik Quen dan tersenyum, Quen pun hanya mengangguk dan mereka bertiga pun pergi lalu meninggalkan Quen dan devan berdua dipinggir jalan ini.

"gw anter lo" kata devan menarik lengan Quen.

"gw bisa sendiri van" Quen menatap devan dan melepaskan lengannya dari pegangan devan.

"gw gabakal biarin lo pergi sendiri dalam keadaan kayak gini vio!" devan menatap mata Quen dengan pandangan yang lembut dan Quen pun sedikit terkejut dengan perasaannya ini dan sedikit bengong saat menatap balik mata devan.
Devan yang mengetahui hal ini pun menggunakan kesempatan ini untuk menarik Quen kearah motornya.

"naik" devan menyuruh Quen naik ke atas motornya saat ia sudah menaikinya.

"t-tapi motor g-gw" Quen berkata sedikit gugup dengan keadaan ini, apalagi lengannya yang masih dipegang oleh devan.

"ck, itu urusan gampang sekarang naik" devan menatap Quen dan Quen pun hanya menuruti saja tidak ingin berdebat tentang hal ini, Quen ingin naik kemotornya dan sedikit terkejut saat ia dihentikan lagi oleh devan.

"apa?" kata Quen menatap devan dengan wajah keheranan, devan tidak menjawab dan memakaikan helmnya kepada Quen, Quen sedikit terkejut dengan perlakuan devan, devan yang mengetahui hal itu pun hanya tersenyum tipis sampai sampai Quen tidak menyadarinya.

"naik" devan berkata menatap kearah Quen, Quen pun hanya mengangguk dan naik ke motor devan.

"pegangan" devan menatap ke depan dengan wajah datar, Quen membelalakkan matanya tak percaya devan mengatakan hal itu.

"jangan baper, biar lo gak jatuh" kata devan menatap Quen dari kaca spionnya.

"siapa juga yang baper" kata Quen berkata dengan wajah kesal dan langsung memeluk devan, devan yang masih menatap Quen daru kaca spionnya pun tersenyum saat Quen berkata dengan wajah kesal.

"lucu" devan berkata dari dalam hatinya dan kembali fokus lagi untuk menjalankan motornya.

Setelah sampai di mansion Quen, Quen pun turun dengan raut wajah kesal lalu ingin langsung masuk saja.

"vio" devan menatapnya punggung Quen yang ingin masuk saja tanpa berkata apapun kepada devan.

"apa!" kata Quen kesal membalikkan badan menatap balik devan.

"helm gw" devan menahan tawa dengan kelakuan Quen yang seperti ini, Quen yang sedikit merasa malu dan langsung melepaskan helmnya lalu memberikannya kepada devan.

"makasih" kata Quen kesal dan langsung masuk kedalam mansionnya, devan yang melihat raut wajah kesal Quen pun hanya tertawa saja.

"dasar gadis kulkas" devan menggeleng geleng saja dan langsung pergi dari tempat itu.

DI SISI LAIN

"makasih ya kak arzi" rara berkata sembari menatap wajah arzi.

"lo tau gw?" kata arzi sedikit bingung karna dia memanggil arzi dengan kak.

"iya kak dari vio" jawab rara menatap arzi dan arzi pun hanya mengangguk mengiyakan perkataan rara lalu arzi ingin beranjak pergi tetapi ia membalikkan badan lagi menatap rara.

"lo rara kan?" kata arzi menatap rara.

"i-iya kak" rara sedikit terkejut saat arzi mengetahui tentang dirinya.

"panggil gw arzi jangan kak" kata arzi menatapnya, rara sedikit terkejut tetapi ia hanya mengangguk saja.

"oh iya ini ganti rugi atas mobil lo yang gak sengaja gw gores pas berantem tadi" arzi berkata sembari menyerahkan sebuah kertas chek kosong yang sudah ada tanda tangan nya.

"i-itu gak usah k-kak, e-eh arzi" rara berkata sedikit terkejut dan terbata bata.

"tidak ada penolakan" jawab arzi menyerahkan kertas itu dan dengan terpaksa rara pun mengambilnya, lalu arzi langsung beranjak pergi dari tempat itu.

"jantung gw kenapa" rara berkata seperti itu lalu menyentuh bagian dadanya yang terasa berdetak dengan terus melihat punggung arzi yang sudah hampir menjauh dari pandangannya.

"hayo dianter siapa itu" ayah rara berkata meledeknya yang membuat rara terkejut.

"ehh ayam berkaki dua" rara sampai menutup matanya dan mengintip kembali dan ternyata itu ayahnya yang membuatnya hampir jantungan.

"ihh ayah ini ni ngagetin rara aja" rara berkata sembari menatap ayah nya dengan wajah yang sangat kesal.

"kenapa wajahmu ra" ayahnya rara pun terkejut melihat wajah anaknya ini terluka dan langsung memegangnya perlahan.

"rara gak papa kok yah cuma luka kecil" jawab rara tersenyum tipis menatap ayahnya yang terlihat khawatir itu.

"siapa yang berani lukain putri ayah ini hah!?" ayahnya marah melihat luka luka yang diderita putrinya ini.

"orang orang itu ayah" rara menatap ayahnya dan ayahnya yang mendengar hal ini pun geram tetapi dia berusaha tenang disaat rara mencoba menenangkannya.

"vio gimana dia luka juga?" ayahnya bertanya.

"vio luka yah tapi udah diobatin kok" jawab rara menatap ayahnya dan diangguki oleh ayahnya.

"ayah bakal berusaha cari siapa sebenarnya orang orang itu"  ayahnya rara pun memeluk rara dan mengelus pucuk kepala rara.

"terimakasih ayah" rara membalas pelukan ayahnya dan tersenyum kearahnya, ayahnya pun mengangguk.

"ayo masuk ibu udah nungguin didalam" ayah rara berkata sembari melepas pelukan mereka dan diangguki oleh rara, lalu mereka pun masuk kedalam rumah.


•~∆^^∆~•


"Terimakasih"

HATE OR LOVE? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang