Adrian

4 2 2
                                    

pernah menyayanginya selayaknya adik perempuanku tapi rasa kecewaku yang terlampau besar membuatku menutup rasa itu

pernah menyayanginya selayaknya adik perempuanku tapi rasa kecewaku yang terlampau besar membuatku menutup rasa itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Adrian Deva Gantari-

📖

Kini ketiga lelaki itu tampak lelah dan merebahkan diri di sofa kantor milik Ravin.

Tampak jelas muka prustasi milik CEO muda itu di sana, Sesekali dia kembali menyesap gelas minuman yang tersedia di atas meja.

Ravin masih membayangkan betapa rumitnya hal yang dia hadapi saat ini. Dia berpikir sejenak dan kembali membuang nafas kasar.

Lebih baik dia berhadapan dengan senjata dan musuh daripada  harus menyelsaikan hal yang tidak bisa dia tumui titik ujungnya seperti ini.

Kembali lelaki itu mengusap wajahnya kasar ketika dia mengingat apa yang akan terjadi jika tiba-tiba Naya ingin bertemu dengan keluarganya.

" aku berfikir kalau Naya memang sangat di benci oleh kakaknya. " ucap Aby membuyarkan lamunan ravin

Ravin berdecak kesal ketika mengingat kembali ucapan lelaki yang lebih besar darinya itu.

Jika saja Aby tidak menghentikannya, Mengingatkannya dengan tujuan awal dia pergi kesana, Mungkin lelaki itu saat ini sudah masuk rumah sakit oleh tangannya sendiri.

Flasback on

Saat melihat rumah yang berada di depannya, Ravin mulai melangkah untuk mengutuk pintu dengan pelann.

Saat ketukan ke dua, Lelaki dengan perawakan tinggi sedikit kurus, kulit putih dan tatapan tegas keluar. Ravin menatap heran lelaki yang berdiri di depannya.

" ada perlu apa ya " ucap lelaki itu.

Tak lama dari itu, Wanita paruh baya terlihat maju dari belakang punggung lelaki di depannya.
Menatap heran kedua lelaki tampan yang menjadi tamu di depan pintu rumahnya.

Bu Ratnah, Ibu kandung dari Anaya. Wanita yang membuatnya sampai memberanikan diri berdiri tegak di depan orang lain untuk meminta restu hanya untuk seorang wanita yang sekarang berada di rumahnya.

Hal yang tidak pernah di pikirkan oleh orang seangkuh Ravindra Bagaskara, Jika bukan dia wanita yang istimewa mungkin dengan sekali tunjuk, Apa saja  yang dia inginkan akan langsung ada di depannya.

Ravindra menatap wanita paruh baya itu sambil tersenyum kikuk. Ada sedikit kemiripan Naya dengan senyuman ramah yang di milikinya.

Tersadar dengan lamunan singkatnya, Membungkukkan badan untuk menghormati dia mengucapkan salam ketika bertemu.

" Perkenalkan bu, nama saya Ravin dan ini teman saya Aby. "

" Masuk dulu nak, kalian kelihatannya dari jauh "

Bisakah BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang