PART 38

8 6 0
                                    

"aku adalah aksara yang tak bermakna

sedangkan kamu fatamorgana yang ku paksa jadi nyata"

BabyStarr07 




⚠️AYO!! PECAHKAN TEKA TEKI KATA ITU⚠

⚠KAMU AKAN MENEMUKAN MAKNA YANG TERSIMPAN⚠️

⚠️MAAF TYPO BERTEBARAN DIMANA MANA!!⚠️

⚠JANGAN LUPA VOTE YA!!⚠




"Selamat Membaca"



•~∆^^∆~•



2 orang remaja yang sedang terduduk di tepi danau itu hanya saling berdiam diri tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, siapa lagi jika bukan alex dan Quen.

"vii sebenernya yang menculik gw sama devan itu adalah ay...." perkataan alex terhenti disaat rara datang dan menyelanya.

"vio, kak azki tiba tiba badannya merah merah" rara datang dengan wajah panik dan langsung menghampiri Quen sembari menariknya untuk segera mengikuti rara.

"kenapa kak arzi?" Quen yang mendengar hal itu pun terkejut dengan perkataannya dan bertanya dengan raut wajah khawatir.

"gak tau tiba tiba abis makan, kak azki langsung kayak gitu" rara sedari tadi hanya menahan tangisnya yang khawatir memikirkan arzi.

"lex sebentar yaa" Quen pun berkata kepada alex dan alex hanya menganggukinya sebagai tanda iya.

Quen dan rara pergi untuk menemui arzi dan benar saja seluruh badan arzi memerah disaat ini.

"k-kak? kakak kenapa..." Quen langsung menghampirinya dan memeriksa keadaannya.

"gw gak papa vii" arzi berusaha meyakinkan kepada Quen bahwa ia baik baik saja.

"pasti kakak makan cumi ya?" Quen bertanya dengan wajah yang khawatir menatap kearah arzi.

"i-iya tadi kakak gatau kalo di makanannya itu ada cuminya" arzi menatap Quen sembari mengelus badannya yang terasa panas dan sedikit gatal.

"tu kan kak pasti alergi kakak kumat lagi" Quen berkata dengan nada kesal dan khawatir sembari mencoba mencari obat di tas milik arzi.

"kak azki punya alergi cumi?" rara berkata dengan menatap kearah arzi dengan mata yang sudah berkaca kaca.

"iya tapi aku gak kenapa kenapa kok" arzi mencoba untuk menenangkan rara yang terlihat ingin menangis itu.

"kenapa kak azki gak mau bilang ke aku?" rara masih terus berkata dengan khawatir dan menatap kearah arzi.

"udah udah jangan berantem, sini kak" arzi dan rara mengangguk disaat Quen berkata seperti itu sembari mengolesi obat ke kulit arzi yang memerah sedangkan rara mengambil obat pereda alergi  dan langsung memberikannya kearah arzi.

"terimakasih sayang" arzi meminum obat yang diberikan rara itu, selesai minum arzi langsung menatap kearah rara yang sudah menatapnya sedari tadi.

"maaf ya ra, aku gak bilang kalo punya alergi, soalnya aku gak mau buat kamu khawatir" arzi berkata sembari terus menatap kearah rara dengan intens.

"iya kak gpp, lain kali kakak gak boleh gitu ya" rara tersenyum menatap kearah arzi dan arzi membalas senyumannya, Quen tersenyum tipis karna bahagia melihat kakaknya dan sahabat dekatnya ini terlihat bahagia didepannya.

"udah selesai, kakak istirahat dulu" Quen berkata setelah selesai mengoleskan obat kearah kulit arzi yang memerah.

"iya, makasih ya vii" arzi mengangguk sembari tersenyum dan mengelus pucuk kepala Quen, Quen hanya mengangguk dan balik tersenyum.

"iya udah vio mau pergi dulu ya kak...ra... udah ditungguin alex soalnya" Quen berkata sembari menatap mereka satu persatu.

"hati hati vii" arzi mengangguk dan berkata sembari menatap kearah Quen.

"vio makasih yaa, kalo gak ada lo gw gak tau kak azki gimana" rara memeluk Quen sembari menatapnya dengan senyuman, Quen membalas pelukannya sembari tersenyum balik.

"iya ra, kak arzi juga kakak gw jadi gw gak akan biarin dia kenapa kenapa" Quen berkata sembari mengangguk kearah rara.


•~∆^^∆•~


Quen berjalan kearah tepi danau lagi untuk menemui alex yang sudah menunggunya.

"lex maaf ya udah buat lo nunggu" Quen berkata dengan menatap kearah alex sembari duduk disebelahnya.

"gak papa vii, gimana arzi?" alex mengangguk dan menatap balik Quen dengan intens.

"kak arzi baik baik aja, cuman alergi" Quen menjelaskan kepada alex dan alex hanya mengangguk, beberapa waktu mereka hanya berdiam diri dan akhirnya Quen yabg memecahkan keheningan.

"lex tadi lo mau ngomong apa?" Quen berkata setelah beberapa waktu mereka hanya berdiam diri saja, Alex yang mendengarkan perkataan Quen pun menunduk dan memikirkannya.

"gak itu... gak kenapa kenapa kok vii" alex yang tadinya ingin berkata jujur itu pun terhenti disaat ia teringat sesuatu, Quen yang mendengar perkataan alex ini pun menatapnya dengan mengkerutkan dahi.

"lo bohong lex, kenapa?" Quen yang merasa ada yang aneh ini pun terus saja mengawasi pergerakan alex yang seperti menyembunyikan sesuatu darinya.

"itu vii sebenernya tadi yang culik gw itu orang terdekat gw" alex yang akhirnya ingin jujur itu pun memberanikan diri untuk berkata yang sebenarnya.

"siapa itu lex?" Quen kebingungan dengan perkataan alex yang masih menggantungkan jawaban.

"itu ayah g..." perkataannya terhenti lagi disaat ada seseorang yang memanggil Quen, alex pun terkejut menatap orang itu.

"Quen lo disini ternyata" seseorang itu menghampiri Quen sembari menatap kearah alex dengan tajam.

"orang ini..." alex berkata didalam hati dan sangat terkejut dengan seseorang yang baru saja datang menghampiri Quen.


•~∆^^∆~•


"Assalamu'alaikum w.r.b, hai! apa kabar semuanya?  ∆^^∆"

"gimana gimana? kalian gereget juga gak ngeliat alex yang dari tadi mau jujur tetapi malah di gangguin sama orang lain terus!? ∆^^∆" 

"nanti saya mau buat cerita baru kalo cerita ini udah selesai, kalian baca yaa ∆^^∆"

"terimakasih yaa yang udah mau baca dan suport saya sampai di part ini ∆^^∆"

"oke² segitu aja, sampai jumpa di part selanjutnya 🖐️, semangat!! ∆^^∆"


•~∆^^∆~•



"Terimakasih"

HATE OR LOVE? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang