MRV REVISI TWENTY SEVEN

1.1K 137 15
                                    

“Jangan mencintai milik orang lain, lah kocak gua mah udeh demen dia dari sebelum dia jadi milik orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan mencintai milik orang lain, lah kocak gua mah udeh demen dia dari sebelum dia jadi milik orang lain.”

MARVBORO-27

"Gal, Bagi contekan fisika lah..." Rengek Gevan sembari mengayunkan lengan milik Cigar. Kepala nya terebah di atas paha sikal milik Cigar. Sang empu hanya mendengus kecil.

"Lu kerjain asal juga nilai lu genep seratus, Pan." Ujar Cigar jujur.

"Tau, takutnye malah disuruh maju." Ujar nya singkat. Tangan nya langsung mengezoom soal yang guru fisika nya berikan.

"Mana sini buku lu." Ujar Cigar.

"Sek, gua ambil di jok motor gua." Ujar nya singkat dan langsung bangkit. Cigar mengangguk singkat tanda jawaban.

"Redos ma si Upin Ipin mane?" Tanya Kiano dengan tangan yang menenteng keripik titipan Tejo. Tangan kanannya ia gunakan untuk menggenggam kaleng soda kegemarannya.

"Beli cilok." Jawab Eja. Ia sedang menggerus air beku minuman cepat saji yang sempat ia bekukan sebelumnya. Sesekali ia menyeruput es batu yang telah mencair dengan sungutnya yang mengerucut.

"Lah kaga bilang, gua juga mau." Celetuk Suking.

"Uno!" Lanjutnya sembari melempar kartu berwarna merah bertuliskan angka 4 diikuti dengan senyuman tengil.

Arsen mendengus sebagai lawan main.

"Lu aja sedari tadi main Uno bae, kaga ngeh pas mereka nawarin." Ujar Kiano yang dijawab cengiran dari Suking.

"Ah udeh lah, menang lu." Ujar Arsen sembari melempar kartu Uno sisanya. Ia yakin jika Suking sudah tersenyum congak artinya pemuda itu mendekati kemenangan.

"Kaga asik lu!" Kesal Suking.

Arsen hanya membuang muka.

"Saos nya kaga ada?" Tanya Tejo setelah menerima keripik titipannya dari tangan Kiano.

"Sekte mana lu makan kripik singkong make caos?" Tanya nya tak habis pikir.

"Gua baru coba kemaren, ternyata enak." Jawaban Tejo yang terkesan acuh.

Perdebatan keduanya agaknya sudah mulai mereda, mungkin dipikiran mereka jika terus saja beradu pendapat maka akan mengakibatkan perpecahan.

"Lu kenape lagi, setdah." Tanya Kiano saat menatap wajah hampa milik Julak. Jemari pemuda itu menggenggam erat ponselnya seraya menatap kosong monitor benda pipih tersebut.

"Kontol-kontol." Pisuh nya agak keras.

Semuanya menoleh, termasuk Gevan yang baru saja duduk di sebelah Cigar.

"Nih, Gal." Ujarnya dan menatap kembali kearah Julak.

"Iya nanti gua cek."

"Kenapa lu?" Tanya Arsen.

MARVBORO [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang