N : Sedang di revisi. Untuk alur cerita tetap sama, yang berbeda hanya bertambah jumlah kata dan beberapa penempatan titik dan koma.
Walau sudah tamat, tetap jangan lupa di vote.
•
•Happy Reading
•
•
•Fang sedari tadi di buat gemas akan tingkah abangnya, gemas pengen banting abangnya.
Ya, sedari tadi abangnya selalu menempel padanya, memeluknya erat-erat tak mau jauh sedetik pun. Ini sudah pagi hari dan demam Fang sudah hilang. Benar apa yang abangnya katakan semalam.
"Abang, minggir dulu napa, sih?! Ini lagi masak, nanti kena minyak, gimana," pekik Fang dengan kesal. Geram karena pergerakannya tidak bebas akibat pemilik tubuh bongsor yang dengan seenak jidat, memeluknya erat, saat sedang memasak.
"Gak mau! Pang udah tiga hari gak abang, peluk. Jadi, sebagai gantinya, satu harian ini mau peluk Pang, puas-puas!" Rengek Kaizo. Pelukan pada pinggang Fang semakin mengerat, membuat Fang rasanya sangat sesak.
Fang berdecak sebal, kenapa sifat childish abangnya muncul di saat-saat seperti ini. Memilih abai, Fang melanjutkan menggoreng ikan.
Tanpa diduga, minyak itu memercik dan akan mengenai Fang namun, dengan cepat, Kaizo memutar tubuh adiknya dan memeluk erat tubuh Fang, menjadikan dirinya sebagai tameng sehingga, dia lah yang terkena minyak panas itu.
Kaizo meringis saat badannya terkena minyak panas. Walau sedikit tapi, rasanya kan juga panas. Fang melepaskan pelukan mereka dan menatap Kaizo yang meringis menahan sakit.
"Tuh, kan! Kalo gue bilang duduk ya duduk, bang! Liat apa yang terjadi, kena minyak kan. Duduk sana, jangan ganggu!" ketus Fang, dia juga khawatir pada abang nya. Namun, memarahi Kaizo terlebih dahulu, pastinya sangat seru.
"Ya, salah Pang, lah! Masak ikan yang masih hidup. Ya, pas dimasak dia masih tantrum!" Kaizo cemberut dan berjalan menuju meja pantri yang tersambung dengan dapur. Memperhatikan adiknya yang memasak dengan telaten, wajahnya di tekuk karena jatah memeluk adiknya menjadi berkurang.
"Itu mulut gak usah di maju-majuin. Imut kagak, mirip ondel-ondel, iya," Cibir Fang tanpa menoleh kebelakang. Dia sudah hapal dengan segala gelagat abangnya.
"Ck, apes bener punya adek galak," cibirnya dalam hati. Jika dari bibir, nanti adiknya tambah marah dan mengomel.
"Kenapa? gak suka punya adek yang galak," Tukas yang paling muda. Kaizo terkejut karena adiknya bisa tahu isi hatinya.
Cenayang, kah? Batinnya.
"Ck, gue bukan cenayang, bang!" kesal Fang.
"Apaan, dek? dari tadi abang gak ada ngomong, perasaan." Jangan-jangan benar adiknya ini cenayang.
"Gue udah tau lo itu, gimana. jadi, walau lo lagi nyindir gue pake batin, pasti gue tau lah," ucap Fang dengan entengnya. Dia tidak menoleh sama sekali karena sibuk memasak.
Kaizo mengerut dan tak lama senyumnya mengembang. Satu hal yang dia tangkap adalah, "cie.. Berarti perhatian, ya? Sampe tau isi batin, abangnya." Alis Kaizo naik turun menggoda adiknya. Walau tidak dilihat oleh Fang.
"Cih, apaan, sih? Itu karena kita dari kecil udah bersama ditambah kita itu saudara." Fang berkata dengan malas tanpa menoleh. Kaizo berdecak dan memilih diam saja. Sampai lah makanan sudah selesai dan dihidangkan.
Mereka makan dengan hikmat tanpa suara, itu adalah peraturan yang sudah diterapkan secara turun temurun. Setelah selesai semua kini, mereka tengah bersantai disofa ruang keluarga.
"Sshh.. Pelan-pelan lah, dek." Kaizo meringis saat luka-lukanya, tak sengaja ditekan oleh Fang. Posisinya sekarang tengah telungkup di sofa dengan paha Fang sebagai bantalnya.
"Heleh, ini cuma luka kecil, seharusnya gak ngaruh sama badan bongsor. Malu lah sama kelamin!" Fang mendengus. Sedari tadi Kaizo tak henti-hentinya protes padanya.
"Ck, bukan masalah badan sama gender. Abang kan juga manusia, dek." Melas Kaizo. Sekarang ini Fang lagi mengobati luka melepuh akibat minyak panas di badan Kaizo, dengan Kaizo yang bertelanjang dada.
Terlihat lah perut kerasnya yang membentuk delapan kotak. Otot yang tegas dan ketat, punggung lebar dan badan yang kekar. Siapa saja pasti akan terpesona jika melihat Kaizo bertelanjang dada.
"Manusia childish," lanjut Fang dengan cibiran. Kaizo terkekeh pelan dan menjawab, "tapi cuma sama lo doang loh, dek." Memberi wink pada adiknya. Di balas Fang dengan tatapan jijik.
Ting tong!
Suara bel yang ditekan terdengar, Kaizo berdecak pada orang yang mengganggu waktunya yang tengah santai ini bersama adiknya. Kaizo memutar tubuhnya yang tadinya telungkup menjadi miring menghadap sepenuhnya pada Fang.
Memilih melingkarkan tangan kekar itu pada pinggang adiknya dan mendekatkan wajahnya pada perut Fang. Menenggelamkan wajah tampannya pada perut yang sedikit buncit itu.
Membuatnya cekikikan karena sedikit empuk, akibat lemak. Jika dibilang gendut pasti Fang tak akan terima.
"Bang, awas ah. Itu ada tamu, biar gue bukain tuh pintu," Ujar Fang yang sudah jengah pada abangnya. Kaizo kembali cemberut, mencebikkan bibirnya hingga maju beberapa centi.
Ganggu aja tuh, orang. Batinnya.Kaizo kesal pada orang di luar sana, dia bangkit dan duduk. Terlihat wajahnya tertekuk masam, menyandarkan tubuhnya pada badan sofa. Fang terkekeh pelan dan bangkit dari duduknya. Beranjak ingin membuka pintu.
Saat sudah hampir membuka pintu, tiba-tiba pintu terbuka dengan sedikit kasar. Membuat nya terkejut akan perilaku orang yang tidak sopan itu.
"Kai! Aku datang, sayang!"
sial! batin Kaizo.TBC.
Uhuyy.. tebak, Siapakah itu? Gimana nih tanggapan kalian dengan tingkah Kaizo yang semakin terlihat jelas ajaibnya. Untung-untung Fang tetap sabar🤧
Dan.. gimana nih selanjutnya, update lagi gak ya..
Kalo mau cepat di update, spam komen kalian dong! 😇
Dan soal masak ikan yang masih hidup itu.. Aku juga pernah kok ngalamin. Sumpah, minyaknya meledak dan kena kulit, rasanya sakit uyy. Tapi untungnya yang masak bukan aku tapi nenek aku. Hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
KaiFang [𝙺𝚊𝚒𝚣𝚘 𝚍𝚊𝚗 𝙵𝚊𝚗𝚐] || End
Fanfiction||{non-romance} Bosan lihat cerita Kaifang yang terkadang Fang ditindas? Atau Kaizo yang terlampau cuek dan Fang yang selalu mencari perhatian dari Kaizo? Itu sih ada di cerita lainnya punya saya. Namun kali ini, tersedia book berbeda! Di mana Kai...