11. Merdekalah Jiwa Yang Mati

318 25 2
                                    

Bangkok, Thailand 1934.

Setelah kematian rekannya Letnan Jendral NCO Jade Apivich Rinthapoln di tragedi penekanan kaum komunisme. Membuat banyak orang harus menjadi korban di dalam pembantaian massal itu. Kali ini beberapa pihak menyalakan Mayor Jendral NCO Avram yang menjadi pemimpin pasukan.

Sudah terdaftar 3.000.000 rakyat yang ikut dalam keanggotaan komunisme. Bahkan organisasi itu bisa menjadi bumerang untuk negara Thailand yang monarki konstitusional.

"Kamu kembali?" Ucap Nang Maliva sambil memeluk suaminya.

"Iya. Aku sudah pulang." Jawab Mayor Jendral NCO Avram sambil memeluk tubuh istrinya.

Bahkan wanita cantik itu tahu dari ajudannya bila Mayjen Avram telah menghentikan pemberontakan kaum komunisme yang terjadi selama 3 tahun belakangan ini. Namun kali ini Maliva juga sedih tentang kabar duka atas kematian Letjen Jade.

Nang Maliva pun tersenyum kearah suaminya. "Selamat atas keberhasilanmu, Khun Avram."

"Iya, bahkan aku merasa bersalah harus kehilangan rekan sekaligus temanku." Lirih Mayjen Avram.

"Aku mengerti perasaanmu." Jawab Nang Maliva pada suaminya. "Kamu harus bisa bangkit dari keterpurukan."

Perwira dingin itu pun mengangguk kearah istrinya. Bahkan dirinya benar-benar rindu akan buah hatinya.

"Ada dimana anak-anakku?" Tanya Mayjen Avram pada Nang Maliva.

Sebelum Nang Maliva menjawab pertanyaan sang Mayor Jendral. Tiba-tiba terdengar langkah kecil dari anak kesayangannya. Bahkan sekarang Tiernan sudah berusia 5 tahun dan Garvin masih 3 tahun.

"Papa, Galfin sangat lindu?" Ucap Garvin pada Ayahnya.

"Kemarilah. Kalau begitu Garvin akan Papa gendong." Ucap Mayjen Avram sambil mengendong anak kesayangan.
Saat ini Tiernan dan Garvin juga turut menyambut kedatangan sang Ayah. Kedua Alpha muda itu melihat adik kecilnya sedang di gendong sang Ayah.

Lalu di malam itu, Mayjen Avram mulai bingung dan dirinya mendapat surat dari Raja Kob. Sebab dirinya akan naik pangkat untuk menggantikan posisi mendiang Letjen Jade.

Bahkan saat ini perwira dingin itu memutuskan pergi ke kamar milik anak-anaknya. Dan disana terlihat Nang Maliva yang baru saja menidurkan Tiernan dan Garvin kecil. Wanita cantik itu pun menyentuh lembut bahu tegap suaminya.

"Kamu belum tidur?" Tanya Nang Maliva.

Mayjen Avram hanya menggeleng pelan. "Belum. Bisakah aku bertanya satu hal padamu?"

"Tentu saja." Jawab Nang Maliva.

"Apakah kau menyesal telah menikah dengan perwira penyandang status warna merah di buku putihnya?" Tanya Mayjen Avram tentang pendapat istri.

"Menjadi istrimu sudah menjadi pilihanku. Maka mempercayaimu sudah menjadi kewajibanku. Sebab kamu adalah Ayah dari anak-anakku." Jawab Nang Maliva pada suaminya.

"Aku mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu, Mayjen."

Keduanya pun berpelukan untuk saling menguatkan satu sama lainnya.



Lalu kembali di masa sekarang dimana terlihat bila saat ini Build akan terlambat. Sebab pagi ini dirinya sedang ada kelas pagi. Parahnya sekarang dirinya harus menghadiri kelas dari Profesor Ex. Bahkan Dosen ekonomi itu sangatlah killer dan sangat perfeksionis.

Semua orang di mata Profesor Ex adalah sama. Tidak peduli kau seorang anak konglomerat ataupun anak Raja. Bila telat lebih dari tiga pertemuan. Itu sudah memasuki garis merah untuk tidak bisa mengikuti Ujian pertengahan hingga Ujian akhir. Sedangkan, saat ini Build telah tepat dua kali.

The SoldierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang