Chapter 2: The Duck's Cuteness

15.4K 494 59
                                    



[Ja jan] (Pemberitahuan Baru 120)

Aku tidak terlalu terkejut jika muncul pemberitahuan pesan darinya karena kemarin aku baru saja mengalami masalah dengan pacar barunya. Tapi tentang ratusan pesan yang masuk hari ini, belum pernah terjadi sebelumnya.

Aku tidak terlalu terkejut bahwa aku ingat untuk mengobrol. Nah, kemarin aku baru saja ada masalah dengan pacarku. Namun dalam ratusan obrolan, aku belum pernah menjumpai hal ini sebelumnya.

North membuka dan membaca pesan di dalamnya tanpa berpikir panjang. Walaupun dia akan dikutuk atau mendapatkan kata-kata menyakitkan,  mungkin tidak akan terlalu mempengaruhi pikirannya di bandingkan seperti berhutang ratusan ribu baht, bukan?

[Ja jan]: North....

[Ja jan]: Kenapa kau tidak menjawabnya? Tadi malam, kau masih membaca pesanku. Kemana kau pergi?

[Ja jan]: Temp sudah menceritakan semuanya padaku.

[Ja jan]: Aku tahu kau masih tidak sabar dan belum berubah. Temp bilang kalau dia hanya melindungi dirinya sendiri.

[Ja jan]: Kau tiba-tiba datang menghampirinya untuk mencari masalah. Aku antara percaya dan tidak percaya. Aku ingin mendengarnya dari mulutmu. Apa yang telah terjadi? Meskipun kau tidak sabaran, aku yakin kau tidak akan melakukan sesuatu tanpa alasan.

[Ja jan]: Tolong beritahu aku.

[Ja jan]: Oh, dan orang yang datang menemuimu tadi malam. Siapa yang memberitahunya? Temp mengatakan dia adalah seniornya di fakultas. Temp tidak berani melanjutkan masalah tersebut karena takut dengan seniornya.

[Ja jan]: Aku menunggu jawabanmu. Dengar, kita berteman apapun yang terjadi.

[Ja jan]: Jangan abaikan aku. Tolong jawab chatku.

[Ja jan]: Aku menunggu balasanmu.

[Ja jan]: Aku menunggu.

[Ja jan]: *Kirim stiker.

Ada banyak pesan yang dia kirim setelahnya. Aku menggulir dan membacanya sebentar. Kebanyakan dari pesan itu adalah stiker. Sejak kami putus, kami jarang berbicara sama sekali. Ketika dia menemukan kata ganti lama yang biasa kami gunakan saat berbicara, sejujurnya, aku tidak menyukainya sama sekali. Kita sudah putus, jadi kenapa bicara seperti dulu? Aku tidak tahu apa itu benar atau tidak. Tapi, seringkali itu membuatku semakin jengkel.

[North]: ...

Aku mengetik dan menghapusnya kembali karena aku tidak tahu harus menjawab apa. Diam-diam, aku membawa ponsel untuk dimainkan jauh dari router. Jika orang itu tahu bahwa aku sedang berbicara dengan mantan pacar, dia mungkin akan merasa kesal secara diam-diam.

[Ja jan]: Yay, jawab aku, bagaimana keadaanmu?

[North]: Aku tidak apa-apa.

[Ja jan]: Bagus, lalu bisakah kau menceritakan padaku tentang kemarin malam?

[North]: Bukankah Temp sudah menceritakannya?

Bukannya aku tidak ingin menjelaskannya. Tapi aku malas untuk bicara. Kalaupun aku jujur, wajahnya pasti akan hancur jika aku mengatakan bahwa Temp bermesraan dengan orang lain. Dan apapun yang ku katakan, dia tidak akan percaya padaku. Di depannya, Temp adalah orang baik.

Suasana hatiku saat ini terlalu malas untuk memikirkan hal lain, termasuk kenangan, dan kejadian kemarin. Rasanya rasa sakit di kepala karena utang sudah cukup.

[Ja jan]: Itu tidak benar, dia bilang kau melihatnya bersama teman-temannya dan kau tiba-tiba datang dan membuat keributan.

[Ja jan]: Itu bukan kau. Aku tahu kepribadianmu. Katakan padaku.

[END] NORTH : HOW MUCH IS YOUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang