"Kemarin sempat berkomunikasi, lalu akhirnya asing kembali."
MARVBORO-21
Gevan terduduk sembari merangkul bahu Syeira, tangan kanannya ia gunakan untuk memegang kaleng berisi minuman cincau kegemarannya. Netra nya menatap layar depan dengan gerakan mulut yang asik mengunyah potongan cincau.
Atensi nya berpindah kearah sofa samping, terdapat Dimas yang khusyuk menyanyikan lagu galau, dengan mimik wajah seolah ia sedang tersakiti.
"Muka lu biasa aja apa kaga bisa, Dim." Ujar Gevan yang membuat atensi Syeira juga berpindah kearah pemuda itu.
Dimas yang tengah terfokus pada kegiatannya kini berdecak, "Berisik lu, udah sono pacaran aja. Jangan ganggu!" Ujar Dimas.
Syeira terkikik kecil.
Gevan mendengus, "Pacaran apanya, wong udah mantan." Jawabnya santai sembari menenggak kembali minuman yang ia pegang tadi.
"Kaga ada mantan yang kaya lu berdua." Sinis Dimas.
"Yeu, emang kita kenapa?" Tanya Gevan.
"Tanya aja sama diri lu sendiri, udeh ah gua mau galau." Ujar Dimas tegas.
Gevan berdecak, "Aneh banget dia." Ujar nya sembari menatap kearah Syeira.
"Maklumin aja, kan lagi galau." Jawab Syeira.
"Galauin siapa dah?" Tanya Gevan.
"Aku gatau, kan dia gak pernah cerita." Ujar Syeira, Gevan hanya mengangguk sejenak.
Netra nya kembali menatap layar depan yang berisikan lirik lagu yang sedang Dimas nyanyikan. Pikirannya kini melayang, ia mengingat Arsen.
"Kangen Arsen." Gumam nya kecil.
"Hah? Kamu ngomong apa?" Tanya Syeira.
"Loh? Engga, aku ga ngomong apa-apa." Jawab Gevan.
Ia bosan, namun sesekali bibirnya ikut menyanyikan lagu yang tertera, itupun jika ia hafal, jika tidak ya dia hanya bersenandung.
Syeira menatap Gevan, ia sangat mengerti pemuda ini, dari gestur dan gerak gerik Gevan, Syeira pandai mengira bahwa pemuda itu sudah tak nyaman.
Ia mengelus lengan Gevan, "Kamu mau pulang?" Tanya Syeira lembut.
Netra Gevan menatap bola mata gadis itu, sesekali ia terpana dengan kecantikan yang Syeira punya.
"Kenapa?" Tanya nya balik.
"Kalo mau pulang, ayo pulang. Kamu udah bosen kan disini?" Ujar Syeira pengertian.
Gevan mengangguk.
"Dimas!" Panggil Syeira.
Dimas berdehem disela nyanyiannya.
"Pulang yuk, Gevan udah bosen." Ujar Syeira.
Dimas berdecak, "Ah bentar, nanggung nih." Ujar Dimas.
"Ih ayo, kapan kapan lagi aja kesini." Ujar Syeira mutlak.
Dimas mendengus, "Iya dah iya." Ujar nya terpaksa.
Gevan tersenyum senang, ia mengecek monitor ponselnya yang bertuliskan angka 19.35, ia berfikir masih ada waktu untuk mengajak Arsen pergi. Dada Gevan rasanya sesak karena menahan rasa kangen nya.
"Nyengir lu!" Cibir Dimas yang memergoki senyuman Gevan.
"Nape si, sirik aje."
"Gausah ribut deh, ayo pulang." Ujar Syeira dan menarik tangan Gevan.
"Kamu pulang sama Dimas aja ya, aku mau ada urusan." Ujar Gevan sembari menahan kakinya untuk berhenti melangkah.
Syeira menatapnya bingung.
"Urusan apa?" Tanya nya penasaran.
"Kepo!" Gurau Gevan sembari menyentil pelan hidung mancung milik Syeira.
Syeira menatap kesal Gevan.
Gevan menatap Dimas, "Dim, nitip nih. Jagain tuan putri biar selamat sampe tujuan." Ujar Dimas.
"Gua bawa hotel ntar." Ujar Dimas tak serius.
"DIH GAMAU!" Sarkas Syeira kepada Dimas.
Gevan hanya tertawa, "Udeh sono." Ujar Gevan berlagak mengusir.
"Jangan aneh-aneh kamu!" Peringatan Syeira kepada Gevan dengan jari yang menuding.
Gevan menampilkan gestur hormat, "Ay ay captain." Ujar pemuda itu. Setelahnya ia menatap punggung Syeira dan Dimas yang mulai menjauh.
Ia bersiul pelan, "Asek, mau ngajak Arsen kencan ah." Monolognya.
Ia membuka aplikasi chat yang ia punya, mencari kontak Arsen disana, menekan tombol call segera. Tak lama sambungan telepon pun terangkat dari seberang.
"Hallo? Kenapa, Pan?" Ujar Arsen dari sebrang.
Gevan menggigit bibirnya sejenak, "Sen, keluar yok." Ajak Gevan.
"Kemane?" Tanya Arsen.
"Muter aje ntar, nyari tempat yang pas." Ujar Gevan ambigu.
"Etdah gaya lu tempat yang pas, mau ngapain?"
"Udeh elah, manut aja lu ama Mamas Gepan." Ujar Gevan.
"Yaudeh iye, gua ke rumah lu ni?"
"Jangan, gua aje kesono. Tunggu pangeran dateng ye tuan putri." Ujar Gevan sembari terkikik pelan.
"Gaya lu, pan" Penutup Arsen.
Ia menatap ponselnya dengan senyum yang mengembang, mengecupi ponselnya dengan semangat.
"Yess! Kencan sama gebetan." Seru nya dalam ruangan.
Ia keluar dengan bibir yang berkedut menahan senyum, auranya sedang berbunga. Semua orang di sekitar menatapnya aneh karena gestur wajah yang menurut mereka tak wajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVBORO [REVISI]
Teen FictionYang masih bocah jangan baca ye, btw follow akun gua ye bre Gimana ceritanya, Geng terkenal kaya Marlboro punya anggota yang gay mendadak. Gevan, Pemuda tanggung yang gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba demen sama temen se-gengnya. Terlebih lagi y...