MRV REVISI SEVEN

5.1K 311 29
                                    

MARVBORO-7

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MARVBORO-7

Rabu, di tengah lapangan SMANDA dipadati ribuan siswa siswi yang sedang berbaris tak beraturan. Kebanyakan siswa maupun siswi beringsut dan mengumpati Kepala Sekolah yang sudah berpidato sekiranya satu jam lebih. Seragam kotak merah yang dikenakan para siswa sudah basah kuyup akibat keringat yang terus mengucur karena panas akibat teriknya matahari di siang ini, begitupula dengan para siswi, terlebih mereka mengenakan hijab dengan bahan baju dilapisi rompi.

"Ah edan, bisa mati muda gua dimari." Celetuk Julak sembari mengipasi wajahnya dengan tangan yang mengepak. Netranya menatap tajam kepala sekolah yang tak ada lelahnya berbicara hingga mulut berbuih.

"Bulan Maret para siswa siswi kelas 12 akan mengikuti ujian sekolah dimana-"

"Bacot, tot. Gua udah tau, kaga perlu lu ulang." Umpat Eja dengan suara lirih. Mengipasi dirinya dengan kipas tari entah punya siapa, yang penting dirinya tak merasa gerah.

Para anggota geng Marvboro tengah berbaris entah di barisan kelas berapa, mereka tak tahu. Mereka hanya asal berbaris, yang mulai duluan tentu saja Julak, diikuti oleh anggota lainnya kecuali Cigar, Arsen, Suking, Tejo, entah kemana keempat pemuda itu.

"Kipasin gua, Ja!" Pinta Gevan. Dengan tak ikhlas, Eja menggerakkan tangannya guna mengipasi wajah Gevan. Sang empu memejamkan matanya seolah menikmati.

"Ngapa kaga mati-mati tu orang." Serapah Kiano, jujur ia tak kuat menahan sinar matahari kali ini.

"Orang goblok mana yang nyuruh para muridnya baris di lapangan tengah hari buta begini?" Tanya Desta entah pada siapa. Redos hanya bisa menghela nafas karena ia tak ada gairah untuk membuka mulut.

"Eman-eman skincare gua, item dah gua abis ini." Celetuk Ibas yang membuat semuanya mendengus.

"Kaya cakep aja lu." Julid Diyas.

"Orang jelek gak perlu komen." Balas Ibas dengan tengil.

"Jongkok dah ayo." Ujar Gevan kepada teman-temannya.

"Ah lu aja, Pan. Ntar gua usaha buat nutupin lu." Ujar Kiano membuat Gevan menggeleng.

"Bareng-bareng lah, biar misal ketauan yang kena hukuman barengan." Ujar Gevan. Kiano memijat keningnya, bingung. Jika keinginan anak ini tak terpenuhi pasti ia akan diambeki.

"Kalo semua jongkok, pasti ketauan. Lu kalo mau jongkok, tinggal jongkok. Gua lagi kaga mood buat jongkok." Ujar Kiano yang dijawab anggukan pelan dari Gevan.

"Yaudah misal begitu."

"Baik, cukup sekian yang Bapak sampaikan-"

MARVBORO [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang