Arga-Ana

671 46 5
                                    

Arga menatap seorang perempuan yang sejak tiga tahun terakhir mengisi hatinya, Geraldine Anandita. Dia pernah berpacaran sewaktu SMP, namun tak pernah dia rasakan jatuh cinta sedalam ini kepada perempuan. Ana mampu meruntuhkan rasa dinginnya akibat mantannya dulu. Arga bahkan tak berniat mencari perempuan lain selain Ana. Hidupnya selalu berpusat pada perempuan itu.

Saat pertama kali bertemu Ana di acara MOS, Arga langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia pun mulai mencari tahu tentang perempuan itu. Ana adalah seorang anak tunggal yang berjuang keras menghidupi dirinya dan mamanya yang sedang koma di rumah sakit. Ana bahkan bisa bekerja 3 kali sehari di tempat yang berbeda setelah sekolah. Papanya bunuh diri karena tak kuat menanggung beban akibat kebangkrutan perusahaannya. 

Selain mencari uang, dia juga berjuang untuk pendidikannya. Setelah lulus SMP, Ana berjuang belajar untuk mendapatkan beasiswa penuh di SMA Bina Bangsa. Arga sungguh tak bisa membayangkan keadaan Ana setelah semua itu terjadi. Maka dari itu, lelaki itu bertekad akan melindungi dan membahagiakan Ana. Walau, Ana menganggapnya berlebihan. 

Arga ingat ketika menyatakan cintanya kepada Ana di perpustakaan. Walau sempat ditolak Ana, tapi penolakan itu tak berarti apa-apa buat Arga. Baginya, sekali dia mengatakan cinta, maka saat itulah mereka resmi menjadi kekasih. 

Arga akan melakukan apa saja untuk Ana. Karena, menjalin hubungan selama tiga tahun, Arga belajar banyak makna kehidupan dari Ana. Lelaki itu bahkan siap menggantikan papanya di perusahaan agar finansialnya dapat terjamin dan bisa menghidupi Ana dengan uangnya sendiri. 

"Aku cinta kamu, Ana."

*****

Mendapat pernyataan yang tiba-tiba membuat Ana tersentak. Dia pun menghentikan kegiatan menulisnya dan menoleh ke arah Arga. "Tiba-tiba banget."

"Loh, aku ngomong cinta sama kamu, loh, Sayang," rengut Arga dengan memanyunkan mulutnya. 

Ana tersenyum kemudian. "Aku juga cinta kamu, Kak."

Mendengar hal itu, Arga tersenyum. Lelaki itu pun pamit sebentar mengambil air minum untuknya dan Ana menatapnya berlalu pergi ke dapur.

Sebenarnya, tak ada alasan bagi dirinya untuk membenci Arga. Lelaki itu terlalu berharga untuk dibenci dengan segala ketulusan dan kebaikan yang Ana dapatkan. Hanya saja, terlalu banyak aturan yang membuat Ana rasanya ingin melepaskan Arga.

Dibalik sifat posesif dan protektifnya, Arga juga manja, perhatian, bersikap manis padanya, dan selalu melindunginya. Ana tahu Arga sangat mencintainya lebih dari apapun.

Jika ditanya, apakah Ana mencintainya? Jelas, jawabannya adalah iya. Tiga tahun menjalin hubungan dengan Arga, membuatnya harus mengerti tentang Arga. Mungkin sebagian orang berpikir bahwa posesif dan protektif tak buruk dalam sebuah hubungan. Ana juga berpikir demikian. Namun, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Arga kerap sekali bertindak di luar nalar bila Ana tak sesuai aturannya. Untungnya, Arga tak pernah kasar dengannya.

Oh jelas, Ana tak menoleransi kekerasan apapun dalam hubungannya. Sekali Arga melakukan kekerasan padanya, Ana akan pergi darinya. Seperti mantannya waktu SMP, Juan.

Hingga kini, sikap berlebihan Arga masih bisa Ana tangani. Dia akan memeluk dan menggenggam tangan Arga ketika emosinya tidak stabil.  Hanya itulah satu-satunya cara meredamkan emosinya. Padahal, usia mereka selisih satu tahun, namun Ana di sini harus belajar dewasa memahami emosi Arga. 

Namun, sejauh ini, Ana tak ingin berpisah dengan Arga. Lelaki itu yang menemaninya saat sendiri. Lelaki itu yang mengulurkan tangannya saat Ana membutuhkan bantuan. Lelaki itu yang selalu ada di sampingnya.

Tanpa sadar, Ana membutuhkan Arga dalam hidupnya. 

*****

Idk, ini akan dapat feel atau nggak, karena pertama kali bikin tentang pacar yang posesif.  So, jangan lupa tinggalkan saran kritik agar cerita ini bisa berkembang dengan baik. Thank you, semuanya!

el.


ArganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang