Part 43. keluar dari pesantren

524 23 2
                                    

"Cari nama santriwan yang baru masuk pesantren ini"

"Iya Gus sebentar"

"Terakhir, santriwan yang masuk, namanya,, Nandra Putera Gauzan" 

"Panggil dia, kesini sekarang" ujar Gus Zaid dingin

"Baik Gus"

***

"Umi, Gus Zaid udah berangkat ya?" Tanya Syaqila

"Iya sayang, baru aja berangkat, kenapa? Kamu butuh sesuatu?" Tanya umi Halimah

"Engga kok umi, qila cuma bosen aja kalo di rumah," balas Syaqila mendudukkan dirinya di sofa samping umi Halimah

Umi Halimah tersenyum mendengarnya "kamu kan baru sembuh. Lagian sekarang kan ada umi yang

temenin" ujar umi Halimah

"Iya umi, kalo nanti siang boleh ga temen qila main kesini?"

"Boleh, dong sayang, nanti umi suruh Ayra ya" ucap umi Halimah di angguki kepala oleh Syaqila

"Sayang umi mau nanya sama kamu, boleh?"

Syaqila menoleh lalu mengangguk "boleh umi, mau tanya apa?"

"Em_ apakah kamu sudah memberi nafkah batin? Sebagaimana hak nya seorang Suami"

Syaqila sontak mengeryitkan alisnya tidak mengerti arah pembicaraan umi Halimah

"Maksud umi, apakah kalian sudah melakukannya?" Ucap umi Halimah kembali sedikit mengoreksi ucapannya

Syaqila yang mengerti pun sontak meremang seketika mulutnya terasa kelu menjawab pertanyaan dari mertuanya itu

"Ga papa nak, umi ngerti kok"

"Tapi, harus ingat ya itu adalah kewajiban bagi suami istri, Meskipun kalian masih belum siap, atau saling mencintai, karena perkara apapun itu tetap tidak akan menghapus kewajiban kalian sebagai suami istri"   ujar umi Halimah mengusap lembut pucuk kepala Syaqila

"Maaf! Umi" lirih Syaqila

"Ga papa, sayang. umi mengerti," sahut umi Halimah membawa Syaqila kedalam pelukannya

***

"Jelaskan, kenapa kamu bisa bersama Syaqila, kemarin?" Ucap dingin Gus Zaid dengan tatapan datar nya tertuju kepada seorang pemuda dihadapannya

"Why!, Santai Dong, gue cuma mau ngomong aja sama dia" jawab nadra santai melipat kedua tangannya di depan dada

"Kenapa, harus di belakang pesantren?, itu tempat sepi, kalian bukan mahram"

"Ya harus di tempat sepi dong, biar lebih leluasa"

Jawaban Nandra membuat Gus Zaid emosi rahangnya mengeras dengan kedua tangan yang sudah mengepal kuat

"Leluasa apa maksudmu! Pegang pegang?"

"Yoi!, tuh tau, biasalah anak muda Zaman sekarang" sahut nadra dengan santai 

"Perempuan yang sengaja ingin kamu pegang, itu adalah istri saya!" Bentak Gus Zaid tidak bisa menahan emosinya, untung saja ruangan Gus Zaid kedap suara jadi tidak akan sampai kedengaran keluar

"Gue juga tau kali" ucapnya dengan santai diselingi kekehan kecilnya

"KURANG AJAR! Anda tau dia istri saya, hah! Kenapa masih berani deketin dia?"

Nandra Menaikkan sebelah alisnya lalu terkekeh setelahnya "Tenang dong, lagian punya istri kok bening amat gue ga tahan jadinya"

"Keterlaluan! Hari ini juga kamu saya keluarkan dari pesantren ini"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear' Imamku [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang