Hai,assalamualaikum!!!
Udah lama nih nggak update akhirnya bisa update juga.mohon di maklumi ya biasa orang sibuk,ceilah sok sibuk banget.
Kabar kalian gimana ?,semoga dalam keadaan sehat ya!!.
Happy reading!!
-.-.-.-.-.-.-.-
"Ingat menyerah itu bukan jalan keluar"
_Adiba Khanza Az-Zahra_-_-_-_-_
Kini Fira sudah sampai di rumahnya.dengan Susana rumah yang tak ada ketenangan di dalam,yang diisi oleh suara keras yang di ciptakan oleh orang tuanya,yang kini sedang bertengkar.
Hal ini sudah menjadi suatu yang biasa bagi Fira, mendengar ibu dan ayahnya bertengkar.
Fira sama sekali tidak menegur dua insan yang sedang berseteru itu,ia langsung menuju ke kamarnya lalu menutup pintu kamarnya dan menangis sejadi-jadinya.
Ia mendudukkan tubuhnya di atas lantai
"Kenapa harus kayak gini?!"ucapnya seraya memukul-mukul lantai."Fira juga pengen kayak Adiba yang di kelilingi oleh orang-orang yang sayang sama dia,orang tua yang tak pernah bertengkar!!"suara Isak tangis yang begitu besar.fira berharap orang tuanya mendengarnya dan menenangkannya.namun semua itu hanya harapan.
"Fira capek!!,Fira capek!!"
"Andai aja Abang masih ada pasti Abang bakal nenangin Fira"ia merendahkan suaranya dengan air mata yang mengalir deras.
Ya Fira memiliki seorang kakak laki-laki hanya saja kini sudah tidak ada lagi,ia sudah di ambil oleh sang pencipta.
Seketika ia mengingat bagaimana ia melarikan diri malam itu karena stres dengan tuntutan ayahnya yang selalu ingin Fira mendapatkan nilai yang lebih tinggi dan stres dengan masalah ibu dan ayahnya,dan abangnya lah yang mencarinya saat itu.dengan perasaan yang begitu panik kakak laki-lakinya mengendarai motor dengan kecepatan tinggi dan Al hasil karena pikiran yang begitu banyak kakak laki-lakinya tidak fokus dalam mengendarai motor ia pun menabrak pohon besar yang berada di pinggir jalan.
Kejadian yang sudah terjadi 2 tahun silam itu membuatnya kembali merasa bersalah.
"Semua ini karena Fira!!"ia kembali meninggikan suaranya seraya memukul-mukul dirinya.
"Fira pengen kayak dulu!!"ucapnya dengan pikiran yang terus mengingat bagaimana damainya keluarganya saat ia masik kanak-kanak.
Tak lama setelah itu Fira tertidur dengan sangat pulas di lantai yang begitu dingin.tanpa memedulikan dua insan itu apakah masih berseteru atau tidak.
***
Pagi yang begitu cerah dan indah,namun Fira melaluinya dengan suasana hati yang hancur dan tak bergairah.ya seperti hari-hari yang sebelumnya ia jalani"Fira makan dulu!!"seru ibunya dari arah meja makan.fira pun langsung menuju meja makan.
Setelah meraka selesai makan Fira langsung merapikan meja makan dan berusaha untuk cepat keluar dari rumah itu sebelum kedua insan itu mulai bertengkar.
"Fira,nanti kalo udah lulus kuliah mau kerja apa?"tanya ibunya sambil mencuci piring.
Fira mengehentikan langkah kakinya yang ingin pergi dari tempat itu."mau jadi guru aja buk"
"Apa untungnya kamu jadi guru"celetuk ayahnya dengan nada yang cukup tinggi.
"Gajinya kecil,kamu cuman dapet capeknya aja!!"ucapnya lagi,Fira hanya terdiam tak mampu berbicara.ia menunduk berusaha untuk menahan air matanya.
"Saya udah sekolahin kamu tinggi-tinggi eh malah pada akhirnya kamu cuma jadi guru"ucapnya kembali lalu bangkit dari duduknya dan beranjak pergi.
"Sabar nak sabar,jangan terlalu di pikirkan apa kata ayah kamu"ucap ibunya menenangkannya.
"Ayah,menjadi seorang guru itu adalah pekerjaan mulia.Fira nggak papa kok dapat gaji kecil"
"Yah,Fira itu pengen nimbun amal jariah buat nanti"ucapnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Emang amal jariah itu bisa buat kamu makan?"tanya ayahnya lalu kembali melangkah tanpa mendengar jawaban dari Fira.
"Astaghfirullah ayah,Fira cuma pengen meraih ridho nya Allah!!!"ucapnya dengan suara yang begitu keras dan tak terasa cairan bening itu mulai membasahi pipinya.
***
"Fira!!"terlihat Adiba melambaikan tangan kepadanya,namun Fira tak membalas apapun yang bisanya itu juga akan merasa sangat excited tapi kali ini tidak.Adiba mulai berlari menghampiri Fira yang kini hanya memandanginya.
"Kenapa?,kamu marah yang sama saya?"tanya Adiba serta memeluk fira yang kini hanya terdiam.
"Saya ada salah ya sama kamu?"tanyanya sambil melepas pelukannya.
Fira hanya menggeleng,dengan jawaban itu Adiba mengerti karena memang Fira akan seperti ini jika ada masalah ia pasti akan terus diam dan sama sekali tidak ingin merespon siapapun.
"Ada masalah ya?,sini cerita"Adiba menarik tangan Fira menuju taman kampus.
***
"Fira capek!!"ia mulai menangis.dengan cepat Adiba menangkannya."Allah kasi kamu cobaan kayak gini tuh karena Allah yakin kalo kamu itu bisa melewatinya""Tapi Sampai kapan harus kayak gini!!"
"Kalo masalahnya selalu bertambah,lebih baik saya mati!!"
Adiba memeluk sahabatnya itu seraya mengusap punggungnya"fir,saya tau kamu itu capek tapi kamu tidak boleh menyerah begitu saja.apalagi kamu sampai ingin mati"
"Ingat menyerah itu bukan jalan keluar"
"Allah itu masih pengen kamu hidup,sayang sama kamu makanya kamu masih di kasi kesempatan untuk ibadah, untuk hidup"lanjutannya dengan posisi yang masih sama.
"Allah itu pengen deket sama kamu, makanya Allah kasi kamu cobaan biar kamu cerita sama Allah"
Fira kembali meneteskan air mata"astaghfirullah,ya Allah ampunilah hamba ya Allah"ucapnya seraya mengusap dadanya.
"Saya yakin kamu pasti bisa, jangan lupa minta sama Allah di beri kekuatan iman untuk menghadapi semua cobaan yang datang"ucap Adiba memberikan semangat kepada sahabatnya itu.
"Diba makasih ya udah nenangin saya,udah kasi saya support, motivasi dan selalu ajak saya menuju kebaikan"ucapnya seraya tersenyum kearah Adiba.
"Memang seperti itulah sahabat yang sebenarnya,kamu juga harus tetap mengingat saya ada kebaikan juga ya"ucapnya yang di balas anggukan oleh Fira.
"ya udah yuk kita masuk ke kelas,nanti dosen galaknya datang lagi"mereka berdua beranjak dari tempat duduk dengan keadaan yang sedang sama-sama tertawa,karena membayangkan wajah dosen yang Adiba maksud.
.
.
.
.Sampai di sini dulu ya
Jangan lupa tinggalkan jejak ya!!Jangan lupa sholawat dan selalu bersyukur ya di setiap harinya
Babay assalamualaikum 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Seorang Ahwal
Teen Fiction"apa benar seorang Sayyid hanya di peruntukan untuk seorang Syarifah?" mencintai seseorang yang tak bisa di gapai, seseorang yang bahkan derajatnya jauh di atas mu,itu adalah hal yang tak ada hujungnya.mungkin memiliki hujung dari perasaan itu semua...