Hai,assalamualaikum!!
Kabar kalian gimana ?semoga dalam keadaan sehat ya!!.
Beri tanda jika terdapat kata yang salah(typo)
Happy reading!!
-.-.-.-.-.-.-.-
Dua bulan sudah berlalu. Kegiatan Adiba hari ini tak seperti biasanya, yang biasanya ketika ia bangun akan langsung mendengar suara teriakan sang bunda. Hari ini ia bangun dengan suasana yang begitu sejuk, ia keluar dari ruangan itu melihat betapa indahnya pagi itu.
"Pemandangannya cantik ya,"suara itu datang dari arah belakang, Adiba menoleh lalu mendapatkan seseorang disana.
"Kamu nggak bosen apa?"tanyanya dengan nada yang terdengar sedikit kesal.
"Bosen kenapa?"
"Ngikutin saya mulu."
Lelaki itu hanya tersenyum seraya melangkahkan kakinya, berdiri tak jauh di samping Adiba.
"Wajah kamu teduh, saya nggak bakalan bosan"
"Hawa nafsu jangan di pelihara!!"Ucapnya ketus lalu pergi meninggalkan Husain di sana.
Ya lelaki itu adalah Husain. semenjak rencana perjodohan itu ia sering sekali mengganggu Adiba, bahkan sekarang mereka satu lokasi PPL.
Mungkin ini baik untuk Husain namun,tidak untuk Adiba. Sungguh ini mimpi buruk baginya, bagaimana tidak? Husain selalu mengganggunya.
***
"Perkenalan nama saya Muhammad Husain Ghifari, kalian bisa panggil saya dengan panggilan Husain" Husain memperkenalkan dirinya disana setelah tadi Adiba sudah memperkenalkan dirinya. Kini mereka berdua berdiri sejajar dengan jarak yang cukup dekat.
"Boleh panggil sayang nggak kak?"perempuan yang kini sedang duduk di bangku SMA itu bertanya dengan nada yang terdengar bercanda.
"Ohh, kalo itu mah nggak boleh" Husain sedikit tertawa seraya menggeleng.
"Yang boleh panggil kayak gitu mah hanya istri saya nanti"lanjutnya dengan nada yang mulai serius.
"Emang kak Husain udah punya calon ?"perempuan itu kembali bertanya.
"In syaa Allah,sudah"
"Siapa?"
"Wanita yang sekarang berdiri di sebelah saya" Husain memandang kearah Adiba yang kini terlihat tak peduli dengan apa yang dikatakan olehnya.
Adiba tak meresponnya sama sekali, lagi pula ia tak merasa bahwa ia adalah calon daripada Husain, untuk apa?baginya itu hanya akan buang-buang waktu saja.
Setelah perkenalan tadi mereka banyak berbincang, membicarakan berbagai macam topik tanpa henti.
Waktu terus berjalan, ntah sudah berapa lama mereka berada di dalam kelas dengan perbincangan yang sudah mulai tak jelas.
Wanita dengan hijab berwarna hitam serta almamater berwana biru yang tersemat di badannya itu berlalu keluar dari dalam ruangan itu. Ia merasa gundah berada di dalam ruangan itu.
***
Rembulan mulai menampakkan dirinya disana, malam ini Adiba bersama kawan-kawan nya berencana untuk keluar mencari makan.
Beberapa menit berlalu. Perjalanan mereka kini sudah cukup jauh, bahkan kini mereka hampir sampai di tempat makan.
Setelah sampai di sana tak memerlukan waktu yang cukup lama mereka semua langsung memesan karena rasa lapar yang tak tertahan.
Adiba membuka layar ponselnya. membuka beberapa room chat, sampai dimana ia membuka room chat nya dengan wanita yang menyebut dirinya sebagai kakak dari pada Ali waktu itu.
Adiba membaca pesan-pesan yang terpampang pada room chat itu, tanpa sadar ia mulai senyum-senyum sendiri. Sepertinya ia mengingat kejadian waktu itu.
Rupanya disisi lain teman-temannya sedari tadi memperhatikannya dengan wajah yang heran.
"Lagi apa sih?"perempuan yang duduk di sebelahnya bertanya.
"O-oh itu...nggak ada" Adiba membalasnya dengan nada yang gelagapan.
"Lagi buka room chat tuh"ucap perempuan yang duduk tepat di depannya yang tak sengaja melihat layar ponsel milik Adiba, saat meletakkannya kembali di atas meja.
Semua pandangan temannya kini mengarah kepadanya, dengan pandangan yang terlihat jahil. Rasanya Adiba ingin pergi saja dari sana. Sebelum, pertanyaan-pertanyaan aneh itu di lontarkan kepadanya.
"Hayoloh, baca pesan dari siapa" kalimat-kalimat jahil itu mulai di lontarkan.
"Dari Husain ya?" Ayolah mengapa harus ini yang di pertanyakan? Apakah tak ada pertanyaan aneh lainnya? Lagi pula ini tak ada sangkut pautnya dengan Husain.
Rasanya ia ingin berteriak saja, wajahnya terasa panas dan sepertinya sekarang pipi nya sudah memerah.
"Beneran dari Husain ya ?"
"Kok pipinya merah? Kamu salting?"
"Nggak!! Ini bukan dari Husain, dan aku nggak salting sama sekali!!"Adiba akhirnya bersuara namun dengan nada yang cukup tinggi.
"Katanya Husain kamu calon istrinya" seorang perempuan kembali membuka suara, seperti ia ingin memanas-manasi Adiba.
"Kata siapa? Lamarannya aja saya nggak terima"
.
.
.
.Sampai di sini dulu ya
Jangan lupa tinggalkan jejak ya!!Hargai penulis dengan memberikan dukungan semacam vote dan komen.
Maaf kalo upnya kelamaan, maklum author nya sok sibuk.
Yuk remain ceritanya lagi biar semakin semangat up nya.
Jangan lupa sholawat dan selalu bersyukur ya di setiap harinya
Babay assalamualaikum
KAMU SEDANG MEMBACA
Seorang Ahwal
Teen Fiction"apa benar seorang Sayyid hanya di peruntukan untuk seorang Syarifah?" mencintai seseorang yang tak bisa di gapai, seseorang yang bahkan derajatnya jauh di atas mu,itu adalah hal yang tak ada hujungnya.mungkin memiliki hujung dari perasaan itu semua...