6 - Breakfast

205 25 5
                                    

Oke, nama Jero gue ganti Jeri, ya. Karena dari awal gue typo dan malah jadi keterusan 😭 Padahal di list castnya, namanya tuh Jeri bukan Jero 😭🙏🏻

Itu aja, hehe.

*****

081234******

gue udah di depan
ayo, berangkat bareng

you

ini siapa?

081234******

arga
ayo, na

Ana menghembuskan napasnya. Sepertinya Arga tak goyah dengan penolakan halusnya tadi malam. Apa dia harus menegur Arga agar lelaki itu berhenti mendekatinya? Karena bila dibiarkan, lelaki itu akan semakin mendekatinya.

Dia pun bergegas keluar rumah sambil membawa peralatan yang diperintahkan dibawa oleh panitia. Hari ini jadwalnya membawa air mineral dan kotak bekal kosong.

Selesai mengunci pintu dan memasang sepatu, Ana memandang sosok lelaki berdiri di depan mobilnya seraya memainkan ponselnya. Lelaki itu mengangkat wajahnya kemudian menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman.

"Pagi, Ana." Arga menyapa dengan singkat lalu membuka pintu mobil untuk Ana.

Ana menghampiri kakak kelas itu. "Kamu ngapain jemput aku, Kak?"

"Biar lo nggak telat lagi, Na."

"Aku bisa berangkat sendiri kok, Kak."

"Udah sarapan belum?"

"Kak, nggak usah ngalihin pembicaraan. Mending Kakak duluan, aku mau buru-buru naik angkot."

Satu alis Arga menyatu, raut wajahnya datar seakan tak suka dengan penolakan Ana. "Kenapa harus naik angkot kalau gue ada di sini?"

Ana menghela napasnya. "Kamu tuh mau apa, Kak? Kita kenal karena kamu nolong aku kemarin. Hubungan kita sebatas kakak dan adek kelas," ucapnya secara terbuka.

"Gue tertarik sama lo, makanya gue pengen kenal lo lebih dekat."

Dugaan Ana benar. "Aku yang nggak pengen, Kak. Aku lagi nggak pengen berurusan soal percintaan. Aku mau fokus kerja dan sekolah."

Arga tahu penyebabnya. Arga memaklumi hal itu, tapi lelaki itu juga tak bisa melepaskan Ana begitu saja di saat mantannya masih mengejarnya. "Memangnya kenapa? Gue nggak bakal ganggu kegiatan lo."

"Kak, please ..." mohon Ana dengan nada rendahnya.

"Na, kalau gue udah tertarik dan suka, gue bakal perjuangin cewek itu bagaimanapun caranya," tegas Arga. Dia menarik napas dan menghembuskannya. Tekadnya sudah bulat, tak bisa ditawar lagi. "Dan ceweknya itu lo, Na."

Sikap Arga benar-benar mencerminkan mantannya. Mengapa Ana selalu bertemu lelaki yang seperti ini? Lelaki yang pemaksa dan tak mau mendengarkan dari sisi perempuan.

Berkali-kali Ana menghembuskan napas lelahnya. Apa tak bisa Tuhan membiarkan hidupnya tenang sekali saja?

Arga tahu banyak keraguan yang tercermin dari Ana. Wajar, Arga mengerti dengan semua keraguan itu.

ArganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang