"Kangen banget anjing, tapi kaga bisa ngapa-ngapain."
MARVBORO-13
Julak melempar 3 kartu UNO ke atas meja bersamaan, ia menampilkan wajah congak. Di kartu tertulis angka +4, serta +2 ada pada dua kartu. Ia menatap Eja dengan tatapan mengejek, ia tertawa dalam hati.
"Lu ambil delapan kartu!" Ujar nya dengan menunjuk wajah Eja, ia masih menampilkan raut wajah mengejeknya.
Eja mendengus kesal, dengan perasaan tak ikhlas ia hanya bisa pasrah mengambil satu persatu dengan jumlah yang disuruh. Yang lain hanya tertawa, lucu sekali menurut mereka.
"Mampus lu, gaya bener sih tadi." Ujar Kiano mengejek.
Ngomong-ngomong sekarang ini Eja dan Julak sudah baikan, walau awalnya sempat ada perdebatan, namun dengan adanya pengacara kondang di Marvboro, semuanya sudah terselesaikan.
Markas Marvboro kini ramai dengan belasan pemuda tanggung, dengan tambahan Gapi disana. Redos, Ibas dan Desta sedang merapihkan sajian. Tejo dan Diyas tengah duduk dan mengobrol di belakang Markas, tempat Gevan dan Arsen mengobrol pada saat itu. Sisa nya sedang bermain UNO.
Hampir semua wajah mereka tercoret coretan arang hitam, karena yang kalah pasti akan di coret.
"Habis ini main ToD dah ayo." Ujar Suking menyampaikan ide nya.
"Boleh tuh." Ujar Gevan setuju, yang lainnya juga mengangguk.
"Selesain dah lu berdua, lama amat." Ujar Kiano kepada Julak dan Eja.
"Bacot amat bule kape." Sinis Julak namun dengan mata yang masih terfokus pada kartu.
"Empat biru, Lak." Ujar Eja yang tak terganggu dengan ucapan Kiano.
"Ah kaga ada lagi, bego lu." Kesal nya dan mengambil kartu lagi.
"Lima biru." Ujar Eja kembali, ia melempar halus kartu ke atas meja.
Julak menampilkan senyum leganya, ia dengan percaya diri melempar kartu 4 warna yang baru ia ambil tadi.
Eja melihat itu, "Mau warna apa?" Tanya nya.
Julak menampilkan gestur berfikir, "Kuning dah kuning." Ujar nya.
Eja mengangguk, ia mengeluarkan kartu blok berwarna kuning, kemudian bermain kembali, meletakan 4 kartu dengan warna yang berbeda namun dengan angka yang sama.
"UNO game!" Ujar Eja dengan menampilkan wajah congak, ia melipat tangannya didepan dada.
"Anjing!" Umpat Julak, ia melempar kartu sisaannya. Argh, padahal ia sudah percaya diri akan memenangkan permainannya dengan Eja, namun hasilnya berkebalikan.
"Muka lu kudu di coret, Lak." Ujar Arsen dengan tawa yang ia tahan. Gevan menatap pemuda itu, dan mengangguk semangat.
"Betul tuh."
"Ikut-ikutan aja lu." Ujar Gapi dengan nada gurauan.
"Biarin."
"Cepet dah coret muka gua, biar cepet kelar." Ujar Julak dengan wajah yang ia pejamkan pasrah.
Satu persatu pemain mulai mencoreti wajah Julak dengan arang, kebanyakan seakan memiliki dendam kepada pemuda sumatera ini, terlebih Kiano dan Eja.
"Weh anjing, sante ngapa si." Sarkas Julak dan berusaha beringsut mundur, bar-bar sekali teman-temannya itu.
"Nah dah rampung, ayok dah ToD." Ujar Cigar.
"Botol mana botol?" Ujar Julak sembari celingukan.
"Pake ini aja dah." Ujar Kiano meletakkan spidol hitam permanen ditengah-tengah mereka.
"Siapa nih yang bakal muter?" Tanya nya kembali.
"Gua aja gua." Ujar Gapi semangat. Kiano mempersilahkan pemuda itu untuk melakukan kewajibannya.
Gapi mulai memutarkan spidol tersebut, ujung spidol berhenti mengarah kearah Gevan. Semuanya bersorak.
"Truth or Dare?" Tanya Gapi.
Gevan kelimpungan, jujur saja ia belum siap.
"Truth." Jawabnya asal.
"Halah cupu." Ujar Gapi.
Gevan mendengus.
Gapi mulai memikirkan pertanyaan yang pas, kemudian ia menatap kearah Kiano sejenak.
"Kalo gua suruh lu ciuman sama Kiano mau kaga?" Tanya Gapi.
Semuanya terkejut, "Ajigile kagak lah!" Tegas Gevan.
"Tapi kalo ciuman sama dia, gua mau." Lanjut nya sembari menampilkan cengiran nya.
"Sen kode nih, trabas ae lah." Ujar Gapi dengan gaduh.
"Anjing?" Umpat Gevan. Ia menatap takut kearah Arsen. Pemuda itu terkekeh pelan mendengar itu.
"Halah sok-sokan anjing-anjing padahal naksir berat." Sindir Gapi.
"Hah? Gepan siapanye Arsen?" Tanya Julak kebingungan.
"Bukan siapa-siapa nye, edan lu!" Panik Gevan.
"Udeh lah, gua mau berak dulu." Lanjut nya kemudian bergerak bangkit.
"Lucu amat." Ujar Arsen.
"Bacot banget lu, Sen." Ujar Gevan dengan bibir yang berkedut.
"Semoga sakinah mawadah warahmah sama Arsen ye, Pan." Goda Gapi.
"Diem lu!" Ujar Gevan tepat di perbatasan pintu, ia mengacungkan jari tengahnya kepada Gapi.
Mendapati itu, Gapi hanya bisa tertawa ngakak. Lucu sekali menggoda teman dari Arsen itu.
"CUPU PAN, MASA SALTINGNYA KABUR!"
Setelahnya tak ada jawaban.
"Eh gua mau ke Desta sama yang lain dulu dah, mau bantuin." Ujar Eja.
Semua nya mempersilahkan. Julak justru beringsut ke lantai tempat ia bermain UNO. Ia rebahan disana.
Sisa Cigar, Arsen, Suking, Gapi, Kiano. Mereka saling pandang, Kiano menatap Arsen seolah ingin tahu sesuatu, Arsen hanya mengangguk seolah menjawab.
Kiano menghembuskan nafasnya pelan, kemudian pamit untuk menghampiri Desta dan yang lainnya.
Sementara di dalam toilet, Gevan hanya duduk, tak melorotkan celananya. Ia kesini hanya karena ingin menghindari Gapi dan Arsen, malu sekali dirinya.
"Berak bener tuh si Gapi, kaga tau apa ya gua malu sama Arsen." Kesal nya.
Ia memainkan pipa shower yang menjuntai di samping WC yang ia duduki. Menyemprotkan airnya dengan asal, tak perduli jika airnya juga mengenai baju yang ia pakai, ia kesal sekaligus malu.
"Apa gua confess aja setelah ini?" Monolog nya bertanya.
"Udah kepalang malu ini kan?" Lanjutnya.
"Yaudah dah, confess pas balik nanti." Keputusan nya mutlak.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVBORO [REVISI]
Fiksi RemajaYang masih bocah jangan baca ye, btw follow akun gua ye bre Gimana ceritanya, Geng terkenal kaya Marlboro punya anggota yang gay mendadak. Gevan, Pemuda tanggung yang gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba demen sama temen se-gengnya. Terlebih lagi y...