Bab-10

543 61 37
                                    

N : Sedang di revisi. Untuk alur cerita tetap sama, yang berbeda hanya bertambah jumlah kata dan beberapa penempatan titik dan koma.

Walau sudah tamat, tetap jangan lupa di vote.

Happy Reading



Rintik hujan mengguyur Bumi yang tengah damai. Terdapat seorang Remaja ber-surai ungu sedang duduk di atas tanah tepat pada tempat keramaian.

Rintik hujan tak membuat dia untuk segera bangkit dan pergi justru, dia enggan untuk meninggalkan tempat keramaian namun sepi ini.

Dia menatap ke suatu objek dan terdiam cukup lama. Tiba-tiba, air bening sebening kristal luruh di pipi yang sedikit tidak chubby lagi.

Walau tempat ini ramai namun, sangat sepi dan tidak ada yang bisa di ajak berbicara. Dia disini sendiri.

"Hiks.." Isakan keluar dari bibir tipis merah alami itu. Dia menatap gundukan dengan batu nisan di atasnya, pandangannya sayu. Ya, tempat ini adalah TPU, ramai tapi sepi.

"Abang.. Maaf.." Lirihnya. Dia benar-benar menyesal telah membuat abang nya marah besar. Dia ingin meminta maaf namun, gengsinya sangat besar dan membuat dia menyesal. Terlambat untuk minta maaf karena abang nya terlanjur marah dan kejadian ini pun, terjadi.

TPU ini menjadi tempat saksi bisu bahwa seorang Fang akhirnya menangis di tanah gundukan didekatnya.

Saat sedang asik menangisi gundukan itu, tiba-tiba seseorang menepuk pundak Fang. "Dek, belum pulang juga?"

Dia melihat Fang sudah berjam-jam disini tanpa niatan untuk pulang. Dia merasa iba melihat Fang yang menangis dengan penampilan yang acak-acakan. Fang menggeleng sebagai jawaban.

"Tapi saya mau ziarah, dek." Ucapnya dengan hati-hati. Fang yang masih sedih menjadi gondok pada orang ini, ziarah ya tinggal ziarah. Kenapa harus laporan sama dia.

"Bisa tolong minggir gak, dek? Soalnya sempit." Katanya lagi.

"Om, TPU ini luas. Om nyuruh minggir, ini kan kuburan keluarga saya!"

"Loh, dek. Kok ngegas? ini kuburan keluarga saya, loh. Kamu seperti nya salah tempat buat ziarah, coba liat namanya."

Seketika, Fang melotot saat matanya membaca nama di batu nisan itu, "Akatsuki."

Astaga! Dia salah kuburan, dia kira ini kuburan kedua orang tuanya. Dia kira itu nama ibunya, dan dia kira dia membaca "Mitshuki" tapi ternyata malah, Akatshuki.

Fang menyengir malu dan meminta maaf pada orang itu. Dia berlari menjauh dari sana dengan menutupi wajahnya.

"Sial! Gue salah ziarah lagi. Niat hati mau ziarah kuburan ortu dan curhat, eh malah salah kuburan!" gerutunya dengan kesal.

Fang ada di TPU ini karena abang nya baru saja membentak dirinya. Itu semua salah dia sih, makanya dia lari kesini karena mengira bahwa abang nya tak mau memaafkannya lagi.

✯Kaifang✯


Saat ini Kaizo sedang frustasi. Ya, semenjak diajak ngedate, wanita itu semakin meneror dirinya. Wanita itu semakin gencar mendekatinya. Bahkan, dia tak segan-segan datang kerumah nya saat sedang libur.

Sudah tiga hari ini terjadi, dan sudah tiga hari pula dia mendiami Fang. Ada rasa rindu teramat di dalam hati nya untuk memeluk adiknya itu. Biasanya, tiada hari tanpa memeluk adik mungil nya, tiada hari tanpa mengecup seluruh wajah adiknya, dan tiada hari tanpa membuat Fang marah.

KaiFang [𝙺𝚊𝚒𝚣𝚘 𝚍𝚊𝚗 𝙵𝚊𝚗𝚐] || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang