PART 25

9 8 0
                                    

"Gw nggak akan pernah menyerah

 jika hal ini menyangkut tentang lo vio"

Devano Rio Argantara


"Selamat Membaca"


•~∆^^∆~•


MANSION QUEN

Devan dan Quen yang baru saja sampai di mansion Quen itu pun langsung disambut oleh bi ima, seperti biasa bi ima selalu menyambut Quen di depan pintu masuk mansionnya, saat bi ima melihat ke arah devan, bi ima sangat terkejut melihat keadaan devan yang penuh dengan luka babak belur di area wajahnya.

"N-non vio ini kenapa?.." bi ima terus menatap kearah devan dengan wajah yang khawatir.

"Udah bi nanti aja jelasinnya, sekarang vio minta tolong bibi ambilin kotak obat ya" Quen berbicara sembari membantu devan masuk ke mansionnya lalu menyuruhnya untuk duduk di sofa, bi ima yang melihat itu semua pun hanya mengangguk saja lalu mengambil kotak obat.

"Ini non" bi ima menyerahkan kotak obat itu kepada Quen dan hanya di jawab anggukan olehnya, lalu Quen mengobati devan secara perlahan dan penuh kekhawatiran.

"Makasih ya bi" devan yang mengerti hal ini pun mewakili Quen untuk berkata kepada bi ima sembari memberikan senyuman, bi ima pun paham dan hanya mengangguk sebagai jawaban lalu membalas senyuman devan.

"Iya udah bi ima mau ke dapur dulu ya, nanti kalo ada apa apa panggil bibi aja" bi ima berkata sembari mengamati mereka berdua dengan senyuman.

"Iya bi, sekali lagi makasih ya" mereka menjawab dengan bersamaan dan dijawab anggukan oleh bi ima, bi ima pun pergi kearah dapur, Quen yang terus saja mengobati luka devan dengan wajah yang sangat khawatir ini pun membuat devan sedikit tersenyum menatap kearah Quen, Quen yang merasa di tatap itu pun balik memandang devan dengan satu alis yang terangkat.

"Gw suka liat lo kayak gini" devan berkata dengan senyuman yang mengembang di wajahnya.

"Lo suka gw kayak tadi gitu maksudnya?" Quen masih belum paham dengan apa yang devan katakan.

"N-nggak gitu vio... Maksudnya itu gw suka liat lo khawatirin gw kayak gini" devan menjelaskan dengan penuh perhatian dan terus tersenyum kearah Quen, hal ini berhasil membuat Quen menjadi gugup dan wajahnya terlihat bersemu merah.

"Cantik" devan berkata dengan terus menatap wajah Quen dengan intens.

"Ck, van ini bukan waktunya untuk bercanda" Quen berusaha menghilangkan rasa gugupnya itu dengan mengobati kembali luka devan dengan perhatian, hal ini membuat devan tidak bisa menahan tawanya saat ia terus menatap gerak gerik Quen.

"Hehehe, gw gak bercanda vii, lo emang cantik, cantiknya pake banget" devan tertawa dan terus terusan membuat Quen semakin gugup dengan wajah yang sudah sangat memerah.

Tak disangka saat mereka terus berbicara dan bercanda, arzi dan erlando (ayah arzi) melihat ini semua, arzi yang sangat khawatir menatap kearah erlando yang terus terusan menatap kearah devan dan Quen dengan tatapan yany sangat tajam.

"A-apakah ayah akan marah?" Arzi berkata didalam hati, ia sangat gugup dan khawatir melihat kearah erlando yang hanya fokus menatap kearah mereka dengan pandangan tajam, arzi tau betul dengan erlando bahwa ia dari dulu sangatlah posesif terhadap Quen jika menyangkut dengan lelaki, tetapi hal yang sangat langka dilihat oleh arzi, erlando tersenyum tipis saat terus terusan menatap kearah Quen dan devan, akhirnya erlando pergi menghampiri mereka dengan arzi yang terus mengikutinya dari belakang.

HATE OR LOVE? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang