MARVBORO-8
"Sen!"
"Arsen!"
Merasa namanya terpanggil, pemuda bernama lengkap Arsen Febrian itu menghentikan langkahnya dan menoleh kearah belakang, terdapat pemuda blasteran sedang melambaikan tangan kearahnya.
"Kenapa, No?" Tanya Arsen yang terheran, tumben sekali.
Kiano tak menjawab, ia melangkah mendekat kearah Arsen dengan langkah lebarnya, setelah sampai di sebelah Arsen, sang empu menepuk pundak Arsen sembari tersenyum kecil.
"Mau ada hal yang perlu gua omongin ama lu." Ujar Kiano, mereka berdua melanjutkan langkah mereka yang tadi sempat tersendat.
"Penting banget, No?" Tanya Arsen, ia berpikir aneh sekali tiba-tiba Kiano ingin mengobrol sesuatu hal dengannya.
"Lumayan, lu sibuk?" Tanya Kiano.
Arsen menggeleng, "Kebetulan gua free, lu mau ngomongin apaan ama gua?" Tanya Arsen, sekarang mereka berdua telah sampai di parkiran sekolah khusus kelas XII. Arsen melangkah menuju motornya, mengambil helm yang ia punya, mengapitnya dengan lengan kanan. Kiano mengikuti langkah Arsen.
"Ini tentang Gepan, mau langsungan ae apa balik dulu?" Tanya Kiano. Ia sesekali membuka ponselnya mengecek notifikasi WhatsApp entah dari siapa.
"Langsungan ae, No. Gua kepalang kepo, tumbenan lu susah-susah ngejar gua cuma mau ngomongin Gepan." Ujar Arsen dan masih berpikir ragu.
"Gua harap nanti lu jangan kaget, lu persiapin diri lu bae dah." Ujar Kiano membuat Arsen mengangguk.
"Ke BFC, No?" Tanya Arsen merekomendasikan tempat yang sekiranya nyaman untuk mengobrol santai.
Kiano menampilkan gestur berpikir, "JAGONGAN ae, lu mau kaga?" Tanya Kiano.
"Sekalian mojok." Lanjutnya diikuti cengiran tengil yang ia punya.
"Anjing lu!" Umpat Arsen dan dengan reflek ia melemparkan helm yang sedari tadi ia apit.
Dengan cekatan, Kiano menerima lemparan itu. Keduanya tertawa bersama dan bersiap ke tempat tujuan.
Di waktu yang sama namun tempat yang berbeda. Terdapat Cigar, Diyas, dan Tejo sedang terduduk di Gazebo Mawar, tepatnya di dekat Kantin, dekat juga dengan lapangan belakang yang biasa di gunakan siswa untuk membolos pelajaran dan melarikan diri dari sekolah.
Cigar mengaduk bumbu pedas beserta cirengnya yang di bungkus rapih di plastik, nampaknya sangat menggugah selera dengan warna merah menyala. Diyas menyeruput mie kuah dengan mangkuk yang ia genggam menggunakan tangan kiri, dan Tejo yang tengah asik mengunyah keripik singkong buatan kantin Bosque, Kantin nomor 4 di sekolahnya.
"Lu makan sambel begitu apa kaga mencret bool lu, Gar?" Tanya Tejo sembari menatap ngeri plastik yang berada di genggaman tangan Cigar.
Cigar mendengus.
"Mencret kaga mencret urusan ntar, gua mau kejar kenikmatan dunia dulu." Jawabnya santai. Tejo berdecak sebal mendengar jawaban tak niat dari Cigar.
Diyas meneguk es tehnya, dan bersendawa setelahnya. "Alhamdulilah, kenyang." Ujar Diyas dan membersihkan noda di mulutnya dengan baju seragamnya.
"Kotor baju lu." Ujar Cigar sembari mengunyah cireng yang ia punya, keringatnya kini mengucur, efek kepedasan.
"Biarin dah, besok kaga dipake ini." Ujar Diyas.
"Jo, bagi!" Lanjutnya menunjuk keripik singkong yang Tejo punya.
Dengan dengusan kecil, ia menyerahkan plastik berisi keripik singkong itu kearah pemuda manis yang tadi memintanya. Diyas menatap itu dengan tatapan terbinar, menerimanya dengan lapang dada.
"Mau balik kapan?" Tanya Diyas dengan mulut asik mengunyah.
"Sekarang juga bisa." Jawab Cigar yang diikuti anggukan setuju dari Tejo.
"Ayo dah!" Ujar Diyas.
"Jangan ayo ayo aja lu, itu mangkok balikin dulu sono ke yang punya." Sindir Tejo, mendengar itu Diyas hanya menampilkan cengiran lucu yang ia punya.
Dengan genit, ia mencolek dagu Tejo dan mengedipkan sebelah matanya.
"Siap, ganteng!" Ujarnya dan setelah itu ia bangkit membawa mangkok bekas mie yang ia makan tadi.
"Anjing!" Umpat Tejo dan Cigar yang terkejut akibat tingkah menggelikan dari Diyas.
"Bisa cepet kaga sih lu kalo jalan." Gertak Desta yang sebal menunggu langkah Ibas yang lambat.
"Sabar, Kentod! Lu kaga liat gua keberatan bawa ni tumpukan rapot." Umpat Ibas yang juga sebal dengan tingkah Desta. Desta yang tadinya kesal kini tertawa keras, menertawai kemalangan sohibnya itu.
"Lemah lu, gitu ae kaga kuat." Cibir Desta sembari menatap Ibas dengan tatapan mengejek.
"Bacot bener ni manusia." Sarkas yang dikeluarkan Ibas.
"Lagian ini tuh tugas lu sebagai ketua kelas sama wakil ketua kelas lu tuh yang mbawang. Malah gua yang kena batunya anjing buat bantuin lu." Lanjutnya memisuh, ia menyesal mabar game online berdua sewaktu bel pulang sekolah berbunyi setengah jam yang lalu di kelas Desta, berakhir ada Guru yang memerintahkan mereka untuk membawa tumpukan raport yang di pinjam siswa itu ke ruang Tata Usaha di sekolahnya.
"Lu misuh mulu malah kaga dapet pahala abis bantuin gua, bego!" Ujar Desta tanpa melihat ke belakang tubuhnya. Ibas terdiam dengan bibir mencabik, menyumpah serapahi Desta yang nampak songong memimpin jalan.
"Udah, berhenti anjing-anjingin gua di dalem hati lu, balik sekolah ini gua traktir lu di Selisih, puas-puasin lu makan disono." Lanjutnya karena ia tau jika Ibas sangat kesal terhadapnya, dengan pikiran matangnya, ia berusaha membujuk Ibas dengan diiming-imingi makanan gratis darinya.
"Nah ini baru yang namanya kawan, makin sayang aja gua ma lu, Des!" Ujar Ibas dengan cengiran lebarnya, diakhiri dengan siulan gembira dari pemuda itu.
Desta mendengus dan kemudian mempercepat langkahnya, bocah ngambekan itu memang harus disogok agar mood nya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVBORO [REVISI]
Teen FictionYang masih bocah jangan baca ye, btw follow akun gua ye bre Gimana ceritanya, Geng terkenal kaya Marlboro punya anggota yang gay mendadak. Gevan, Pemuda tanggung yang gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba demen sama temen se-gengnya. Terlebih lagi y...