Bab-8

524 55 27
                                    

N : Sedang di revisi. Untuk alur cerita tetap sama, yang berbeda hanya bertambah jumlah kata dan beberapa penempatan titik dan koma.

Walau sudah tamat, tetap jangan lupa di vote.


Happy Reading





Matahari terbit dari ufuk timur, menyinari bumi, cahayanya yang terang masuk melalui jendela di sebuah rumah yang cukup besar. Cahayanya yang silau membuat si empu yang punya kamar mengerang. Kelopak mata yang memiliki bulu mata melentik itu, mengerjap-ngerjap.

Namanya, Fang. Kamar bernuansa ungu muda dengan perpaduan biru langit, membuat kamarnya tampak sangat cantik.

Fang menggeliat kesusahan karena dadanya yang sesak serta badannya yang sulit untuk di gerakkan. Dia merasa seperti di timpa dua Sasak semen.

Karena tak tahan, dia membuka kedua matanya dan menatap sekeliling. Takutnya, kamar nya roboh akibat gempa bumi, yang tidak dia sadari.

Mata itu perlahan meneliti setiap sudut dan keadaan masih sama, aman. Kemudian, dia menoleh ke arah atas, tepat di dadanya.

Ck, pantas saja, batinnya.

Fang me-rolling eyes pada sosok diatasnya. Ya, yang menimpanya, yang membuat dia merasa sesak dan sulit bergerak adalah Kaizo yang tertidur pulas di atasnya.

Memeluk tubuh nya sangat erat, kepala yang memiliki surai biru tua itu di taruh di perpotongan lehernya. Wajahnya sangat damai seakan-akan tak memiliki dosa sama sekali.

Rasanya, Fang sangat ingin menendang abangnya ini, pasti ini sudah terjadi sedari tadi malam, makanya dia merasa badannya pegal-pegal semua.

"Bang, bangun." Titah nya. Namun, perintahnya tak didengar oleh di empu karena sedang menyelam di lautan mimpi.

Fang menutup matanya mencoba menahan geramnya pada Kaizo. Badannya sudah pegal semua!

"Bangun, bangsat!" suaranya sudah mulai naik satu, oktaf. Sungguh, Fang rasanya mati rasa karena tubuh Kaizo itu besar dan kekar.

Kaizo yang di panggil tak merespon sama sekali. Ah, Fang lupa jika hari ini, libur. Abangnya ini akan seperti mayat, kebo. Dia heran, padahal jika tidak ada cuti, pasti dia akan bangun lebih awal.

Fang rasanya ingin menangis saja, dia sudah kebelet buang air kecil, namun orang yang di atas tak kunjung bangun. Biasanya, ini terjadi ketika Kaizo sedang ada masalah atau pikirannya yang terlalu banyak.

Pernah terjadi dan itu membuat Fang kewalahan karena nya. Sepertinya tidak ada cara lain selain menggunakan cara itu, untuk membangun, Kaizo.

Ya, hanya cara itu yang ampuh. Fang memejamkan matanya, mengumpulkan tenaganya, mengepalkan kuku-kuku jarinya, mengangkat tangannya dan bersiap-

Dia mengelus rambut Kaizo dengan lembut sambil membisikkan, "bangun gak lo, kalo gak bangun, gue sebarin aib lo ke si Ramen Man."

Mata yang tadinya tertutup rapat, sontak terbuka lebar. Terlihatlah netra merah semerah ruby itu. Dia bangkit dengan cepat, dan itu membuat dirinya linglung karena sakit yang mendera di kepalanya.

Fang bernafas lega, dia bangkit dan berlari menuju kamar mandi yang ada di kamarnya. Desahan Fang keluar ketika selesai buang air kecil, lega rasanya.

Saat dia keluar dari kamar mandi, dia melihat Kaizo dengan wajah di tekuk, menatap masam ke arah sampingnya. Dia berjalan mendekat, "kenapa, lo?" tanya Fang yang heran padanya.

"Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" sekarang Fang tahu sebabnya, abang nya ini tengah merajuk padanya.

"Merajuk lo sama, gue?" tanya nya lagi. Kaizo hanya diam, malas menjawab pertanyaan yang dia sendiri tahu jawabannya.

Fang berdecak dan memilih merebahkan tubuhnya pada kasur, masih punya banyak waktu sebelum memulai aktifitas.

Kaizo mencebikkan bibirnya hingga maju beberapa centi, dia kesal pada Fang yang tidak ada niatan untuk membujuknya. Fang yang tidak sengaja melihat ekspresi abangnya, mendengus jijik melihat wajah sok imut abangnya. Tak cocok sama sekali dengan wajah tampan itu.

Kalo Fang yang buat cocok gak, sih?

Memilih abai dan lanjut rebahan sembari memejamkan matanya. Tiba-tiba, dia merasa ada pergerakan di kasurnya dan tak lama, sebuah kepala manusia, menimpa perutnya. Sesak, woi!

Dia membuka matanya dan berdecak kesal pada si empu. Kaizo tiduran dengan perutnya yang di jadikan bantal. Sementara badan beserta kakinya lurus pada sisi kiri kasur.

"Awas! Kepala lu, berat!" pekik Fang. Kaizo tidak peduli dan melanjutkan aksi tidurnya.

Fang menyerah, jika abangnya dalam mode menyebalkan begini, pastinya ada sebabnya. Dia bertanya, "Gue nyerah bang. Napa lo, hah?"

Kaizo hanya menggelengkan kepalanya di atas perut Fang dan itu membuatnya kegelian.

Ting!

Suara notifikasi terdengar dari handphone, Kaizo. Dia melihat nya dan berdecak kesal, wajah yang tadinya tertekuk, menjadi semakin tertekuk dan tertekan. Dia lagi! Batinnya.

"Siapa?" tanya Fang. Kaizo tak menjawab namun, handphone nya dia berikan pada Fang.

+62xxxx

Kai, kita jadi
ngedate, kan?||

Tanpa banyak bertanya pun, Fang tahu bahwa itu adalah wanita yang di maksud Kaizo kemarin siang.

"Gue malas.." lirihnya. Mendongak melihat ekspresi Fang yang menahan ketawa. Kaizo cemberut dan bergeser ke atas, melakukan hobinya.

Meletakkan kepalanya pada ceruk leher Fang dan memeluk erat tubuh mungil adiknya, sangat pas di pelukannya. Menghirup aroma khas adiknya, yang sedikit berbau khas bayi.

Fang bergidik kegelian karena Kaizo menggesekkan hidung mancung nya pada lehernya, rasanya sangat geli.

"Gue balas, ya?" izin Fang. Dibalas anggukan oleh Kaizo. Menurut Kaizo, jika Fang yang bertindak pasti masalahnya akan cepat selesai.

+62xxxx

Jadi dong sayang,
apa sih yang
enggak buat kamu.😘
||√√

Balasan dari Fang sangat mengejutkan Kaizo. Dia membelalak saat pesan itu langsung terbaca dengan cepat. Dia menatap nyalang pada Fang yang ada di pelukannya. Kaizo mengerang karena berpikir jika adiknya ini akan menyelesaikan masalahnya. Nyatanya, malah menambah bebannya.

Fang hanya cengengesan tak jelas, tersenyum kikuk saat melihat ekspresi marah dari Kaizo. Namun, itu tak membuat dia merasa bersalah sedikit pun akan tindakannya.

Kaizo yang melihat itu, tak kuasa untuk marah pada adiknya. Sudah dibilang kalau Kaizo itu bucin pada adiknya. Dia menghela nafas dengan kasar. Ingin sekali membuang Fang jika sudah tidak dia sayangi lagi.





TBC.

Nanti kan chapter selanjutnya yang dimana Kaizo akan pergi atau tidak. Apakah dia tetap marah pada Fang atau tidak.

Fang sih jahil bener, malah dia jahil nya saat kaizo mode child lagi.

KaiFang [𝙺𝚊𝚒𝚣𝚘 𝚍𝚊𝚗 𝙵𝚊𝚗𝚐] || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang