Hai,assalamualaikum!!
Kabar kalian gimana ?semoga dalam keadaan sehat ya!!.
Beri tanda jika terdapat kata yang salah(typo)
Happy reading!!
-.-.-.-.-.-.-.-
Rasa rindu terhadap rumahnya kini sudah terhapuskan. Namun, kini ia rindu dengan suasana sunyi nya malam di desa.
Malam itu ia habiskan hanya untuk membersihkan dan merapikan kamarnya. Sudah lama sekali ia meninggal tempat ternyaman ini, ruangan yang begitu hangat.
" Alhamdulillah..." Monolognya, setelah selesai dengan pekerjaannya.
Rasanya ia ingin langsung merebahkan tubuhnya dan menutup mata. Namun sayangnya, itu hanya ingin yang tak jadi kenyataan.
Kini ia duduk di depan meja belajarnya mengotak-atik handphonenya. Lama sekali ia tak menduduki kursi, semua yang ada di rumahnya ini ia sangat rindukan.
" Selesai KKN bukannya pergi healing malah pusing mikirin skripsi" monolognya. Ia sangat lelah. Namun, untuk masa depan yang cerah ia harus semangat.
Demi masa depan gang cerah tak ada yang namanya Rasa malas yang membuat kecewa pada akhirnya, kembali berjuang walaupun sudah merasa sangat jenuh dengan semuanya.
Satu pesan berhasil masuk di handphone nya, ia buru-buru membuka pesan tersebut.
Itu dari Alisha, ia mengomentari story medsos milik Adiba.
Calon Kakak iparnya ini suka sekali menggodanya. Setiap kali ia di hubungi oleh Alisha pasti ekspresi nya akan selalu sama, dengan wajah yang merah bagaikan tomat.
"Masih Adik mu pemenangnya kak!!!" Ucapnya seraya melempar tubuhnya keatas kasur empuk miliknya.
"Bisa nggak sih request jodoh ke Allah?"
"Kalo bisa aku yang bakalan pertama request ke Allah buat berjodoh sama kamu" ia tersenyum, rasanya ia sangat konyol.
Ia bangun dari posisinya, menuju kedepan cermin. Memandang wajahnya yang kini sedang memerah.
Wajahnya seperti tomat, sungguh ia sekarang tak baik-baik saja.
Ia layaknya orang gila dengan segala tingkah konyolnya.
" Ternyata aku segila ini ya cinta sama dia"
Adiba membalikkan badannya hendak merebahkan tubuhnya kembali. Berniat untuk benar-benar menutup matanya dan mulai beristirahat, sudah cukup salah tingkahnya kini waktu nya istirahat.
Ia mulai menutup matanya. Suara ketukan pintu terdengar dari arah luar.
Ia menghela nafas seraya berjalan mendekat kearah pintu.
"Ada apa Bun?" Tanyanya setelah melihat Bundanya di sana.
"Ini ada titipan dari Husain" terlihat semuah kantong plastik berisikan sebuah kotak di dalamnya.
Untuk apa lelaki itu memberinya ini ? Dasar caper!! Sudahlah, tak peduli ada tujuan apa Husain memberinya ini, inn rezeki dari Allah maka harus ia terima.
"Terima kasih Bun"
"Bilang terima kasih nya di Husain"
"Adiba titip aja di bunda"
Bundanya hanya menggeleng seraya tersenyum mendengar jawaban dari sang anak sulungnya itu.
***
Sang Surya menampakan dirinya dengan cahaya yang begitu terang, membuat siapapun enggan untuk melihatnya.
Kini Adiba sedang menikmati hari liburnya, menonton televisi di ruang keluarga. Bermalas-malasan setelah tenaganya terkuras karena berkemas rumah.
Terdengar suara ketukan pintu dari arah luar. Mungkin itu bunda, pikirnya.
Ia segera berlari menuju pintu, tak sabar menyambut sang bunda yang baru saja pulang dari pasar.
"Assalamualaikum" Sapa seseorang setelah Adiba membuka pintu. Lelaki itu lagi, seseorang yang membuat mood Adiba akan berubah 360°.
Tak ingin membuang waktu lama, Adiba menjawab seadanya. Saat ini mood nya sudah rusak. "Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh"
"Ayah lagi nggak ada di rumah, datengnya nanti aja" ucapnya seraya membalikkan badannya, hendak menutup pintu.
Ia memberhentikan tangannya yang hendak menutup pintu sedikit membalikkan badannya sampai ia sedikit melihat lawan bicaranya " Terimakasih untuk brownies semalam" ucapnya.
Husain tersenyum, ia tak menyangka Adiba akan mengatakan itu. Karena sebelumnya, bundanya yang sudah menyampaikan ucapan terima kasi itu kepada Husain.
Adiba kini sudah menutup pintu meninggalkan Husain dengan salah tingkahnya di sana.
" Terimakasih juga buat hadiah perpisahan kemarin!!!"Husain berteriak begitu keras beraharap Adiba dapat mendapatkan mendengarnya. Namun sepertinya itu sangat Nihil karena orang yang di tuju kini sudah menaikkan volume tv dengan volume yang begitu besar.
" Saya harap, selanjutnya kamu bisa membuka Hati buat saya!!!"
"Jangan kelamaan nunggu dia yang nggak pasti!!!"
Setelah dirasa apa yang ia ingin sampaikan sudah habis ia meninggalkan halaman rumah Adiba.
Di depan gerbang ia bertemu dengan calon ibu mertuanya. Eh, maksudnya Bunda dari Adiba.
" Eh Tante " ia sedikit menunduk sambil menangkup kedua tangannya di depan dada.
" Kenapa nggak masuk ?"
" Adiba bilang datang nanti saja, om Faisal tidak ada di rumah"
Nadia tersenyum, ia mengerti.
Ia berjalan lebih dulu" ayo Nak Husain masuk dulu"
Husain dengan cepat mensejajarkan langkahnya dengan Nadia. Nadia menggeleng melihat tingkah Husain yang begitu. Terlihat wajah Husain yang berbinar-binar menunjukan aura kebahagiaan.
Nadia membuka pintu yang langsung di sambut oleh putri sulungnya.
Adiba segera mengambil alih semua barang yang ada di tangan sang bunda. Ia segera berlari menuju dapur.
" Adiba mau belajar dulu ya bunda!!" Ucapnya setelah menaruh barang belanjaan bundanya dan melangkahkan kakinya menuju kamar miliknya.
Terlihat sekali jika dia begitu menghindari Husain.
" Sedikitpun aku belum bisa menggantikan posisi dia di hati mu ya?" Batin Husain, ia tersenyum tipis
"Tak apa, aku akan berusaha lebih keras lagi. Aku percaya jalur langit itu tak akan mengecewakan"
.
.
.
.Sampai di sini dulu ya
Jangan lupa tinggalkan jejak ya!!Hargai penulis dengan memberikan dukungan semacam vote dan komen.
Maaf kalo upnya kelamaan, maklum author lagi sibuk,kali ini beneran sibuk ya...
Yuk remain ceritanya lagi biar semakin semangat up nya.
Jangan lupa sholawat dan selalu bersyukur ya di setiap harinya
Babay assalamualaikum
KAMU SEDANG MEMBACA
Seorang Ahwal
Teen Fiction"apa benar seorang Sayyid hanya di peruntukan untuk seorang Syarifah?" mencintai seseorang yang tak bisa di gapai, seseorang yang bahkan derajatnya jauh di atas mu,itu adalah hal yang tak ada hujungnya.mungkin memiliki hujung dari perasaan itu semua...